Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudah dua tahun berlalu sejak Nota Kesepahaman antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditandatangani di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Sekitar 5.000 tentara GAM akhirnya bersedia turun gunung dan membantu pembangunan kembali Aceh yang saat itu baru saja dilanda gelombang tsunami. Sebagian mantan tentara GAM diterima bekerja pada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, sebagian menggarap proyek-proyek pemerintah atau lembaga donor asing yang berkaitan dengan bantuan tsunami, namun banyak juga yang menganggur.
Keterlibatan para panglima GAM dalam berbagai proyek pemerintah—antara lain proyek Jembatan Cunda di Banda Aceh dan pembangunan 11 pompa bensin—tak pelak, membuat Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf, yang terpilih sejak Februari lalu, dicurigai berkolusi demi menyenangkan para koleganya. Pasalnya, dokter hewan lulusan University of Oregon, Amerika Serikat, dan mantan staf khusus Komando Pusat Tentara GAM ini terpilih bersama Muhammad Nazar karena dukungan penuh para mantan anggota GAM.
Di tengah kesibukannya, Kamis pekan lalu, Gubernur Irwandi Yusuf, 47 tahun, menerima Adi Warsidi dari Tempo untuk berbicara tentang berbagai hal: tudingan kolusi, Partai GAM, dan situasi terakhir di Aceh.
Setelah dua tahun perdamaian, apa perubahan terbesar di Aceh?
Perubahan ke arah negatif, saya pikir, tidak ada, tapi ke yang positif banyak sekali. Misalnya, semua pihak yang dulu bertikai sekarang bisa membaur, walaupun sekali-sekali ada gesekan. Tapi gesekan biasalah, terutama di kalangan anak muda. Arah Aceh sudah dalam rel pembangunan pascatsunami.
Tapi kriminalitas meningkat setelah perjanjian damai dua tahun lalu itu?
Kalau di daerah lain, kriminalitas kan berita sehari-hari; tapi kalau di Aceh jadi berita besar, karena hampir dua tahun relatif aman, tidak terdengar ada kejahatan. Waktu itu konflik bersenjata, jadi di mana-mana ada polisi, tentara, dan GAM. Perampokan pun turun. Nggak ada yang berani. Lagi pula, yang punya barang dan uang ya orang-orang bersenjata itu. Apa berani merampok mereka?
Kenapa sekarang meningkat?
Nah, dalam masa rekonstruksi setelah tsunami, suasana menjadi lebih aman, ada banyak proyek, sehingga banyak uang yang beredar di Aceh. Mungkin banyak juga orang yang lengah. Mereka inilah yang menjadi sasaran. Beberapa perampok saya dengar berasal dari luar Aceh.
Artinya, menurut Anda, kasus kriminal tidak terlalu berarti dibandingkan hasil perdamaian Helsinki?
Ya. Perdamaian sudah pada jalur yang diinginkan. Hanya, ada beberapa pemenuhan kewajiban pemerintah dalam hal reintegrasi yang belum berjalan semuanya. Misalnya, rumah-rumah korban konflik bersenjata itu belum selesai semua, klaim kerugian warga semasa konflik belum sepenuhnya dibayarkan. Juga, beberapa pesan dalam Nota Kesepahaman. Misalnya, pengadilan hak asasi manusia untuk Aceh, nyatanya masih tersendat. Komisi kebenaran dan rekonsiliasi juga tertunda pembentukannya.
Ke mana saja mantan anggota GAM sekarang?
Mereka yang hidup di kawasan yang dilanda tsunami umumnya bekerja serabutan, menjadi pemasok bahan bangunan atau tukang kayu. Di daerah nontsunami masih banyak yang menganggur, walaupun ada juga beberapa yang sudah sukses membangun bisnis sendiri. Kami membantu yang menganggur dengan meluncurkan kredit Peumakmoe Nanggroe (kredit bebas agunan yang diberikan sebagai modal usaha kepada warga miskin, jumlahnya Rp 5–100 juta—Red.)
Beberapa mantan anggota GAM menggarap proyek pemerintah. Bagaimana Anda mengontrol mereka agar tidak korupsi, misalnya?
Mereka dikontrol komandannya. Tapi, kalau mereka terlibat dalam proyek, dikontrol pimpinan proyeknya dong. Saya kan bukan lagi pimpinan GAM? Sekarang saya harus mengontrol seluruh Aceh.
