Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kepegawaian Negara Bima Haria Wibisana mengatakan formasi jabatan tenaga pengamanan siber pada seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) tidak terbuka untuk umum. "Itu formasi khusus dalam tanda petik ya. Karena memang tidak terbuka untuk umum," kata Bima di Hotel Grand Opus, Jakarta, Selasa, 5 November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jabatan tenaga pengamanan siber masuk ke dalam formasi khusus seleksi CPNS. Selain tenaga pengamanan siber, formasi khusus diisi untuk putra-putri lulusan cumlaude, diaspora, penyandang disabilitas, putra-putri Papua dan Papua Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bima menjelaskan, jabatan petugas siber ini muncul dalam seleksi CPNS untuk mengakomodasi permintaan dari instansi yang bersifat kerahasiaan. Selama ini, banyak pegawai dari instansi yang bersifat rahasia masih berstatus honorer. "Nah ini kan bahaya. Kalau information leak (kebocoran informasi), nah ini kelabakan," katanya.
Menurut Bima, pegawai yang bekerja di instansi bersifat kerahasiaan perlu disumpah jabatan. Namun, pengambilan sumpah ini hanya berlaku bila pegawai berstatus ASN. Selain itu, orang di luar instansi ini juga tidak bisa mendaftar tenaga siber. "Ini closed. Karena mereka harus di-profilling, harus dilihat latar belakangnya. Kan harus seperti itu."
Meski diutamakan, para pegawai honorer di instansi rahasia ini tetap harus mengikuti seleksi kompetensi dasar sebagai syarat menjadi ASN. Bedanya, nama-nama mereka tidak akan diumumkan secara terbuka dalam pengumuman kelulusan CPNS.