Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Embun Beku Dieng, Berkah Sekaligus Bencana bagi Warga

Sabar menyarankan pelancong yang berkunjung ke Dieng menyiapkan jaket tebal, syal, kaus tangan dan kaki untuk menahan dingin akibat bun upas.

7 Juli 2018 | 16.47 WIB

Cuplikan video dan foto-foto fenomena bun upas (embun es) di kawasan Dieng, Wonosobo yang beredar pada 6 Juli 2018. Humas Dieng Culture Festival
Perbesar
Cuplikan video dan foto-foto fenomena bun upas (embun es) di kawasan Dieng, Wonosobo yang beredar pada 6 Juli 2018. Humas Dieng Culture Festival

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah menilai fenomena embun yang membeku atau bun upas di kawasan dataran tinggi Dieng setiap kemarau sebagai berkah sekaligus bencana. Tanaman, daun dan rerumputan di kawasan dataran tinggi itu berselimut es seperti salju. Warga menyebutnya sebagai suasana Eropa di tanah Jawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Berkahnya fenomena bun upas ini wisatawan banyak berdatangan,” kata Sekretaris Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah Sabar Alfarisdi saat dihubungi Tempo, Sabtu, 7 Juli 2018. Penginapan-penginapan di kawasan itu penuh pelancong, sektor pariwisata menggeliat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sabar menuturkan, sejak embun beku pada Jumat 6 Juli 2018, pihaknya memantau kondisi kawasan Candi Arjuna yang jaraknya sekitar lima kilometer dari desanya itu. “Parkiran penuh kendaraan wisatawan luar daerah, mikro (sebutan angkutan bus mini pedesaan di kawasan Dieng) juga bolak-balik mengangkut wisatawan ke situ sampai siang,” ujarnya.

Semua akses menuju kawasan wisata tetap dibuka secara normal. “Wisatawan diminta menjaga kesehatan karena suhu bisa tambah ekstrem sampai di bawah 0 derajad celcius,” ujar Sabar. Ekstremnya suhu Dieng bisa membuat sesak nafas dan perut kram bagi yang tak tahan dingin.

“Kalau warga di sini karena sudah terbiasa tak begitu masalah, meski tetap sama kedinginan juga tapi tak sampai sakit.” Sabar menyarankan para tamu yang berkunjung ke Dieng menyiapkan jaket tebal, syal, kaus tangan dan kaki untuk menahan dingin yang menembus tulang. “Untuk persiapan, bayangkan saja kalau mau jalan-jalan ke Eropa pas salju turun,” ujar Sabar.

Dampak buruknya, belum ditemukan cara yang efektif menekan puso atau gagal panen dari tanaman komoditas utama khususnya kentang yang sudah terlanjur ditanam warga sekitar Dieng. Sebab sampai sekarang datangnya bun upas terus berubah saat musim kemarau. Usia tanaman kentang yang ditanam warga periode masa panennya tiga bulan atau 100 hari. “Setelah fenomena bun upas lewat, tanah pertanian kami jadi lebih gembur, jadi seolah sehat dan subur lagi untuk ditanami.”  

 

Endri Kurniawati

Endri Kurniawati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus