Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Heboh Jenglot, Ini Kesaksian Agus Curik yang Melarungnya ke Laut

Jenglot dari Surabaya itu dilarung ke laut. Ini kesaksian Agus Curik yang ikut membuangnya ke laut.

19 Oktober 2017 | 01.27 WIB

Sosok Jenglot yang ditemukan di bebatuan gemparkan warga di kawasan Pantai Kenjeran.
Perbesar
Sosok Jenglot yang ditemukan di bebatuan gemparkan warga di kawasan Pantai Kenjeran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Surabaya -  Keberadaan benda yang dipercayai sebagai jenglot memicu pertanyaan sejumlah warga. ‎Sebagian meyakini sosok berbentuk seperti manusia setinggi 40 sentimeter itu sebagai jenglot asli, yang dipercaya memiliki kekuatan mistis. Yang lain menganggapnya sebagai lelucon.

Jenglot itu ditemukan di Pantai Watu-Watu, Kenjeran Surabaya, Senin 16 Oktober 2017. 

Simak: Ini Penampakan Seram Jenglot yang Gegerkan Warga Surabaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Salah satu pengamat budaya di Surabaya, Agus Curik‎,‎ meragukan keaslian jenglot yang bau anyir tersebut. "Itu bukan jenglot, ngapain kita percaya begitu," ujarnya saat ditemui Tempo di perkampungan nelayan Cumpat, Rabu, 18 Oktober 2017.

Warga Kedung Cowek itu ikut melarung‎ jenglot beserta kotak kayunya. Ia mengaku diajak Camat Bulak, Suprayitno, untuk mengawal pelepasannya menggunakan perahu nelayan. Ia dinilai memahami budaya dan tradisi, sehingga bisa mengidentifikasi apakah jenglot itu asli atau palsu.
 
Agus meyakini jenglot itu palsu. "Itu dari tulang binatang. Kayaknya dari burung bangau atau kuntul itu lho," ucap dia.
 
Yang asli, kata dia, hanya petinya yang terbuat dari kayu. Namun bagian tubuhnya bukan mayat. "Pembentuknya itu dari kulit binatang. Nah, bagian tubuh binatang lalu dibentuk seperti manusia jenglot," kata Agus.‎‎
Camat Bulak, Suprayitno, akhirnya melarung benda misterius yang diduga jenglot ke laut. Semula, pihaknya berencana melarung jenglot sepekan kemudian. Namun belakangan, benda itu mulai membuat pihaknya kerepotan.‎ "Kantor kecamatan jadi jujugan warga untuk melihat, dari anak kecil, ibu-ibu, sampai yang tua, bahkan dari media. Luar biasa," ujarnya saat ditemui wartawan.‎
Ia mengatakan, jenglot membuat pelayanan di institusinya jadi terganggu. Jika jenglot tetap disimpan di kantornya, ia dan para pegawai disibukkan dengan kedatangan pengunjung yang penasaran.
 
"Kalau makin banyak pengunjung yang melihat, malah membuat nuansa mistik atau sirik. Jadi kami memutuskan sebaiknya dilarung hari ini saja," tutur dia.‎
Bersama beberapa pegawai kantor kecamatan, Suprayitno ‎membawa jenglot berbalut kain putih di dalam kotak kayu ke pinggir pantai dekat perkampungan nelayan. Perkampungan pinggir pantai itu berjarak sekitar 200 meter dari Pantai Watu-Watu. Dari sana, ia berangkat menggunakan perahu menuju Selat Madura sisi timur Jembatan Suramadu.‎
 
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus