Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Gerilya Penantang DKI-1

Partai Gerindra menyiapkan Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil sebagai kandidat calon Gubernur DKI Jakarta. Menunggu keputusan Prabowo Subianto.

22 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTEMUAN empat mata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dengan pengusaha Sandiaga Salahudin Uno pada 31 Januari lalu sama sekali luput dari pantauan media. Tidak seperti biasanya, hari itu tak ada informasi tentang agenda sang Wali Kota. Apalagi keduanya bersua di Pendapa Kota Bandung, rumah dinas Ridwan pada akhir pekan. Berdiskusi selama satu setengah jam, keduanya lebih banyak berbicara tentang rencana modernisasi 37 pasar tradisional di Bandung.

Sandiaga baru menyinggung persoalan pemilihan Gubernur DKI Jakarta menjelang azan magrib berkumandang. Ketika pertemuan hampir usai, ia menanyakan kepastian pencalonan Ridwan sebagai Gubernur Jakarta. Ridwan, kata dia, menjawab bakal pikir-pikir dulu. "Kalau begitu, saya izin memulai kegiatan duluan di Jakarta," ujar Sandiaga, Kamis pekan lalu, menirukan percakapan mereka. Ridwan membantah kabar bahwa pertemuan tersebut berbicara khusus mengenai persiapan pemilihan Gubernur Jakarta. "Hanya soal investasi pasar," katanya.

Perjumpaan diam-diam itu menimbulkan spekulasi gerilya menuju DKI-1. Apalagi keduanya masuk daftar penjaringan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya. Sandiaga saat ini menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Ridwan juga lengket dengan Gerindra. Sebab, saat mencalonkan diri sebagai wali kota, pria yang biasa dipanggil Kang Emil ini diusung partai berlambang kepala burung garuda tersebut.

Gerindra sudah lama berancang-ancang mencari penantang Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pada November 2015, Partai Gerindra DKI Jakarta memutuskan membentuk tim penjaringan kandidat gubernur. Bulan berikutnya, panitia penjaringan terbentuk dan dipimpin Syarif, Wakil Ketua Gerindra DKI Jakarta. Sejak saat itulah panitia yang beranggotakan 17 orang ini mulai bergerak. Menurut Syarif, strategi penjaringan dirumuskan di Jalan Talang, Jakarta Pusat.

Awalnya, panitia itu menjaring delapan nama calon yang dianggap bisa menjadi pesaing Ahok. Mereka antara lain Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani; Ketua Gerindra Jakarta Muhammad Taufik; Ketua Fraksi Gerindra Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta Mohamad Sanusi; anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Biem Triani Benjamin; dan Sandiaga. Tiga nama lain bukan kader Gerindra, yakni Ridwan Kamil, mantan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah. Penjaringan tahap pertama pada 15 Januari lalu sempat tertunda. "Ada bom Thamrin," ujar Syarif.

Penjaringan tahap pertama akhirnya digelar pada 27 Januari lalu. Tak semua nama yang diundang bersedia hadir dalam pertemuan di Hotel Sari Pan Pacific itu. Menurut Syarif, hanya empat kandidat yang datang, yakni Sandiaga, Muhammad Taufik, Biem Benjamin, dan Sanusi. Mereka diminta meneken syarat dan mekanisme penjaringan. Di antaranya turun ke masyarakat selama enam bulan dengan biaya sendiri. "Saya setuju karena aturannya masuk akal," kata Sandiaga.

Syarif menuturkan tiga kandidat mengirim surat tak bisa hadir dalam penjaringan. Sjafrie tak bisa mengikuti acara karena sedang di luar negeri. Saefullah menjawab tak bisa berpartisipasi karena masih menjabat sebagai pegawai negeri sipil. Adapun Ridwan, menurut Syarif, mengirim surat pernyataan tak bisa datang ke Jakarta karena sedang ada acara. Dalam suratnya, Ridwan menjelaskan bakal hadir pada saat yang tepat. Ketika ditanyai alasan ketidakhadirannya, Ridwan menjelaskan, "Saya memang sengaja tidak datang."

Di luar nama-nama yang masuk bursa, panitia penjaringan memakai cara jemput bola. Pada 12 Februari lalu, Gerindra mengundang 14 nama lain yang disebut-sebut tertarik menjadi calon gubernur. Di antaranya mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, Ketua Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli, pengusaha perempuan Isnaeni, arsitek Marco Kusumawijaya, Direktur Lembaga Pengkajian Kebijakan Publik Ichsanuddin Noorsy, dan Ketua Partai Persatuan Pembangunan DKI Jakarta Abraham Lunggana.

Rabu pekan lalu, Syarif juga mendatangi kediaman musikus Ahmad Dhani di kawasan Pondok Indah, Jakarta. Menurut dia, Gerindra bakal mengajak partai pendukung Dhani dalam pemilihan mendatang. "Dhani menyatakan siap," katanya. Dhani, yang masuk bursa calon gubernur dari Partai Kebangkitan Bangsa, sempat kebingungan oleh pendekatan partai besutan Prabowo Subianto tersebut. "Saya jadi bingung, saya anaknya Prabowo atau Muhaimin Iskandar," ujar Dhani.

