LENYAPNYA kolom Question Box itu menimbulkan gelisah. Apalagi secara pribadi ada yang mengenal pengasuh rubrik di mingguan The Catholic Leader itu. Dialah Pastor Bill O'Shea. Koran yang terbit di Brisbane, Queensland, ini menjangkau pembacanya di berbagai negara bagian lain di Australia. Rubrik yang sudah absen beberapa pekan itu sebelumnya menjawab pertanyaan mengenai masalah yang berkaitan dengan doktrin gereja. Terakhir, pengasuhnya ditegur Sekretaris Apostolic Nunciature di Vatikan. Jawaban-jawaban di Question Box, katanya, berbalik sebagai keluhan Jemaah Doktrin Iman, Congregation of the Doctrine of the Faith. Akibat "tembak langsung" ke markas Takhta Suci itu, kini tiga pastor sedang diproses Vatikan. Yaitu Bill O'Shea, Dr. David Coffey, dosen di Catholic Institute, Sydney, dan Michael Fallon, yang sekarang di Eropa memperdalam ilmu teologi. Menurut Pastor Dr. David Coffey, jemaah dari kelompok CARE, CUFF (Catholic United for the Faith), dan John XXIII Fellowship, selain fanatik. tak berpendidikan teologi, mereka menganggap dirinya juri ortodoksi. Hadir di ceramah atau di kuliah-kuliah para dosen teologi yang mereka anggap terlalu liberal, lalu isi rekaman itu dihidangkan kembali di depan jemaah mereka, dicari kesalahannya. Kini mereka ribut karena ada dakwah para teolog di sana yang mengatakan Adam dan Hawa -- seperti disebut Alkitab -- harus dipandang sebagai simbol dari ciptaan Tuhan yang pertama. Jadi, bukan sebagai dua individu yang persis seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian. Ajaran tersebut, kata mereka, meragukan doktrin dosa asal -- dosa Adam yang membangkang kepada Tuhan. Sedangkan para teolog modern menafsirkan perbuatan Adam itu sebagai simbol pembangkangan manusia, makhluk ciptaan Tuhan. Mereka menuduh para teolog itu tidak menekankan kebangkitan badani Kristus. Tanpa kebenaran ini, menurut mereka, iman kekristenan tak ada artinya. Para teolog modern justru menyebut bahwa meski kebangkitan badani Kristus sangat penting, masih banyak aspek ajaran dan perbuatan Kristus yang harus dijadikan pegangan iman. Kekuasaan absolut Paus juga dipermasalahkan. Dalam dakwah para teolog yangsudah disebut itu, mereka tafsirkan "kabur". Jika apa yang dikatakan Paus tak dipandang sebagai kebenaran mutlak, maka kekatolikan para teolog itu "encer". Selain itu, mereka juga menolak masalah seks dan moralitas diajarkan di sekolah Katolik. Pastor Dr. Francis Moloney kepada wartaan TEMPO di Australia mengatakan, reaksi jemaah konservatif itu tak lain karena mereka panik Ajaran agama yang mereka yakiin sejak kecil telah dipertanyakan kembali oleh para teolog modern. "Mereka marah, lalu menuduh orang-orang ini mencairkan kekatolikan mereka," ujar Pastor Moloney. "Padahal, apa yang mereka anggap pegangan mutlak selama ini sebenarnya adalah Interpretasi gereJa atas apa yang tertulis di Alkitab. Dan itu masih menjadi bahan penelitian lebih mendalam," kata anggota Komisi Teologis Internasional untuk Kantor Paus itu. "Dengan berpegang secara membuta pada suatu interpretasi, mereka menutup mata kepada kebenaran yang lebih dalam." Alkitab, kata pastor itu lagi, ditulis pada abad kesembilan, oleh penulis-penulis yang ketika itu dibatasi kebudayaan mereka dan situasi sejarah pada masa itu. "Tugas kita sebagai kaum Kristen ialah menarik sari ajaran dari penulisan-penulisan itu. Tetapi orang-orang yang mengeluh itu tak mau membuka di mereka untuk mempelajari apa yang tertulis dalam Alkitab, dengan menerima apa yang diajarkan kepada mereka 40 tahun yang lalu sebagai kebenaran mutlak." Pada tahun enam puluhan, ketika Sidang Konsil Vatikan Kedua (Second Vatican Council) baru dimulai, memang ketidakpuasan orang-orang Katolik dapat dimengerti. Menurut Dr. Moloney, "Karena pada masa itu kami hanya mulai tahu apa yang tidak kami inginkan dari doktrin yang ada. Tapi belum tahu benar apa yang kami inginkan." Kctidaktentuan inilah yang menimbulkan kegelisahan. Setelah Sidang Konsili Vatikan Kedua, 1974, terjadi pertumbuhan iman di antara orang-orang Katolik itu sendiri. Yaitu toleransi dan pengertian yang lebih mendalam atas doktrin gereja. Doktrin yang dianggap mutlak itu kini diteliti dan dipertanyakan. Keterbukaan inilah yang tak disenangi. Di antaranya, pendirian gereja Katolik terhadap perceraian. Kristus sendiri mengatakan tak boleh bercerai. Tapi Kristus juga mengatakan, "Kalau lengan itu menyebabkan kita berdosa, putuskan lengan itu." Tukas Moloney, "Saya pribadi tak membenarkan perceraian, tapi terjadi juga. Kita harus mengakui kenyataan ini sebelum sebagai pengikut Kristus memberi dukungan moril kepada yang ditimpa perceraian." Sejak kolom Question Box dihentikan, kantor The Catholie Leader kebanjiran surat-surat dan telepon, meminta kolom tersebut dihadirkan kembali. Karena Pastor Bill O'Shea masih dalam penyelidikan Vatikan, redaksinya meneruskan kolom itu di bawah pengasuh tamu. Di antaranya Dr. Francis Moloney. Dr. Moloney, yang mengajar teologi di Catholic Thcological College, Melbourne, semula masuk order Salesian of Don Bosco. Ia alumnus Melbourne University, Seminari Teologia Roma, dan Doctor of Philosophy dari Oxford. "Pastor Bill sering naik bis bersama kami pergi menonton sepak bola," kata yang mengenalnya. Uskup Agung Rush menyebut dia sebagai mutiara dalam makota padang gembalanya. Rekannya dari gereja lain bersama-sama menulis surat ke Vatikan. Mereka mendukung Pastor Bill O'Shea. Juru bicara John XXIII Fellowship mengatakan, keluhan-keluhan yang mengguncangkan kalangan Katolik ini bukan datang dari golongan konservatif. Tapi itu muncul dari penganut Katolik biasa. "Karena melihat gereja mereka diencerkan," katanya. Laporan Dewi Anggraeni (Australia)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini