Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Berita Tempo Plus

Bersepeda Menuju Kota Mati

Berbagai jalur ditempuh warga Indonesia di Cina untuk kembali ke Tanah Air. Tak henti diperiksa di sejumlah bandara.

8 Februari 2020 | 00.00 WIB

Warga negara Indonesia asal Wuhan, Hubei, China beraktivitas di depan Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, 4 Februari 2020. ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat
Perbesar
Warga negara Indonesia asal Wuhan, Hubei, China beraktivitas di depan Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, 4 Februari 2020. ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Rasa cemas membuat warga Indonesia di Wuhan dan sekitarnya kembali ke Tanah Air.

  • Sebagian memilih pulang sendiri dan tak menunggu evakuasi.

  • Mereka menghadapi berbagai kesulitan untuk kembali ke Tanah Air.

EMPAT hari putus komunikasi dengan putrinya membuat Mat Suwarsono cemas bukan kepalang. Selama itu, ia tidak mengetahui kondisi Siti Mizabul Ijabah, 20 tahun, yang dikarantina di Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Bersama 236 warga Indonesia lain dan satu warga asing yang bermukim di Wuhan, Provinsi Hubei, dan sekitarnya, mahasiswa Hubei University of Science & Technology itu dipulangkan akibat virus corona melanda Cina.

Suwarsono sempat khawatir karena wabah itu menyebar dengan cepat dengan jumlah korban terus meningkat. Apalagi tak sedikit penduduk Wuhan yang meninggal setelah terpapar virus. Hingga akhirnya Siti dievakuasi dan menjalani observasi di Natuna. Namun Suwarsono lega setelah bisa melihat putrinya melalui telepon video. “Saya sempat stres. Untung, dia kelihatan sehat,” katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 7 Februari lalu.

Mereka yang diungsikan dari Cina tiba di Tanah Air pada Ahad, 2 Februari lalu. Kementerian Kesehatan menyediakan 4 dokter, 5 perawat, 1 epidemiolog, dan 10 anggota tim disinfeksi. Enam alat disinfeksi menyemprot tubuh mereka begitu menjejakkan kaki di Bandar Udara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau. Mereka kemudian ditempatkan di pangkalan militer di Natuna. Jarak lokasi berkapasitas 300 orang itu sekitar lima kilometer dari permukiman terdekat.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan ada 102 tenaga medis yang disiapkan untuk mengawasi para mahasiswa. Mereka secara intensif mengukur suhu tubuh serta mewaspadai jika ada gejala terpapar virus Wuhan, seperti flu, batuk, demam, atau sakit tenggorokan. “Kami berfokus memperhatikan peningkatan suhu tubuh,” ujar Anung.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Wayan Agus Purnomo

Meliput isu politik sejak 2011 dan sebelumnya bertugas sebagai koresponden Tempo di Bali. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk menyelesaikan program magister di University of Glasgow jurusan komunikasi politik. Peraih penghargaan Adinegoro 2015 untuk artikel "Politik Itu Asyik".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus