Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Enam kandidat satu kursi

Calon pengganti Gubernur Timor Timur, Mario Viegas Carrascalao ramai digunjingkan. ada yang menghendaki putra daerah, ada juga anggota ABRI. nama Brigjen A.B. Saridjo mendapat lampu hijau.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEANDAINYA tidak terjadi peristiwa berdarah Santa Cruz. 12 November lalu, tentu tak akan timbul spekulasi tentang siapa yang bakal menggantikan Gubernur Timor Timur, Mario Viegas Carrascalao. Yang telah dua periode menjabat gubernur sampai 18 September depan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku ia tak mungkin dicalonkan lagi. Jauh sebelum peristiwa Santa Cruz meletus, sebenarnya Carrascalao telah menyiapkan sejumlah calon, dan sebagian di antaranya bukan putra daerah. Salah satu nama yang waktu itu santer disebut-sebut adalah bekas Pangkolakops Tim-Tim, Brigjen. Samuel Warrouw. Namun, setelah calon kuat ini disidangkan Dewan Kehormatan Militer (DKM) sehubungan dengan kasus Santa Cruz, namanya tak muncul lagi ke permukaan dan keinginan sejumlah pemuka Tim-Tim untuk mengorbitkan putra daerah kembali ramai terdengar. Adakah pengganti Carrascalao putra daerah atau bukan? Menteri Dalam Negeri Rudini, selepas memberikan pengarahan pada Konperensi Pariwisata Nusantara di Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis pekan lalu, kembali mengisyaratkan bahwa rakyat Tim-Tim umumnya bisa menerima gubernur bukan putra daerah. Bagaimana kalau DPRD menghendaki putra daerah? Itu, kata Rudini, hak DPRD. "Yang jelas pemerintah pusat menentukan gubernur Tim-Tim harus putra daerah," katanya. Pernyataan Menteri Rudini itu segera memancing spekulasi. Masyarakat Tim-Tim, termasuk mereka yang di perantauan, mulai mengaisngais calon pengganti Carrascalao. Di antara mereka ada yang menghendaki putra daerah, ada yang menginginkan anggota ABRI. Bahkan, ada yang menginginkan Carrascalao dipilih untuk ketiga kalinya. Bekas Presiden Trabalistha, Paulo Fretitas, yang kini jadi wakil PDI dalam DPRD Tim-Tim, misalnya, termasuk yang menghendaki agar Carrascalao dipertahankan. Paling tidak, katanya, sampai masalah Tim-Tim tak lagi diungkitungkit Portugal di forum PBB. "Bila tak ada toleransi khusus buat Carrascalao, sebaiknya penggantinya dipilih putra daerah," katanya. Usul ini didukung Sekretaris PDI Tim-Tim, Tampubulon, dengan alasan putra daerah akan lebih bisa memahami budaya setempat. Kedua dedengkot PDI ini mengunggulkan Wali Kota Dili, Dominggos Bupati Los Palos, Jose Valente anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Zico Lopez dan Asisten Gubernur Bidang Pemerintahan, Tito Dos Santos Baptista. Lain lagi keinginan Manuel Carrascalao, wakil Golkar dalam DPRD Tim-Tim. Ia menghendaki calon pengganti dari ABRI. Alasannya? Selama ini, menurut pengamatan abang kandung Gubernur Carrascalao itu, di Tim-Tim ada dua komando. "Pangkolakops, yang semestinya hanya mengurus keamanan, terkadang turut pula mencampuri urusan pemerintahan yang dipegang gubernur," katanya. Ia berharap jika kelak yang terpilih anggota ABRI, hal demikian bisa dihindarkan. Calon yang dijagokannya adalah bekas Gubernur Nusa Tenggara Timur, Brigjen. Ben Mboi. Gubernur Carrascalao juga termasuk yang tak begitu mempersoalkan putra daerah yang menjadi penggantinya. Ia mengemukakan contoh betapa dirinya amat terpukul akibat peristiwa Santa Cruz, dan bahkan merasa gagal melaksanakan tugas untuk bisa membahagiakan rakyat Tim-Tim. Masalah yang rawan menurut Pangkolakops Brigjen Theo Syafei, putra daerah punya ikatan dengan partai lama atau tanah asal. Masyarakat yang terkotak-kotak itu cenderung melahirkan oposisi pada gubernur baru. Namun, nama yang belakangan santer terdengar adalah Wakil Gubernur Tim-Tim, Brigjen. A.B. Saridjo. Walaupun orang nomor dua di Timor Timur yang berasal dari Jawa Tengah ini sudah belasan tahun bertugas di sana, masih ada saja yang menganggapnya belum dekat dengan masyarakat. Dia tampaknya yang telah mendapat "lampu hijau" dari atas. Apa lagi kalau syaratnya, menurut seorang perwira tinggi di Kodam Udayana, calon gubernur harus benar-benar "merah putih." Agus Basri (Jakarta), dan Rubai Kadir (Dili)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus