Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Din Syamsuddin Sebut Pilkada 2018 Rentan Politisasi Isu Agama

Din Syamsuddin mengingatkan, retaknya kerukunan beragama di tahun politik seperti Pilkada 2018 selalu ada.

1 November 2017 | 06.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo didampingi mempersilakan mantan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaikan keterangan mengenai penunjukan dirinya sebagai utusan khusus presiden, di Istana Merdeka, Jakarta, 23 Oktober 2017. Presiden Jokowi mengangkat Din Syamsuddin sebagai utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Din Syamsuddin, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban mengatakan, Pilkada 2018 rentan dipolitisasi dengan isu-isu agama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ada politik yang bersifat sektarian maka kerukunan sejati itu sulit terwujud," kata Din Syamsuddin usai beraudiensi dengan Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Ignatius Suharyo di Jakarta, Selasa 31 Oktober 2017

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Din, pada tahun politik-- Pemilu 2018 dan Pemilu 2019-- potensi retaknya kerukunan antarumat beragama selalu ada. Faktor politik merupakan faktor nonagama yang kerap memicu rusaknya kerukunan beragama di tengah masyarakat, selain faktor ekonomi dan kesenjangan sosial.

Atas persoalan tersebut, Din mengajak umat beragama untuk dapat memperkuat kesadaran kolektif Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bersatu meski memiliki latar belakang berbeda.

"Bayangan saya dan kita semua kerukunan itu bisa semakin terganggu dan berat seiring tahun politik. Maka kita harus segera tarik umat kita masing-masing kepada kesadaran kolektif bahwa kita beda agama, suku, ada perbedaan di antara kita tapi banyak persamaan di antara kita," kata dia.

Din Syamsuddin mengajak masyarakat saat memasuki pesta demokrasi pada Pilkada 2018 maupun Pemilu 2019 terus mengedepankan persamaan sesama anak bangsa, bukan mempertajam perbedaan."Maka persamaan-persamaan itu kita kembangkan, perbedaaan kita halangi," kata mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Menurut Din, perbedaan di tengah masyarakat terutama dari aspek agama seharusnya menjadi pendukung demokratisasi di tengah masyarakat. Akan tetapi, demokratisasi itu bisa terwujud jika proses Pilkada sebagai ajang pesta demokrasi tersebut berjalan secara obyektif dan adil.

Din Syamsuddin yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu mengatakan Indonesia sejatinya memiliki modal dasar penting perajut kerukunan di tengah masyarakat yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Jika modal dasar itu dipelihara dan dikembangkan dengan baik maka apapun gejolak pada Pemilu 2018 dan Pemilu 2019  yang terjadi tidak akan membawa kerukunan di tengah masyarakat menuju pada kerentanan.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus