Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jurus pengamanan jakarta

Kampanye & pemilu 1987 berlangsung tertib. tak ada kerusuhan yang berarti. penampilan satuan keamanan tak tampak mencolok. wawancara tempo dengan pangdam jaya mayjen sugito atas pengamanan pemilu.

9 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMILU usai sudah. Kampanye yang meriah di Jakarta ternyata berlangsung dengan tertib. Tak ada kerusuhan yang berarti. Padahal, penampilan satuan keamanan tak tampak mencolok. Wajar kalau semua merasa lega. Tapi yang paling lega agaknya Mayjen Sugito, karena sebagai Pangdam Jaya dialah yang bertanggung jawab atas pengamanan pemilu di Jakarta. Hampir dua tahun Sugito, 49 memangku jabatan Pangdam Jaya, menggantikan Mayjen (ketika itu) Try Sutrisno. Bekas Panglima Komando Tempur (Kopur) Kostrad ini tetap kelihatan tegap kendati mengaku banyak tersita waktunya untuk tugas protokoler. Maklum, ayah dua anak ini dikenal sebagai penggemar olah raga. Bahkan di bawah pimpinannya kini Kodam Jaya mempunyai fitness centre dan setiap Jumat dilakukan kegiatan lari pagi. Jumat pekan lalu, jenderal yang jarang memberi keterangan pers ini menerima Bambang Harymurti dari TEMPO di kantornya. Petikan wawancara tersebut: Pemilu di Jakarta berlangsung meriah tapi aman. Bagaimana cara pengamanannya? Pertama, sebenarnya karena kesadaran masyarakat sendiri. Mereka tampaknya sudah semakin sadar bahwa mereka tak menghendaki adanya keributan. Yang kedua adalah tekad ABRI untuk menjaga suasana pemilu ini setenang mungkin, tenteram, lancar, dan tertib. Karena itu, jajaran Laksusda Jaya, yang terdiri dari unsur AD, AL, AU, dan Polri, harus bertindak tegas. Ini saya tekankan betul: kalau perlu bertindak keras kepada siapa pun dari ketiga OPP yang mencoba-coba atau mau melakukan tindakan yang dapat mengganggu ketertiban/keamanan. Jadi, kita tak mempedulikan apakah dia dari Parpol A, Parpol B, atau Golkar. Kita anggap yang melakukan itu oknum. Saya selalu menekankan kepada petugas hingga tingkat prajurit, "Kamu jangan ragu ragu bertindak tegas." Apakah perlakuan adil ini membuat pengamanan menjadi lebih efektif? Ya. Memang kadang-kadang sikap ini menimbulkan friksi dengan anak-anak kita sendiri. Contohnya ada satu organisasi kepemudaan anak-anak ABRI. Sebenarnya, mereka memang diperbolehkan mengenakan pakaian mirip ABRI. Tetapi khusus pada masa kampanye ada instruksi Pangab/Pangkopkamtib yang melarang peserta kampanye mengenakan perlengkapan mirip ABRI. Nah, ini kok muncul pada saat rapat umum atau pawai. Para prajurit di lapangan tentu menjalankan instruksi mereka. Memang kadangkadang mereka agak kasar bahkan ada juga yang agak overaeting dan ada pemuda yang melawan. Kepada mereka saya berikan pengertian: kalau satu OPP dibiarkan, nanti OPP yang lain akan meniru mengenakan pakaian dan perlengkapan seperti ini. Memang namanya pesta demokrasi, tapi 'kan tak perlu bawa pisau, kapak, memakai pakaian loreng, atau sepatu PDL. Dampaknya (tindakan) ini memang bagus. Peserta (kampanye) OPP lain jadi tak berkeinginan lagi untuk memakai perlengkapan macam-macam yang bisa merangsang timbulnya keberingasan itu. Apa tindakan pengamanan kampanye lainnya? Selama kampanye kita terus-menerus melakukan evaluasi. Dari evaluasi itu kita tentukan tindakan apa yang harus diambil. Misalnya ada peserta kampanye yang nakal, minta izinnya hanya untuk rapat umum, kenyataannya melakukan pawai keliling kota. Ya, namanya anak muda, ingin menunjukkan identitas mereka. Menghadapi hal ini ada cara-cara tersendiri untuk membuat pawai mereka tak terlaksana, diantaranya dengan memacetkan jalan-jalan. Selain operasi teritorial yang normal, kita juga melakukan Operasi Intelijen. Caranya dengan mengerahkan petugas berpangkat bintara ke atas menyusup ke sarang kerawanan. Dengan begitu, sumber keributan dapat diatasi ketika dini. Yang pasti kita tidak melakukan operasi tempur. Jadi, dengan operasi intel ini keresahan dapat diatasi sebelum meluas. Ya. Prinsipnya 'kan kita menindak sedini mungkin. Kalau ada gejolak-gejolak masyarakat yang akan mengganggu stabilitas keamanan, kita cegah jangan sampai meluas. Sebab, kalau sampai meluas, nanti kita yang susah, harus melakukan tindakan represif. 'Kan lebih baik preventif. Jadi, sekarang hanya melakukan tindakan preventif? Ya begitulah. Hanya akibat kejadian yang dulu-dulu itu kita masih melakukan juga tindakan represif yang sangat terbatas. Bapak merasa sukses dengan pengamanan pemilu di Jakarta? Wah, tidak boleh berkata begitu. Saya tak menyatakan sukses. Sukses itu nanti, kalau masa jabatan sudah berakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus