Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat kebijakan publik dari PH&H Public Policy Interest Group Agus Pambagio menilai fenomena organisasi masyarakat (ormas) yang meminta dana tunjangan hari raya (THR) ke perusahaan-perusahaan berakar dari masalah ekonomi. Hal tersebut yang kemudian membuat anggota ormas tersebut meminta bantuan dana ke para pengusaha di daerah mereka tinggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu kan orang-orang pengangguran. Ada orang putus sekolah, macam-macam,” kata Agus ketika dihubungi lewat sambungan telepon pada Rabu, 26 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus menjelaskan fenomena tersebut terus terjadi karena rerata masyarakat tidak memiliki penghasilan tetap. Hal ini kemudian diperparah dengan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin meningkat sehingga jumlah pengangguran terus bertambah.
Kondisi ekonomi yang buruk tersebut kemudian memaksa sebagian orang untuk melakukan hal kurang terpuji, termasuk meminta permohonan bantuan dana ke para pengusaha dengan mengatasnamakan ormas. “Malak kelas kambing kan (namanya). Dia buat makan,” ujar Agus.
Persoalan tersebut, kata Agus, hanya dapat diselesaikan bila pemerintah mau turun tangan dan melakukan perbaikan dari hulu, dalam hal ini mengurangi angka pengangguran. Agus menegaskan pemerintah perlu menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan sehingga fenomena ormas minta THR tersebut tidak lagi terjadi.
“Sekarang ini banyak pengangguran PHK, ya sudah semakin banyak (ormas-ormas). Kalau itu tidak diberikan lapangan pekerjaan, malak dia. Karena harus makan kan, manusiawi,” kata Agus.
Oleh sebab itu, Agus mengkritik pernyataan Wakil Menteri Agama Raden Muhammad Syafi’i atau Romo Syafi’i yang justru memaklumi fenomena tersebut. Agus berpendapat fenomena ormas yang meminta THR ke beberapa perusahaan seharusnya tidak dibiarkan terjadi begitu saja. “Seorang wakil menteri bisa bicara begitu, itu kan sangat merendahkan bangsa ini,” ujarnya.
Sebelumnya ramai di media sosial respon dari Wamenag Romo Syafi’i yang menanggapi santai tindakan ormas yang kerap kali meminta THR ke para pengusaha menjelang Lebaran. “Saya rasa itu budaya Lebaran Indonesia sejak dahulu kala, enggak perlu dipersoalkan,” kata Syafi’i dalam dalam video yang beredar di jagat dunia maya seperti dikutip Tempo, Rabu, 26 Maret 2025.
Fenomena ormas meminta THR kepada perusahaan-perusahaan di lingkungan mereka menjelang Lebaran memang kerap terjadi di Indonesia. Salah satunya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Bitung Jaya yang sempat viral karena diduga mengirimkan surat permohonan THR yang ditandatangani Ketua LPM Desa Bitung Jaya A. Jayadi dan Sekretaris Agus Rika.
Di dalam surat, Jayadi tak menyebutkan secara spesifik nominal yang ia minta kepada perusahaan. Ia mengaku akan menerima berapa pun duit THR yang disalurkan oleh perusahaan kepada mereka. "Kami meminta kepada perusahaan dan pengusaha yang berada di lingkungan kami untuk sudi kiranya memberikan dana THR. Besar-kecilnya pemberian akan kami terima dengan senang hati," tulis Jayadi dalam surat itu.
Han Revanda Putra ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.