Ada kabar yang menyebut mereka tidak bersih saat mendapatkan proyek itu, misalnya disebut proyek Muzakkir Manaf (mantan panglima Tentara Negara Aceh, sayap militer GAM)?
Saya juga dengar Muzakkir Manaf sering digembar-gemborkan mendapatkan banyak proyek, ini dan itu. Kenyataannya, lewat PT Pulo Gadeng yang didirikannya itu, ia baru mendapat satu-dua pekerjaan saja. Mungkin proyek yang kecil-kecil juga didapatnya, tapi dibagikan untuk anak buahnya. Jadi, bukan berarti itu proyek dia semua.
Mereka kan masih ada hubungan perkawanan dengan Anda, sehingga muncul tudingan, jangan-jangan ada kolusi?
Muzakkir Manaf dan perusahaan GAM yang lain masuk lewat tender, sesuai syarat setiap proyek pemerintah. Menurut pengamatan saya, kebanyakan mereka kalah dibandingkan menangnya. Cuma, yang saya tak habis pikir, kalau ada perusahaan punya anggota GAM yang menang, semuanya ribut.
Kenapa muncul ribut-ribut itu?
Biasalah, kalau orang kalah lalu cari-cari alasan lain. Perusahaan GAM-lah, kolusilah….
Tentang mantan anggota GAM yang menganggur, apakah mereka tidak berpotensi mengganggu keamanan?
Bisa. Sangat bisa mereka mengganggu, kalau kesabarannya habis.
Bagaimana agar kesabaran mereka tak habis?
Kita sedang mengusahakan agar mereka semua bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan. Caranya dengan memusatkan pertumbuhan ekonomi kampung.
Bisa Anda jelaskan lebih rinci?
Di dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah kan tidak ada alokasi untuk kredit skala kecil. Saya lalu membuat skema kredit ini, yang disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah. Jadi, pembangunan ekonomi Aceh dimulai dari kampung-kampung. Kalau mereka sudah kokoh, baru kita ubah polanya menjadi ekonomi padat modal. Bukan berarti Aceh sekarang ini menolak proyek besar yang padat modal. Cuma, kalau ada proyek yang padat modal sekaligus padat karya, kan lebih bagus.
Pemerintah pusat belum memberikan keputusan soal sah-tidaknya Partai GAM sebagai partai lokal. Bagaimana pendapat Anda sebagai mantan orang GAM?
Menurut saya, ini masih kontroversi. Tapi, belum tentu Partai GAM itu berlawanan dengan hukum yang ada. Makanya, dalam memorandum di Helsinki itu disebutkan, pendirian partai itu harus sesuai dengan teks dan semangat perjanjian damainya. Di dalam teks memang disebutkan soal partai itu, tapi ada perbedaan soal semangat yang melatarbelakanginya.
Usulan Anda?
Kedua pihak perlu membicarakan kembali sesuai dengan semangat Helsinki.
Kalau Partai GAM berdiri, Anda kan bisa memakainya sebagai kendaraan untuk pencalonan berikutnya?
Belum saya pikirkan.
Kabarnya, hubungan Anda dengan petinggi GAM di Swedia tidak harmonis?
Waktu pemilihan kepala daerah, ya. Sekarang sudah baik.
Mereka tidak mendukung Anda sebagai calon gubernur?
Sekarang saya tidak butuh dukungan siapa-siapa. Saya sudah terpilih oleh rakyat dan itulah dukungan yang saya butuhkan. Dan sekarang saya tidak ada masalah lagi dengan para petinggi GAM. Hanya ketika mereka meminta saya duduk di Partai GAM, saya tidak mau. Saya rasa partai itu kok dibuat asal-asalan. Seharusnya didirikan dengan bagus, biar rakyat bisa senang, jangan menyia-nyiakan amanah rakyat.
Program BRR Aceh-Nias akan diserahkan selesai pada 2009. Apakah aparat Pemda NAD sanggup mengelola proyek-proyek mereka?
Kelihatannya BRR bisa menyelesaikan proyek sesuai target waktunya. Pemda kan sudah punya proyek yang harus dikerjakan sendiri. Tapi, sebetulnya, BRR sudah melakukan transfer kerja sedikit demi sedikit, dan beberapa asetnya juga sudah dialihkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo