Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Hujan Buatan Di Sawangan ?

Pengajian bersama warga Muhammadiyah, NU, SI dan Golkar di desa Sawangan (kab. Bogor) dituduh mau mendirikan negara islam, para aktivisnya ditangkap.(ds)

30 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA Sawangan di Kabupaten Bogor, Ja-Bar, selalu hijau diliputi kebun mentimun dan pepaya. Terletak sekitar 22 km di selatan Jakarta, di tepi jalan raya menuju Bogor lewat Parung, suasana sehari-hari di sana tenang. Tapi mendadak, pertengahan Ramadhan lalu penduduk dikejutkan oleh penggerebekan terhadap beberapa warga desa. Menjelang berbuka puasa, Kamis 24 Juli, para petugas Korem 061 Suryakencana Bogor menangkap Dadi Hidayat bin Kaltam, 37 tahun, seorang guru SD. Bersama Hidayat, ditangkap pula Achmad Damanhuri Banjar alias Fauzi BA bin H.M. Banjar, 39 tahun, pegawai Pengadilan Agama Tangerang, dari Desa Jampang, Parung. Sampai 29 Juli, hasil pengyerebekan bertambah Moh. Enoh bin Saerun, 41 tahun, pegawai Kecamatan Sawangan Haji Djaih bin Miun, 52 tahun, petani dari Citayam, Kecamatan Depok serta Nana Sumarna, sopir colt Daihatsu. Hanya Sumarna yang dilepas 6 Agustus lalu, yang lain masih ditahan di Korm 061, sampai sekarang. Pengajian Bersama Kabarnya masih 20 orang lagi yang buron. Mereka dituduh ingin melanjutkan perjuangan DI/TII Kartosuwiryo mendirikan "Negara Islam Indonesia" (NII). Bahkan konon juga melakukan bai'at (sumpah setia) terhadap beberapa orang. Menurut sebuah sumber TEMPO, kegiatan mendirikan "NII" itu pernah diuraikan oleh Ustaz Wisnu di rumah H.M. Sanusi Hasan, salah seorang tokoh masyarakat Islam Sawangan. Sanusi sendiri konon diangkat sebagai "camat NII" Sawangan. Pembentukan "NII" juga sudah meluas sampai Ciawi, Cimanggis, Caringin, semuanya di Bogor. Di Caringin, yang berwajib menangkap M. Yusuf alias Basyir bin H.A. Munir, 43 tahun, pemilik rumah makan. Ia mengaku telah dibai'at oleh T. Tadjuddin, yang sering makan di rumah makannya sejak tahun lalu. Mengaku sering didatangi oleh bekas DI/TII Yusuf juga telah membai'at 6 orang, terdiri dari para pemuda, pedagang, guru agama dan penarik ojek. Di Ciawi para petugas juga menggerebek rumah Ma'sum bin H. Bani, 30 tahun. Kabarnya Ma'sum membawa pistol mainan ketika ditangkap. "Pusat Pemerintahan NII yang berada di Cianjur, Ja-Bar, juga sudah digulung. Mereka kabarnya sempat mnyusun "kabinet". "Presiden NII" H.A. Sobari dan "Bupati NII Cianjur" Inta Wijaya juga diringkus. Ketika penangkLpan berlangsung di Sawangan, delapan orang yang juga sedang dicari oleh Karem 061 menuju Jakarta menemui Sylpri Helmy Tanjung, anggota DPR-RI dari F-PP, minta perlindungan. Empat di antaranya K.H. Ma'mun (pimpinan NU Sawangan yang dituduh sebagai "Bupati NII Bogor"), H.M.E. Sunadi (pimpinan Muhamaddiyah Sawangan yang dituduh sebagai "staf bupati"), H.M. Sanusi llasan (dituduh sebagai "(Camat NII Sawangan") dan H. Yusuf Ridwan (dituduh sebagai "staf bupati"). Mereka menceritakan, penangkapan terhadap warga Desa Sawangan yang 90% beragama Islam itu atas petunjuk Kepala Desa Sawangan H.M. Mansur dan Nur Abdullah, anggota DPRD Kabupaten Tangerang yang tinggal di Desa Jombang, Ciputat, Jakarta. Kisahnya dimulai ketika beberapa tokoh masyarakat Islam Sawangan berusaha mempersatukan umat dengan menyelenggarakan pengajian setiap malam Jumat dan Minggu pagi sejak 6 bulan lalu. Tempatnya berpindah-pindah dan sering mendatangkan beberapa pembicara. Pengajian itu diikuti oleh warga Muhammadiyah, NU, SI bahkan umat Islam warga Golkar. Di pihak lain adalah Nur Abdullah, si anggota DPRD Tangerang. Ia menganggap, "tidak ada kamusnya NU dan Muhammadiyah mengaji bersama." Hingga ia mengambil kesimpulan pengajian itu "pasti punya maksud tertentu." Karena itulah Nur lantas mendirikan "Muhammadiyah tandingan" di Sawangan. Tapi berhasil digagalkan, terutama oleh Damanhuri Banjar, pegawai Pengadilan Agama Tangerang. Takut Ke Masjid Tidak berhenti sampai di situ, Nur melaporkan pengajian yang dianggapnya "tidak biasa" itu kepada Camat Sawangan. Informasi ini akhirnya sampai ke tanga Bupati Bogor. Dan ditangkaplah para penyelenggara pengajian. Nur Abdullah sendiri semula adalah pimpinan Muhammadiyah Ciputat (Jakarta) tapi lantas diangkat sebagai anggota DPRD Tangerang mewakili Golkar (1971). Dalam pemilu 1977 diangkat lagi mewakili F-ABRI. Syufri Helmy Tanjung tidak yakin ada usaha mendirikan "NII" yang kasusnya hampir sama "Komando Jihad" Setiap kali menjelang pemilu. "Apa ini bukan hanya hujan buatan?" tanya Syufri. Maksudnya hanya bikinan belaka alias fitnah. Toh Syufri melindungi mereka yang dituduh itu, "terutama karena orang Sawangan sudah takut bersembahyang di masjid." Pihak Korem 061 sudah 3 kali memanggil Sunadi dkk. Syufri bersedia menyerahkan mereka dengan catatan boleh diperiksa, tapi tidak perlu ditahan. Mayor Mansur, As. Intel Korem 061, menjamin tidak akan menahan mereka. Sampai beberapa hari setelah lebaran mereka ternyata tidak memenuhi panggilan Korem. Hanya H.M. Ma'mun yang datang, membawa surat seorang dokter Kebayoran yang menyatakan Ma'mun perlu istirahat 10 hari. Dan belakangan diperpanjang 10 hari lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus