Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan kekalahannya bersama Deddy Mizwar dalam pemilihan kepala daerah atau Pilkada Jawa Barat harus dijadikan pelajaran penting bagi Partai Golkar untuk pemilihan presiden atau pilpres 2019. Menurut Dedi, suara pemilihnya tergerus karena isu pasangan calon yang memakai tanda pagar atau hastag #2019GantiPresiden, yang digaungkan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Partai Golkar harus segera mengambil langkah dan isu strategis menuju pileg dan pilpres 2019," ujar Dedi Mulyadi di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin, 2 Juli 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
Ridwan Kamil Optimistis Menang di Pilkada Jawa Barat
Calon Gubernur Dilarang Bahas Pilpres di Debat Pilkada Jawa Barat ...
Dedi tak pernah menyangka pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu, yang elektabilitasnya di bawah 10 persen dua pekan menjelang pilkada, bisa mencapai hampir 30 persen berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count. "Sepanjang perjalanan politik, baru kali ini saya mengalami hal ini," ucapnya.
Sepekan sebelum pilkada, tim Dedi sudah memahami elektabilitasnya. Namun ternyata berubah drastis saat pemilihan berlangsung. “Baru kali ini berubah drastis."
Baca:
Pilkada: Mengapa Jawa Barat Disebut Kuburan Lembaga ...
Berdasarkan pengalamannya, ujar Dedi, survei internal partai tidak pernah meleset membaca elektabilitas menjelang pilkada Jawa Barat. "Sekarang bisa berubah dalam seminggu.” Padahal, biasanya angka tidak berubah, bahkan sebulan menjelang pilkada.
Untuk itu, kata Dedi, Partai Golkar perlu membuat format baru menjelang pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019. "Jika tidak, ini akan menjadi bencana bagi Partai Golkar."