RESMINYA Azril Azahari sudah ditetapkan sebagai Penjabat Rektor Universitas Trisakti oleh yayasan perguruan tinggi itu. Tapi lelaki ini tidak berani berkantor di universitas yang berlokasi di kawasan Grogol, Jakarta Barat itu. Dia memilih menyewa ruang di Gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia di daerah Sudirman, sekitar 7 kilometer dari Trisakti. "Saya tidak mungkin berkantor di kampus," ujar Azril.
Wakil Direktur Program Pascasarjana Trisakti tersebut tak punya pilihan lain. Kendati sudah diangkat sebagai penjabat rektor pada 4 September silam, posisi barunya masih dalam sengketa. Rektor yang digantikan, Thoby Mutis, masih menganggap dirinya berkuasa. Tak pelak, universitas tersebut bagaikan punya dua nakhoda.
Gonjang-ganjing itu mulai meruncing April lalu saat Thoby merevisi statuta 2001 universitas tersebut tanpa persetujuan Yayasan Trisakti. Dalam statuta yang baru, wewenang yayasan dipangkas habis. Lembaga yang semula memiliki hak memecat rektor hingga mengawasi keuangan itu tidak lagi berkuasa. "Eksistensi yayasan seolah dilenyapkan," kata Sindhunatha, sang ketua yayasan.
Bukan cuma itu. Tiga bulan kemudian, kubu pendukung Thoby juga nekat menjagokan kembali lelaki tersebut sebagai rektor. Seharusnya masa jabatan Thoby habis pada 9 September, tapi Juli lalu senat mengajukan dia sebagai calon tunggal rektor kepada yayasan. Kendati pihak yayasan tak merestuinya, Thoby menganggap dialah rektor yang sah karena tak ada calon lain.
Kalangan senat universitas menyokong Thoby karena dia dianggap berprestasi mengkilap. Saat dia mulai memegang jabatan rektor pada 1998, rekening milik kampus dengan 32 ribu mahasiswa itu hanya berisi Rp 27 miliar. Sekarang? Sudah mengembung menjadi Rp 163 miliar. Kalangan dosen dan karyawan pun senang karena Thoby dinilai bisa memakmurkan mereka.
Hanya, oleh yayasan, pengangkatan Thoby dinilai tidak sah. Soalnya, dalam pemilihan rektor di universitas, biasanya diajukan lebih dari satu calon. Karena itulah dalam pertemuan di rumah Ferry Sonneville—bekas bintang bulu tangkis yang menjadi anggota yayasan—awal September lalu, dia diminta mengadakan pemilihan ulang. Selain itu, pihak yayasan mendesaknya agar mencabut statuta yang direvisi. Tapi, "Thoby menolak tuntutan ini," kata Sindhunatha.
Akhirnya, yayasan mengambil langkah drastis. Mereka memecat Thoby sebagai rektor, lalu mengangkat Azril sebagai penjabat rektor yang mempersiapkan pemilihan ulang. Selain itu, pihak yayasan membekukan rekening Trisakti yang berisi dana Rp 163 miliar.
Pembekuan itu sempat membuat pusing Thoby. Soalnya, dia mesti menutup biaya rutin sekitar Rp 15 miliar per bulan. Akhirnya, para mahasiswa diharuskan membayar uang kuliah lewat rekening baru yang dipegang kubu Thoby. Ada desas-desus kegiatan rutin juga dibiayai dengan dana pensiun karyawan, tapi Thoby membantahnya.
Buat memperkuat posisinya, belakangan Thoby juga mendeklarasikan Trisakti sebagai sebuah badan hukum seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Landasannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Badan Hukum Perguruan Tinggi. Dengan pola baru ini, majelis wali amanat akan menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di universitas, menggantikan posisi yayasan. Pihak pendiri hanya mendapat tiga dari 21 suara dalam majelis wali amanat.
Tapi langkah itu dianggap mengada-ada oleh yayasan. Sebab, PP No. 61/1999 yang dijadikan landasan sebenarnya tidak diberlakukan untuk perguruan tinggi swasta, tapi untuk perguruan tinggi negeri. Bagi Sindhunatha, perguruan tinggi swasta tetap harus mengacu pada PP No. 60/1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Repotnya, Thoby Mutis punya alasan lain. Dalam sejarahnya, peran Yayasan Trisakti tidak terlalu luar biasa. Yayasan ini justru mendapat aset dari pemerintah yang berasal dari penyitaan aset Universitas Res Publica yang dibekukan pada 1965.
Jadi, siapa yang bakal menang? Belum jelas. Yang pasti, kedua belah pihak merasa benar. Jalan kompromi pun semakin jauh. "Tipis kemungkinan rekonsiliasi. Thoby kami pandang tidak cocok jadi rektor," kata Sindhunatha.
Pemerintah juga tak bisa berbuat banyak untuk menengahi konflik ini. Satu-satunya jalan cuma pengadilan. Dan itulah yang dipilih oleh pihak yayasan. Pekan lalu mereka sudah memasang somasi buat Thoby di koran-koran.
Nurkhoiri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini