Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jalur Cepat Kepala Staf

Menjadi calon termuda, Andika Perkasa terpilih memimpin Angkatan Darat.

23 November 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo memberikan selamat kepada Jenderal Andika Perkasa seusai upacara pelantikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat di Istana Negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESAN singkat masuk di grup WhatsApp keluarga Abdullah Makhmud Hendropriyono, Rabu malam pekan lalu. Berasal dari Letnan Jenderal Andika Perkasa, menantu Hendropriyono, isinya mengabarkan dia mendapat penugasan baru sebagai Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. ”Dia minta doa dan dukungan keluarga,” kata Diaz Faisal Malik Hendropriyono, putra Hendro, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.

Menurut Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia itu, para penghuni grup WhatsApp ramai-ramai mengucapkan selamat kepada Komandan Komando Strategis Angkatan Darat tersebut. Begitu pula Hendropriyono, yang berada di Turki. ”Semoga amanah menjalankan tugas baru,” ujar Diaz menceritakan ucapan mantan Kepala Badan Intelijen Negara tersebut.

Besoknya, Presiden Joko Widodo melantik Andika di Istana Merdeka, Jakarta. Presiden menyematkan bintang empat di bahu mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden tersebut. Andika menggantikan Jenderal Mulyono yang akan pensiun pada Januari tahun depan. Jokowi menyatakan lulusan Akademi Militer tahun 1987 tersebut memiliki pengalaman mumpuni untuk memimpin Angkatan Darat. ”Saya kira komplet,” kata Jokowi.

Sebelum memilih Andika, Jokowi mengaku menerima empat usulan nama dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Tapi dia enggan menyebutkan siapa saja pesaing Andika. Tiga pejabat yang mengetahui daftar kandidat tersebut kompak menyebut tiga letnan jenderal lain adalah Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Doni Monardo; Inspektur Jenderal TNI Muhammad Herindra; dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Tatang Sulaiman.

Di antara keempatnya, Andika paling muda. Usianya 54 tahun pada Desember mendatang. Sedangkan Herindra, seangkatan dengan Andika dan meraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akademi Militer), akhir November ini juga berusia sama. Doni Monardo, lulusan tahun 1985, pada Mei lalu berumur 55 tahun. Ketiganya sama-sama berkarier di Komando Pasukan Khusus. Sedangkan Tatang, kakak kelas Andika, menjadi calon tertua dengan usia 56 tahun.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa memberikan salam komando kepada Jenderal Mulyono di Istana Negara, Jakarta, 22 November 2018. -TEMPO/Amston Probel

Menurut tiga pejabat yang ditemui Tempo, Tatang adalah calon yang diusung oleh Jenderal Mulyono. Baik Tatang maupun Mulyono tak merespons pertanyaan yang diajukan Tempo. Jokowi menyatakan lebih mempertimbangkan faktor pendidikan dan pengalaman para calon. ”Bukan muda atau tidak muda,” ujarnya.

Dua pejabat lain yang mengetahui proses penunjukan KSAD mengatakan Jokowi tak hanya mendapat masukan nama dari Panglima TNI. Tapi ada tim yang menganalisis calon potensial dari para perwira bintang tiga dan dua yang dipimpin mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto. Putra mantan Panglima Daerah Militer Udayana yang juga politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, almarhum Mayor Jenderal Theo Syafei, ini sebelumnya juga pengamat militer.

Proses penyaringan nama calon KSAD oleh tim ini kabarnya dilakukan lebih dari enam bulan lalu. Tim ini menganalisis kelebihan dan kekurangan para calon potensial. Hasil kajian ini kemudian diserahkan kepada Presiden. Ditanyai soal perannya itu, Andi Widjajanto enggan menjawab.

Belakangan, kata dua pejabat tersebut, calon KSAD mengerucut kepada Andika Perkasa dan Doni Monardo. Peluang Doni, menurut dua pejabat yang sama, sempat menguat. Salah satu pertimbangannya, kebanyakan panglima komando daerah militer merupakan teman-teman seangkatannya di Akademi Militer. Memasuki tahun pemilihan umum, Doni diharapkan bisa menjaga suasana kondusif di berbagai daerah. Jokowi, menurut sejumlah sumber, merasa nyaman dengan Doni.

Namun Doni juga dianggap oleh sebagian orang dekat Jokowi sebagai ”orang” Susilo Bambang Yudhoyono. Saat Yudhoyono menjabat presiden, Doni menjadi Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden. Pada 2011, Doni ikut ditugasi membebaskan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia. Setahun kemudian, dia diangkat menjadi Komandan Paspampres. Dihubungi Jumat malam pekan lalu, Doni menolak berkomentar. Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin membantah anggapan bahwa Doni adalah ”orang” SBY. ”Doni sangat profesional.”

Di sisi lain, kata dua pejabat yang sama, Jokowi menilai Andika Perkasa mampu menjaga stabilitas menjelang pemilihan presiden 2019. Apalagi Angkatan Darat dikabarkan sedang bergejolak menghadapi pemilihan presiden 2019. Menurut sejumlah sumber di TNI, gejolak itu muncul sejak pemilihan presiden 2014. Saat itu, kebanyakan personel militer dan keluarganya memilih mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Indikasinya, di pelbagai tempat pemungutan suara di perumahan militer, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla kalah telak.

Gejolak di tubuh TNI kian menjadi manakala Gatot Nurmantyo menjadi Panglima. Dia kerap mengeluarkan pernyataan politik dan menyeret-nyeret institusinya ke politik praktis. Pada 2016, misalnya, Gatot menilai tentara perlu memiliki hak politik sama dengan sipil. Dalam berbagai kesempatan, ia membantah menyeret tentara ke ranah politik.

Dua hari sebelum pelantikan, kata dua pejabat tersebut, Presiden Joko Widodo memutuskan memilih Andika Perkasa. Malam sebelum pelantikan, Andika dikabarkan bertemu dengan Jokowi di Istana Bogor. Dua pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut mengatakan Presiden menanyakan kesiapan Andika mengatasi gejolak di Angkatan Darat. Di hadapan panglima tertinggi TNI itu, Andika menyatakan kesiapannya.

Andika tak menjawab pertanyaan yang diajukan ke telepon selulernya. Juru bicara kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, mengaku tak mengetahui pertemuan Jokowi dengan Andika. Menurut Johan, Presiden menilai semua calon yang diajukan ke mejanya cukup mumpuni memimpin Angkatan Darat. ”Presiden memilih orang yang punya kapasitas,” ucap Johan.

Setelah dilantik, Andika mengatakan tak mengetahui pertimbangan Presiden Jokowi memilihnya. Tapi ia mengatakan mendapat perintah dari Presiden untuk menjaga netralitas tentara di tahun politik. ”Kita harus menunjukkan dengan tindakan, bukan sekadar bicara tapi praktiknya tahu-tahu tidak netral,” ujarnya.

KARIER Andika Perkasa melaju cepat setelah Joko Widodo dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2014. Tiga hari berselang, mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat itu menambah deret bintang di pundaknya menjadi dua. Banyak yang menganggap kenaikan pangkatnya itu disebabkan oleh kedekatan mertuanya, A.M. Hendropriyono, dengan Jokowi. Pada pemilihan presiden 2014, Hendro bersama Luhut Binsar Pandjaitan berada di barisan terdepan purnawirawan pendukung Jokowi-Kalla.

Satu setengah tahun mengawal Jokowi dan sempat digadang-gadang menjadi Panglima Kodam Jakarta Raya, Andika dipindahkan menjadi Panglima Kodam Tanjungpura, yang menaungi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Seorang kolega Hendro mengatakan sang mertua sempat mengeluhkan posisi tersebut dan merasa menantunya ”masuk kotak” karena memimpin teritori yang tak cukup mentereng. Hendro tak merespons permintaan wawancara Tempo. Diaz Hendropriyono mengatakan ayahnya masih berada di Turki.

