Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kadarusno Masih Percaya

Menurunnya harga kayu dan karet dunia ikut mempengaruhi ekspor daerah kalimantan barat. sasaran pelita ii, kalimantan barat akan mengembangkan bidang pertanian dan pembangunan jalan raya. (dh)

3 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUBERNUR Kalimantan Barat Kadarusno agak murung. Sebab daerahnya amat terpukul kelesuan yang melanda perdagangan dunia. Padahal sumber pendapatan yang amat diandalkannya ialah ekspor kayu (berupa log dan papan dan karet (RSS dan Crumb Rubber). Kedua komoditi itu merupakan pendongkrak utama nilai ekspor Kalbar. Seperti terlihat pada catatan tahun 1973 yang mencapai US $ 90.500.000 lebih. Sedang seluruh nilai ekspor US $ 97.188.526. Lalu karena nilai ekspor kedua barang tersebut terbanting keras di pasaran dunia, Gubernur Kadarusno jadi pesimis akan tercapainya anggaran pendapatan daerahnya yang dirancangkan untuk tahun 1975/1976. "Kelesuan perdagangan dunia itu dengan sendirinya ikut mempengaruhi ekspor daerah dan sebagai kelanjutannya mengurangi pendapatan daerah", ujar Kadarusno mengaku terus terang di depan DPRD awal Maret kemarin tatkala ia menyampaikan RAPBN tahun 1976/1977. Meskipun begitu Kadarusno tak patah semangat. Ia menegaskan bahwa sasaran Pelita II di Kalbar adalah bidang perberasan dan jalan raya. Dengan industri dan pertambangan sebagai penunjangnya. Apa sebab? "Yah, daripada saban tahun kita gedor Jawa Timur buat minta beras, kan lebih baik swasembada?", ujar Kadarusno seperti dicatat Reporter TEMPO Eddy Herwanto yang awal bulan lalu mengadakan perjalanan ke Kalbar. Tampaknya Kadarusno optimis dalam bab ini. Ia juga yakin orang-orang macam Lie So Fung atau Bajuri, konon petani unggul di Kalbar, mampu menjadikan Kabupaten Sambas semacam Karawang-nya Kalbar. Sementara ia perlu memprioritaskan bidang pembuatan jalan raya, "untuk membuka daerah terisolir". Misalnya pembuatan jalan raya ke perbatasan yang dapat suntikan Rencana Kolombo. Atau jalan raya dari Telok Batang ke Ketapang terus ke Kendawang, daerah selatan Kalbar. Kedua bidang ini menurut Kadarusno, "paling kuat menyerap dana dan makan biaya". Lantas bagaimana anggarannya di APBD yang akan datang? Padahal APBD yang akan berakhir tadi menciut? Ternyata Kadarusno tetap bersemangat. Menurutnya prospek anggaran pendapatan 1976/ 1977, "tidak jauh berbeda seperti yang terjadi 1975/ 1976". Yakni dirancangkan Rp 7.697.3 juta. Bahkan ada kenaikan Rp 761,7 juta. Dan yang paling memerlukan semangat tinggi Gubernur Kadarusno ialah soal pengembangan perbatasan. Yakni 9 membangun apa yang dinamakannya Benteng Pancasila, semacam -- menurut nafas asing Kadarusno -- Security Belt. Yaitu mengembangkan daerah perbatasan antara lain di bidang pertanian, kebun lada, peternakan ayam, babi, dan sapi. Meliputi 6 Wilayah Pengembangan Utama mencakup 20 Kecamatan dengan 250 ribu penduduk yang tersebar di perbatasan. Sebab Kadarusno tentunya tak tahan mendengar menyebarnya rahasia umum bahwa penduduk perbatasan lebih suka berniaga ke Serawak yang punya infrastruktur baik. Sedang di daerah sendiri harus mengayuh sepeda atau bersampan berhari-hari. Lebih dari Rp 27 milyar akan dibenamkan Pemda dan Team Inter Departemen di sana. Tapi itu baru rencana. Sebab belum jadi keputusan Pemerintah Pusat. Dan sesuai tekadnya sendiri, Kadarusno sudah mengayunkan langkah lebih dulu. Misalnya macam-macam proyek Inpres seperti jalan, Puskesmas, jembatan atau SD, "banyak yang dilempar ke kecamatan perbatasan". Dan Kadarusno yakin, "kalau dana itu tak keluar sekrang, barangkali nanti akan keluar lebih besar lagi". Dan sesungguhnya itu pelaksanaan proyek sudah kena injeksi sejak tahun anggaran 1974/ 1975 dan 1975/ 1976. Ini mewujudkan jalan Tanjung Balai Karangan, Bengkayang, Sanggau Ledo, Pelabuhan Udara Perintis Putusibau, Sintang dan Sanggau Ledo serta pelabuhan laut Sintete di Pemangkat. Memang nyali Kadarusno meyakinkan, meski PT Alcomin urung membenamkan US $ 1,2 milyar-nya buat menambang Bauxite di Ketapang. Karena bagaimana pun Kadarusno masih besar harapannya pada kayu, karet dan tengkawang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus