Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lombok - Difabel juga bisa melakukan olahraga ekstrem. Sabar Gorky misalnya, membuktikan seorang tunadaksa bisa memanjat tebing dan naik gunung. Begitu pula sejumlah komunitas difabel yang mengakomodasi kesetaraan melalui aktivitas berisiko tinggi.
Kelompok DiveAble mengajak sejumlah penyandang disabilitas untuk menyelam. Sebanyak sepuluh difabel menyelam di kawasan perairan Kecinan Desa Malaka Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat atau NTB. Mereka melakukan pengibaran bendera merah putih di dasar laut dengan kedalaman sekitar tujuh meter untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Luar biasa. Saya bangga dan terharu bisa melakukannya," kata Niar Kartika, 38 tahun, kepada Tempo pada Sabtu sore, 24 Agustus 2019. Niar Kartika adalah difabel yang terkena polio pada kaki kirinya sejak usia 1 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyelaman ini merupakan pengalaman pertama baginya. Niar begitu menikmati saat berada di laut sekitar 1 jam. Bersama Niar, ada pula Rifki, Abdul Rosyid, Wisnu Pradipta, Mukti Hadi, I Wayan Agus Swartama, Fahan Sodik, Hamzah, Suryani, dan Dadang. "Lumayan lama sampai kedinginan," ujar Rifki yang salah satu kakinya diamputasi akibat bencana gempa bumi di Lombok pada tahun lalu.
Niar Kartika mengaku melihat indahnya alam bawah laut termasuk melihat seekor penyu. Selama ini, dia hanya berwisata bersama komunitasnya di daratan seperti Gili Trawangan, Kuta Mandalika, dan Selong Belanak.
Selama menyelam, sepuluh difabel ini didampingi oleh 13 penyelam profesional. Ada master dive profesional Avandy Djunaidi, Audita Harsono, Jimmy Lengkong, Sander, Giny, Jeje, Riyan Heri, James, Viola, Magic, Rafi, Alfred, dan Kris. "Para relawan master dive yang melakukan koaborasi ini datang dari Surabaya, Bali, dan Lombok," ujar Ziadah Ziad, juru bicara kegiatan DiveAble Sleman.
Ziadah Ziad yang juga Kordiantor Regional Komunitas Duta Damai NTB mengatakan, setiap orang memiliki hak berwisata yang sama. Sebab itu, tempat wisata juga harus bisa dinikmati oleh siapapun, tidak terkecuali difabel.
"DiveAble ingin mengkampanyekan kesetaraan berwisata khususnya di bawah air," katanya. Kendati terbilang ekstrem, menurut dia, kegiatan menyelam tetap dipilih karena olahraga ini tetap bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk difabel.