Syarif mengatakan penjaringan tahap berikutnya diadakan pada 20 April. Setelah itu, mereka bakal menggelar dua kali survei untuk menentukan tingkat popularitas dan elektabilitas calon. Pada awal Juli nanti, Gerindra DKI Jakarta bakal menyerahkan tiga nama bakal calon terpilih. Tiga nama terpilih adalah mereka yang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi. "Siapa yang dipilih, itu urusan pengurus pusat," ujarnya.

Seorang petinggi Gerindra menuturkan, sebenarnya, calon gubernur tinggal mengerucut pada dua nama, yakni Sandiaga dan Ridwan. Sandiaga, misalnya, dianggap memiliki kemampuan finansial yang cukup dan nilai tambah sebagai pengusaha sukses. Ridwan terbukti mampu menata Kota Bandung dengan aneka macam prestasi. Karena itulah, kata si politikus, Prabowo Subianto intens berkomunikasi dengan keduanya.

Sandiaga mengatakan keinginan menjadi calon Gubernur DKI Jakarta tebersit pada pertengahan tahun lalu. Kala itu, dia sedang bercakap-cakap dengan Prabowo pada satu perjumpaan. Prabowo sempat bertanya kepadanya mengenai konsep pembangunan yang lebih baik untuk Jakarta. Perbincangan ringan itu membekas di kepalanya. Desember tahun lalu, Sandiaga berjumpa kembali dengan Prabowo. Saat itulah dia mengajukan sejumlah gagasan, terutama dalam aspek ekonomi. Prabowo, kata Sandiaga, berpesan kepadanya, "Kalau bisa, melangkahlah terus."

Pada perayaan ulang tahun Gerindra, 6 Februari lalu, Sandiaga menyampaikan kebulatan tekadnya maju sebagai calon Gubernur Jakarta. Keinginan ini disambut Prabowo dengan jawaban puitis. "Karena kita beroposisi, kamu akan bersahabat dengan sepi, bergelayut dalam kesendirian," kata Prabowo seperti ditirukan Sandiaga. Pada momen itu pula Prabowo menyapa Sandiaga dengan sebutan "Gubernur".

Pekan lalu, Sandiaga menunjuk Budi Purnomo Karjodihardjo sebagai ketua tim media untuk pemenangannya. Budi Purnomo adalah anggota tim sukses Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama ketika bertarung dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Saat pemilihan presiden, ia berbelok menjadi ketua tim media Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sandiaga mengenal Budi tatkala sama-sama aktif di tim pemenangan Prabowo.

Kandidat kuat lain, Ridwan Kamil, bukannya belum bergerak. Pada awal Januari lalu, dia menemui Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani di Jakarta. Keduanya mendiskusikan banyak hal tentang pemilihan Gubernur Jakarta. Sepekan berikutnya, Ridwan menemui Prabowo Subianto di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Seorang politikus Gerindra yang mengetahui pertemuan itu mengatakan Prabowo menanyakan kesiapan Ridwan sebagai calon Gubernur Jakarta. "Sinyalnya, sepertinya bakal bersedia," kata si politikus.

Politikus itu menuturkan Prabowo juga meminta Ridwan menjadi kader partainya. Permintaan ini justru membuat Ridwan gamang. Ridwan ragu karena berstatus pegawai negeri sipil dan pengajar Institut Teknologi Bandung. Dia berat melepaskan status ini karena keluarganya berlatar belakang amtenar. "Cita-cita saya memang menjadi PNS," kata politikus itu menirukan ucapan Ridwan. Muzani membenarkan kabar bahwa ia telah bertemu dengan Ridwan. "Memang ada obrolan soal pilkada DKI Jakarta," ujarnya.

Ridwan mengatakan pembicaraan dengan Prabowo bukan cuma soal pemilihan Gubernur Jakarta. "Banyak ngalor-ngidul-nya juga," ujarnya. Menurut dia, Prabowo banyak memberikan nasihat agar dia bekerja dan berprestasi selama memimpin daerah. Prabowo juga banyak menyampaikan harapan kepadanya. "Biar nanti hasil survei yang menceritakan siapa saya."

Soal permintaan Prabowo agar menjadi kader partai, Ridwan masih mempertimbangkan. Apalagi permintaan tak hanya datang dari Gerindra. Dia menilai masuk partai politik adalah pilihan besar dalam hidupnya. Ridwan mengakui proses masuk Gerindra akan jauh lebih lapang karena partai itu telah berhasil mengantarkannya memimpin Kota Kembang.

Dia menegaskan, keputusan maju-tidaknya dia sebagai calon gubernur bakal disampaikan pada Maret depan. "Kalau hati sudah jatuh ke mana, saya putuskan," ujarnya.

Ahmad Muzani menuturkan siapa yang bakal dipilih sebagai calon gubernur akan ditentukan pengurus pusat. Apalagi, kata Muzani, Prabowo sudah memberi instruksi kepada semua kadernya, "Kita akan berjuang habis-habisan di Jakarta." Adapun Prabowo menyebutkan belum melabuhkan dukungan kepada salah satu bakal calon gubernur. "Saya harus mendengar aspirasi dari bawah," ujarnya.

Wayan Agus Purnomo, Angelina Anjar, Yohanes Paskalis, Putra Prima Perdana (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus