MANADO sudah punya Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Tapi rupanya itu belum cukup. Kabarnya di Manado akan segera
didirikan Institut Teknik Manado.
Tentu saja niat yang paling sedikit membuat kaget drs. J.D.P.
Takaendengan, Kepala Kantor Wilayah Departemen P & K setempat,
tidak dimaksudkan untuk main-main. Ada dikemukakan alasannya.
Sulawesi Utara tiap tahun, rata-rata menghasilkan 2 ribu lulusan
SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Lamaran mereka untuk
melanjutkan studi di ITB ataupun di ITS, tidak banyak yang
kesampaian. Karena tidak diterima, mereka cuma buang ongkos
percuma saja", ujar seorang tokoh masyarakat. "Nah, dari pada
buang ongkos percuma, lebih baiklah uang itu diinvestasikan
untuk mendirikan Institut Teknologi Manado", tambah drs. Sem
Narande, Sekretaris Sponsor Pendirian Institut Teknologi Mado
(ITM) kepada Pembantu TEMPO Phill M. Sulu.
Puteri Sulut
Gagasan mendirikan ITM yang katanya sudah merupakan hasil
musyawarah yang diadakan Januari kemarin itu ternyata sudah
melangkah jauh. Sudah disiapkan misalnya buku pendaftaran calon
mahasiswa, yang disebutkan akan memulai kuliah pertama Januari
mendatang. Buku pendaftaran yang digelar pada suatu pesta
sekolah itu, segera dikerumuni para pengunjung. Seorang kapten
ABRI yang memulai maju ke depan, segera mengisikan nama anaknya,
Silvana Kussoy, pemegang gelar Puteri Indonesia Sulawesi Utara
1975 -- yang gagal pada pemilihan tingkat nasional di Jakarta.
Ayah dari calon mahasiswi yang kini masih duduk di tingkat
terakhir SMPP itu, rupanya memang tidak keberatan untuk membayar
uang pendaftaran sebesar Rp 200 ribu. Dari uang pendaftaran
sejumlah itu, yang dianggap belum sebesar biaya dari Manado ke
Bandung, diharapkan akan terkumpul mahasiswa sejumlah 100 orang
(berarti Rp 20 juta) untuk modal pertama ITM. Rencana yang
nampaknya sudah menjadi tekad itu bahkan sudah menunjuk calon
rektor dan beberapa dekan. Kabarnya, sudah diharap kesediaan ir.
F.S. Lontoh, lulusan ITB yang kini memangku Kepala Dinas PU
Sulut untuk menjabat rektor, serta ir. Mowilos Kepala PLN Expl.
II Manado dan ir. Maninsela, masing-masing untuk menjabat
dekan dan kepala jurusan sipil.
Memang belum jelas, apakah para perencana ITM itu kemudian akan
menuntut status negeri atau tidak. Yang pasti optimisme mereka
tinggi meluap. "Sekali layar terkembang, surut kita
berpantang", ujar Sem Narande berapiapi. Dan drs JH. Renwarin,
Kepala Sekolah SMPP Manado pun tidak mau kalah. "Sulut tanpa ITM
sama dengan pembangunan tanpa teknologi", katanya.
Lantas bagaimana nanti dengan Fakultas Teknik Universitas Sam
Ratulangi? "Kami kaget atas rencana itu", ucap Alamsyah,
Sekretaris Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) kepada Eddy
Herwanto dari TEMPO di Jakarta. Sebab katanya, jangankan untuk
ITM sedangkan staf pengajar Fakultas Teknik Unsrat saja masih
belum baik.
Memang diakui, fakultas teknik tersebut tingkat pertamanya cuma
bisa menampung 80 orang saja. Tapi yang sebegitu pun oleh para
lulusan SMA Manado, "baru dimanfaatkan 80 prosen saja".
Kebanyakan mereka melamar pada perguruan tinggi di luar Manado
seperti ITB. Tentu saja kwalitas mahasiswa yang diterima di ITB
dan yang di Unsrat berbeda. "Yang baik di Unsrat, tentu masih
kalah dengan yang diterima di ITB, mengingat kompetisi di ITB
kuat sekali", ujar drs. M. Wullur, Sekretaris IKIP Negeri Manado
yang menjadi pengajar luar biasa di fakultas teknik tersebut,
"sehingga mereka yang tidak diterima di Unsrat, bagaimana bisa
diterima di ITB".
Takaendengan Kepala Kantor Wilayah Departemen P & K Sulut,
berdiri di antara dua pendapat yang berlawanan. "Maksud
mendirikan ITM itu, baik", kalanya, "cuma harus melalui prosedur
yang benar. Konsultasilah dengan pemerintah. Sebab kalau
maksudnya baik, pasti akan disambut baik pula". Maksud
Takaendengan, perencanaan keseluruhannya harus matang, termasuk
anggaran yang pasti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini