Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 1946 hingga 1950 adalah tahun-tahun emas Haji Agus Salim dalam pergolakan politik Indonesia. Ia bahkan digelari sebagai “Orang Tua Besar”. Tetapi, setelah tahun emas tersebut, peran Agus Salim lambat laun memudar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus Salim kemudian memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk keluhuran Islam. Keputusan Agus Salim ini berawal dari undangan untuk memberikan kuliah tentang Islam di Cornell University, Ithaca, AS dan memberikan kuliah di Princeton University.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada masa-masa ini, kesempatan Agus Salim untuk terus memperdalam pengetahuannya dalam bidang ilmu kembali terbuka. Kuliah-kuliah Agus Salim diisi dengan sejarah hidupnya terutama yang berhubungan dengan asal mula bagaimana Islam di daerah Minangkabau yang kental tradisi agamanya.
Akhirnya, Agus Salim menjadi tertarik untuk mempelajari Islam dari berbagai segi, bukan hanya sebagai agama dan panutan nenek moyang, tetapi juga sebagai pandangan hidup setiap pribadi muslim yang sadar akan tugas dan kewajibannya di tengah-tengah masyarakat bangsanya.
Penyelidikan Agus Salim ini sampai pada kesimpulan bahwa umat Islam di Indonesia mundur lantaran salah dalam menafsirkan ajaran-ajaran Islam. Karena itu, Agus Salim, selain menjadi ulama, juga berperan sebagai salah seorang ahli pikir Islam. Ia juga terjun di tengah-tengah pergerakan Islam untuk memberi bimbingan secara langsung.
Kuatnya motivasi Agus Salim terhadap Islam sebenarnya dapat dilacak jauh ke belakang, yaitu ketika dirinya bermukim selama 5 tahun di Arab. Karena itu, meskipun Agus Salim mendapatkan pendidikan formal dari Barat, tetapi ia tetap kembali kepada Islam yang hampir tenggelam dalam gemerlap Barat.
Agus Salim pun lahir menjadi seorang reformer Islam di Tanah Air, mengikuti jejak reformer Islam lain seperti Jamaluddin Al Afghani dan Mohammad Abduh. Ia pun akhirnya kembali ke Indonesia pada 1954.
Pada perayaan ulang tahunnya ke-70, Agus Salim semakin memantapkan niatnya dan memutuskan untuk meninggalkan jabatan pemerintahan dan akan mencurahkan tenaga dan pikiran untuk pendidikan dan pengajaran.
Namun, manusia hanya berencana, Tuhan jua yang menentukan. Pada 4 November 1954 jam 14.42, Agus Salim wafat di Rumah Sakit Umum Jakarta. Keesokan harinya pukul 2 siang, jenazah Agus Salim dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
NAUFAL RIDHWAN ALY