Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Jarum jam melewati angka dua saat Rektor Universitas Islam Indonesia atau UII, Fathul Wahid naik ke satu dari tiga mobil komando. Ia berdiri di tengah perempatan besar titik nol Yogyakarta, Kamis, 22 Agustus 2024 siang. Ia didaulat untuk berorasi di tengah massa aksi penolak revisi UU Pilkada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kali ini saya tidak berorasi. Tapi izinkan saya membacakan puisi yang saya buat dua bulan lalu, judulnya Sak Karepmu (terserah kamu),” ucap rektor yang menolak mencantumkan gelar Profesor dan gelar akademik lain untuk namanya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut puisi yang pertama kali dibacakan saat peluncuran film dokumen Artidjo Alkostar pada Juni 2024 lalu di Auditorium Fakultas Hukum UII. Dengan baju serba hitam seperti massa aksi lain, Fathul membaca puisinya dengan suara lantang. Begini bunyi puisinya:
Sak karepmu
Terserah kamu!
Di tanganmu, kekuasaan laksana pedang tajam
Menebas cita-cita, melukai hati yang tenang
Di singgasana emas, kau duduk merajai malam
Mengabaikan kejujujuran yang perlahan menghilang
Angin membisikkan kisah nestapa manusia yang terimpit beban oleh durjana keangkuhan
Jari-jarimu menggengam penuh, namun hati kecil tahu dosa itu tak termaafkan
Terserah kamu!
Di balik kemewahan, kezaliman tersembunyi
Menutup telinga, suara hati tak didengarkan
Keadilan seakan takut, tak berani menunjukkan diri oleh uang dan kekuasaan
Hukum ditundukkan
Kau abaikan janji-janji yang pernah kau ucapkan
Mencuri mimpi rakyat, merampas hak kemanusiaan
Dalam senyuman palsu tersembunyi kebohongan
Di matamu kebenaran dapat disamarkan
Terserah kamu!
Kepongahan menuntunmu merambah ke jalan nista
Menutup nurani, mengindari jerit pilu
Namun ingatlah!
Sejarah tak akan terlupa
Penghianatanmu akan tercatat di sudut waktu!
Mungkin hari ini kau menang, menari di atas penderitaan
Namun tak selamanya malam menguasai dunia
Akan datang fajar menggusur segala kekelaman, menggugurkan takaburmu dengan kebenaran cahaya
Terserah kamu!
Teruskanlah kesewenang-wenanganmu
Kami yang lemah akan tetap berjuang
Di tengah kegelapan masih ada harapan
Kejujuran dan keadilan akan kembali benderang.
Pilihan Editor: Istana Klaim Jamin Kebebasan Berpendapat Demo Revisi UU Pilkada