Nyatanya, selepas dari Kalimantan, karier Andika terus melejit. Pertengahan Januari 2018, Andika menambah deretan bintangnya dengan menjadi Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Darat. Sekitar enam bulan menjabat posisi itu, Andika kemudian menjadi Panglima Kostrad.

Menjelang pergantian KSAD, Andika sempat bertemu dengan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada Selasa pagi dua pekan lalu. Sumber yang mengetahui isi pertemuan itu menyebutkan bahwa keduanya membicarakan kemungkinan Andika memimpin Angkatan Darat. Menurut sumber tersebut, Luhut hanya menyatakan Andika sebaiknya bersiap-siap jika terpilih menjadi KSAD. Belakangan, Luhut ikut memberi masukan kepada Presiden Jokowi soal calon pemimpin matra darat.

Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Letnan Jenderal Doni Monardo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, April 2018. -Dok TEMPO/Fakhri Hermansyah

Luhut belum bisa dimintai tanggapan. Dia tak membalas permintaan wawancara yang dilayangkan Tempo. Staf khusus Menko Maritim, Atmadji Sumarkidjo, membenarkan kabar bahwa Andika menyambangi bosnya. Tapi dia tak tahu persis isi pembicaraan mereka. ”Mungkin dia minta petunjuk,” kata Atmadji. Menurut dia, Andika cukup dekat dengan Luhut. ”Andika waktu masih letnan pernah di bawah Pak Luhut.”

Atmadji menyatakan Doni Monardo pun beberapa kali berkunjung ke kantor Luhut. Apalagi saat Doni menjabat Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi, yang membawahkan daerah Jawa Barat. Keduanya sama-sama menggarap proyek revitalisasi Sungai Citarum yang digagas Doni. Atmadji tak bisa memastikan kemungkinan Luhut menyodorkan nama Andika kepada Presiden. ”Tapi pasti beliau dimintai masukan,” ujarnya.

Tiga politikus partai banteng mengatakan Jokowi juga meminta pandangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk memutuskan Kepala Angkatan Darat. Tiga politikus itu menyebutkan partainya memang cenderung memilih Andika. Apalagi ada kedekatan antara Megawati dan Hendropriyono. Saat Megawati menjabat presiden, Hendro menakhodai Badan Intelijen Negara. Ihwal kemungkinan Hendro menyorongkan Andika kepada Megawati supaya karier menantunya terus menanjak, politikus partai banteng, Bambang Wuryanto, mengatakan, ”Kalau melihat kedekatan mereka, bisa saja terjadi lobi.”

Dua pejabat dan seorang mantan pejabat keamanan mengatakan Presiden Jokowi tak akan ”membuang” begitu saja para pesaing Andika. Besar kemungkinan mereka akan diberi jabatan lain yang strategis. Misalnya mengisi posisi pucuk pimpinan Kostrad yang lowong ditinggalkan Andika atau menjadi Kepala Staf Umum TNI.

Politikus PDI Perjuangan yang juga anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Effendi Simbolon, mengaku mendengar rencana tersebut. ”Bakal ada pergeseran nantinya,” ucap Effendi. Menurut dia, Andika tak akan lama menempati posisi KSAD dan selanjutnya bakal menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto. ”Kalau skenarionya begitu, mungkin Doni atau Herindra bisa menjadi KSAD,” ujar Effendi.

Muhammad Herindra enggan berkomentar banyak soal kemungkinan dia menempati posisi baru. ”Kami ini prajurit, siap menjalankan perintah dan penugasan, termasuk dari panglima tertinggi.”

PRAMONO, RAYMUNDUS RIKANG, HUSSEIN ABRI DONGORAN, AHMAD FAIZ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus