Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUANG tengah rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, berubah menjadi studio foto, Ahad sore pekan lalu. Perlengkapan pemotretan, seperti layar dan lampu pantul, terpajang di tengah ruangan.
Cahaya lampu kilat menyergap ruangan setiap kali Arbain Rambey, fotografer senior Kompas, menjepret obyeknya: sang tuan rumah. Selama satu jam Kalla tampil dalam berbagai pose.
Ketua Umum Partai Golkar itu juga harus berganti pakaian empat kali, dari kemeja batik lengan panjang cokelat tua hingga jas hitam dengan dasi merah hati. Dia dipotret sendirian, juga bersama keluarga. ”Nanti dibikin seperti Obama, ya,” Kalla bergurau, mengacu pada Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Beberapa jam kemudian, Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, muncul. Sama-sama berkemeja batik warna gelap, Wiranto dan Kalla pun berdiri berdampingan untuk dipotret. Foto inilah yang akan mereka pakai mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum untuk mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden, Juli mendatang.
Pemotretan dilakukan beberapa jam setelah Kalla balik dari Makassar. Di kampung halamannya itu, Kalla menjamu 23 pimpinan daerah Partai Golkar dan sejumlah alumnus Universitas Hasanuddin. Perjamuan digelar di kediamannya, Jalan Haji Bau, pada Sabtu malam.
Dengan batik lengan panjang abu-abu gelap, Kalla berbicara blak-blakan mengenai banyak hal. Mulai dari asal-usul bantuan langsung tunai (BLT), Aceh, kebijakan ekonomi di tengah krisis, peran Golkar dalam pemerintahan, hingga perpisahannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono.
Kalla mengklaim program BLT sebagai gagasannya. ”Saya induk BLT, saya yang merancang, saya yang kasih nama, dan saya yang buat, walaupun saya tetap saja orang nomor dua, tidak menonjolkan diri,” katanya.
Kalla juga mengungkapkan peran Golkar yang sering menjadi ”bumper” kebijakan pemerintah. ”Tapi kadang-kadang orang lupa berterima kasih terhadap keberadaan Golkar dan peranannya untuk bangsa.”
Partai Demokrat membantah tudingan itu. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menilai peran Golkar sangat penting. ”Kami tidak menafikan, peran Golkar itu penting dalam pemerintahan Yudhoyono-Kalla,” katanya.
Ketua Fraksi Demokrat di parlemen, Syarief Hassan, menyatakan dalam konferensi pers pada Selasa lalu, tak selamanya Golkar dan Demokrat bersuara sama mengenai kebijakan pemerintah. Dia mencontohkan, pada setiap usulan hak angket atau interpelasi di Dewan, Fraksi Demokrat pasti menolaknya, tapi beberapa anggota fraksi Golkar mendukung.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rayat, Aksa Mahmud, menjelaskan pernyataan Kalla tentang ”bumper” itu muncul karena pertanyaan tamu. ”Dia kan kalau berbicara memang terus terang begitu,” kata adik ipar Kalla ini.
Lepas dari polemik itu, kubu Kalla-Wiranto kini telah melangkah jauh menjelang pemilihan presiden. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Malkan Amin, menyatakan masing-masing pihak telah melakukan rapat intensif.
”Hampir tiap malam kami rapat,” katanya. Tim Golkar di Posko Slipi 2 di Jalan Ki Mangunsarkoro, dan Hanura di kantor pusatnya di Jalan Diponegoro. Keduanya berdekatan.
Sesekali para petinggi partai bertemu di tempat-tempat tertentu, atau saling menelepon untuk membahas berbagai hal. ”Salah satunya membahas penyesuaian karakteristik kedua pihak,” kata Malkan.
Menurut Aksa Mahmud, Golkar dan Hanura telah menyusun tim sukses, meliputi orang-orang dari kedua partai. ”Ketuanya Fahmi Idris, anggota Dewan Pembina Golkar,” kata tokoh Golkar asal Sulawesi Selatan itu. ”Saya sendiri masuk tim pengarah.”
Sumber Tempo di Partai Golkar menyatakan, tim ini nanti akan berkantor di tempat yang sekarang kantor Sekretariat Pengurus Pusat Perempuan Hanura di Jalan Sungai Gerong, Jakarta Pusat. Dia menambahkan, pasangan Kalla-Wiranto akan menggunakan slogan semacam ”Membangun lebih cepat lebih baik dengan hati nurani.”
Sejauh ini, pasangan Kalla-Wiranto belum memiliki sebutan resmi, meskipun ada media yang mengklaim sebutannya ”JK-Win”. ”Nama itu belum disepakati,” kata Fachrul Razi, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura. ”Kalau JK-Win, nanti dikira JK kawin,” Fachrul bersoloroh.
Fachrul menuturkan, mereka akan menyusun organisasi di tingkat pusat dan daerah yang diawaki bersama. Namun, dia menekankan, mesin partai yang selama ini bekerja untuk pemilihan anggota legislatif harus bekerja untuk pemilihan presiden. ”Tolong mesin partai ini diminyaki lagi,” katanya. ”Biar nanti... bum!”
Kurniawan, Wahyu Dhyatmika, Iqbal Muhtarom, Kurniasih Budi, Irmawati, Gunanto E.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo