Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Impian Rizqi Bantu Neneknya, Bisa Kuliah Kedokteran Berkat KIP Kuliah

Simak di sini cerita Rizqi raih beasiswa KIP Kuliah.

6 November 2023 | 13.17 WIB

Rizqi Adnan Dzaki adalah mahasiswa semester tiga, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako, Palu. Istimewa
Perbesar
Rizqi Adnan Dzaki adalah mahasiswa semester tiga, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako, Palu. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun dengan kondisi ekonomi serba pas-pasan, impian Rizqi Adnan Dzaky untuk dapat menempuh jenjang perkuliahan tidak gugur. Kini, ia tengah menjalani kehidupan sebagai mahasiswa semester tiga di Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah melalui beasiswa KIP Kuliah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Saya bangga. Saya sangat bersyukur pada Allah. Meski dengan kondisi yang terbatas, semangat belajarnya tidak surut,” ujar Masitah, nenek Rizqi dilansir laman Kementerian Pendidikan pada Senin, 6 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rizqi lahir dari keluarga yang sederhana. Sejak usia satu tahun tujuh bulan, ia diasuh oleh neneknya, Masitah. Masitah hanya membuka warung kelontong di rumahnya. Untuk makan sehari-hari, mereka mengandalkan penghasilan dari usaha itu.

Hidup serba terbatas memang telah dirasakan Rizqi sejak kecil. Penghasilan dari warung hanya berkisar Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per hari. Uang itu tidak cukup untuk membiayai kebutuhan mereka. Namun, ada sanak saudara yang bergantian menolong semampunya. 

Kini, sang nenek telah menginjak usia 56 tahun. Ia sudah tidak bisa beraktivitas banyak bekerja. Belum lagi keluhan kesehatan akibat penyakit diabetes mellitus yang membatasi aktivitasnya. Melihat keadaan neneknya, cita-cita menjadi seorang dokter tumbuh dalam diri Rizqi. Ia ingin membantu banyak orang di sekitarnya, terutama sang nenek.

Ingin ubah nasib dengan mengejar pendidikan

Rizqi dan neneknya sudah sejak kecil bersama setelah ibu Rizqi pergi merantau ke Tarakan. Mimpi Rizqi untuk menjadi orang sukses dan berguna selalu membesar, meskipun ia sempat minder dengan latar belakang kehidupannya. “Berkat bantuan pendidikan dari pemerintah,  terutama untuk melanjutkan pendidikan, sekarang jadi punya harapan. Saya bisa berkuliah sesuai dengan minat saya,” ucap Rizqi.

Selama duduk di bangku sekolah, Rizqi menyadari bahwa hanya dengan pendidikan nasibnya bisa berubah. Oleh karena itu, ia gigih belajar setiap hari. Hanya sesekali ia keluar untuk bermain bersama teman sebaya. “Rizqi sukanya belajar saja di kamar,” ucap neneknya. 

Usaha Rizqi berbuah hasil. Dia selalu masuk peringkat 10 besar di kelas. Ketika lulus sekolah menengah atas, nilai Rizqi menempati urutan tertinggi kelima di sekolahnya. Begitu mengetahui kelulusannya sebagai mahasiswa Universitas Tadulako, neneknya menangis terharu 

“Ini mungkin adalah jawaban atas doa-doa saya untuk Rizqi,” kata Masitah.

Inilah titik awal yang makin membesarkan keinginan Rizqi untuk menjadi dokter. Ia tertarik dengan ilmu kedokteran yang menurutnya terus berkembang. Awalnya, nenek sempat ragu karena mahalnya biaya kuliah kedokteran. Namun, Rizqi berusaha mencari jalan lain, ia berburu informasi beasiswa dari orang-orang sekitar.

Dia akhirnya dapat info tentang program Kartu Indonesia Pintar Kuliah atau KIP-K. Program ini merupakan beasiswa pembiayaan pendidikan dan biaya hidup bagi mahasiswa kurang mampu untuk lanjut ke pendidikan tinggi.

“Saya yakinkan nenek bahwa saya bisa kuliah yang pembiayaannya full dari pemerintah setiap semesternya. Jadi, tugas saya hanya belajar supaya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) saya tidak turun. Di situlah nenek saya luluh,” kata Rizqi. 

Ia sangat bersyukur karena dana KIP-K bisa memfasilitasi kebutuhan perkuliahannya. “Sebagian uang KIP-K saya tabung. Alhamdulillah, sekarang saya sudah bisa beli laptop untuk mendukung pembelajaran,” ujarnya. 

Meski di tengah padatnya kuliah kedokteran, Rizqi juga aktif berorganisasi. Menurutnya, mengasah nilai kepemimpinan, kolaborasi, jejaring, dan kreativitas juga penting untuk mendukung kesuksesan di masa depan. Ia memilih aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Ketika kuliah di kelas, kata Rizqi, ia hanya belajar teori akademik. 

"Sementara ketika berorganisasi, kita bisa belajar soft skills seperti cara mengatur waktu dan berkomunikasi, sehingga kemampuan kita sebagai dokter nantinya bisa seimbang,” tambahnya. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus