Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta- Pemerintah Kabupaten Sleman merampungkan rapid test massal hari kedua untuk pengunjung pusat perbelanjaan Indogrosir Sleman, Yogyakarta, Rabu 13 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari total 427 orang peserta rapid test massal yang dipusatkan di Gedung Olahraga (GOR) Pangukan Sleman itu, diketahui hasilnya 19 orang reaktif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, hasil rapid test massal pada hari pertama yang digelar Selasa 12 Mei 2020, dari 461 peserta sebanyak 20 orang dinyatakan reaktif. Kuota 500 rapid test perhari tetap tak terpenuhi.
Para peserta rapid test massal ini merupakan pengunjung Indogrosir Sleman periode 19 April- 4 Mei 2020. Mereka mengikuti rapid test setelah adanya temuan kasus karyawan Indogrosir Sleman positif terpapar Corona.
"Untuk peserta yang hasilnya reaktif dilakukan karantina di Asrama Haji Sleman," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo Rabu 13 Mei 2020.
Joko mengatakan keputusan melakukan karantina di Asrama Haji bagi pengunjung yang rapid testnya reaktif tetap memperhatikan protokol pengamanan. "Karantina di Asrama Haji menerapkan aturan atau protokol sangat ketat. Mirip cara isolasi non kritikal di rumah sakit," ujar Joko.
Di Asrama Haji Sleman itu, ujar Joko, juga disiagakan dokter khusus sebagai koordinator pelayanan selain tenaga perawat.
Joko mengatakan keputusan menjadikan Asrama Haji Sleman sebagai fasilitas kesehatan darurat untuk pengunjung yang hasilnya reaktif menjadi pilihan terbaik di antara semua pilihan yang dinilai kurang baik.
Sebab sebelum klaster Indogrosir Sleman ini ada, ujar dia, pemerintah daerah masih berkukuh mengharuskan pasien dengan hasil rapid test reaktif harus dirawat di rumah sakit meskipun secara fisik tampak sehat atau tanpa gejala.
"Akhirnya sekarang harus mengakui kenyataan, ada potensi ledakan kasus terkonfirmasi positif dari Indogrosir Sleman ini. Padahal kapasitas kamar isolasi rumah sakit sangat terbatas," ujarnya.
Kasus karyawan Indogrosir yang sudah dipastikan positif Covid-19 sendiri bertambah 10 karyawan hingga Rabu 13 Mei 2020. Sehingga jumlahnya kini ada 26 karyawan Indogrosir Sleman yang positif Covid-19, di mana satu orang dinyatakan sembuh.
Pakar epidemilogi UGM yang juga anggota Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas Covid-19 Yogya, Riris Andono, mengatakan terkait klaster Indogrosir Sleman, dari tambahan 10 kasus baru tersebut, sebanyak tiga kasus tertular dari karyawan.Mereka adalah anggota keluarga si karyawan. "Namun untuk kasus Indogrosir Sleman, kategorinya bukan peningkatan penularan. Peningkatan kasus itu terjadi ketika adanya klaster kasus. Secara umum laju penularan di DIY relatif masih sama," ujarnya.
Riris mengatakan dengan klaster Indogrosir Sleman yang berpotensi memicu ledakan kasus positif Covid-19, perlu sejumlah persiapan. Di antaranya, kata dia, peningkatan kapasitas diagnosis dan tata laksana kasus, yaitu fasilitas karantina dan isolasi non medis. "Mengingat cukup banyak kasus yang tidak bergejala atau bergejala ringan saja dari klaster Indogrosir Sleman ini," ujarnya.