Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fikri Ghifari Hanifah, siswa SMA asal Bandung berhasil diterima di 11 kampus luar negeri. Fikri sekolah di Pribadi Bilingual Boarding School Bandung, SMA dwibahasa yang menerapkan standar Cambridge English Language Assessment.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fikri berhasil lolos di Curtin University, Monash University, University of Queensland, University of Sydney, University of Western Australia, University of New South Wales (UNSW), University of British Columbia, University of Toronto Mississauga, Universitas Toronto St. George, University of Toronto Scarborough, dan Nanyang Technological University (NTU).
Melansir dari portal Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Konselor Sekolah Pribadi, Willy Juanggo, mengatakan Fikri sudah terbang ke Singapura untuk menjalani perkuliahan. Hal itu diungkapkan pada Rabu, 16 Agustus lalu.
“Tapi yang dipilih cuma satu, yaitu Nanyang Technological University jurusan Environmental Earth Systems Science,” ungkap Willy.
Fikri tampak sudah tahu pasti bidang ilmu apa yang ingin ditekuninya. Pasalnya, dari 11 universitas itu, dia memilih jurusan yang berkaitan dengan lingkungan dan ilmu kehidupan. Beberapa waktu lalu, dia juga memboyong medali perak di International Geography Olympiad (iGeo) 2023 yang diadakan di Bandung.
Willy menyebutkan, selama bersekolah Fikri memang lebih aktif di tim olimpiade dibandingkan organisasi lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Fikri itu paket lengkap bagi kami. Saya juga sudah bantu dia dari kelas 11. Anaknya memang aktif, baik, punya jiwa kompetitif. Secara attitude juga bagus. Secara akademik sangat baik,” ujarnya.
Selain Fikri, ada tiga siswa lainnya yang juga lolos ke banyak universitas. Sebanyak enam siswa pun meraih beasiswa penuh ke luar negeri. Namun, yang ikut program persiapan khusus ada empat orang, termasuk Fikri.
“Dari tiga orang lainnya itu ada satu siswa yang juga keterima di Nanyang Technological University. Lalu, satu lagi ke Korea Advanced Institute of Science & Technology (KAIST), satu orang ke University of Western Australia (UWA), dan dua orang di Monash,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa Puspresnas memberikan fasilitas bagi para penerima beasiswa untuk mengikuti pelatihan bahasa asing dan ujian internasional. Mereka juga dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga saat proses aplikasi sudah bisa mempersiapkan dokumen yang disyaratkan, seperti TOEFL ITP atau IELTS.
“Puspresnas memberikan peluang untuk mendaftar ke delapan kampus. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika siswa ingin mendaftar di luar daftar tersebut. Semuanya melalui proses pendaftaran,” terangnya.
Sekolah Turut Berikan Dukungan
Saat mendaftar beasiswa, sekolah juga turut menyiapkan dan memberikan dukungan untuk menunjang dokumen-dokumen serta persyaratan yang diperlukan. Selanjutnya, bagi yang sudah lolos dan diterima, pemerintah menyiapkan program persiapan mereka sendiri.
“Tapi, sekolah tetap mendukung. Proses aplikasi seperti surat pendukung, nilai transkrip, dan statement letter dari kepala sekolah dan guru itu juga kami bantu,” ujarnya.
Dia menambahkan, dalam tiga tahun terakhir, pihaknya juga memiliki program khusus untuk anak-anak yang ingin beasiswa ke luar negeri. Para siswa didorong untuk ikut serta. Syarat pertamanya adalah harus berprestasi.
“Kami mengajak anak-anak untuk ikut kompetisi dalam bidang apa pun, baik sifatnya akademik maupun non-akademik,” tegasnya.
Setelah anak-anak memiliki sertifikasi yang bisa diikutsertakan, mereka diarahkan pada beasiswa yang sesuai dengan kriteria prestasi dan minat masing-masing.
“Kami masukkan ke dalam grup, lalu training di sana. Kalau mereka lolos ke seleksi wawancara, kami berikan pelatihan dan pendampingan,” ucapnya.
Tak hanya Fikri yang sukses mengharumkan nama sekolahnya. Dalam satu angkatan 2020 yang terdiri dari 44 siswa, semuanya berhasil masuk ke berbagai universitas baik dalam maupun luar negeri.
“Ada 44 anak didik kami tersebar di 23 universitas dalam dan luar negeri. Di luar negeri ada delapan universitas, dan di dalam negeri ada 15 universitas. Secara presentase, memang lebih banyak yang masuk ke ITB,” ujarnya.