Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X merespon pidato Bahlil Lahadalia yang menyinggung soal Raja Jawa dalam pidato perdananya setelah resmi ditunjuk sebagai ketua umum Partai Golkar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam musyawarah nasional atau Munas XI Partai Golkar di Jakarta Rabu, 21 Agustus 2024, Bahlil mengingatkan agar kader Golkar tidak bermain-main dengan 'Raja Jawa' apabila tidak mau celaka. Namun belum diketahui siapa yang dimaksud Bahlil dengan Raja Jawa itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ditanya soal pidato Bahlil tentang Raja Jawa itu, Sultan HB X mengatakan pihaknya pun tak mengetahui apa yang dimaksud.
"Urusannya apa (soal pidato Raja Jawa) ? Tidak tahu saya soal pidato itu," kata Sultan di sela Rapat Koordinasi Kesiapan Penyelenggaraan Pilkada 2024 Wilayah Jawa di Yogyakarta, Rabu.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu menyatakan sudah tak akan mencampuri apapun lagi terkait dinamika politik karena bukan kewenangannya.
Meski pernah menjadi kader dan pengurus Partai Golkar, Sultan HB X sendiri telah resmi keluar dan meninggalkan seluruh atribut partai politiknya.
Terutama ketika Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY disahkan. Dalam aturan itu, Sultan dan Paku Alam tidak boleh masuk partai politik karena bertakhta secara otomatis sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sehingga terkait dinamika politik Golkar termasuk pergantian ketua umum hingga pidato Bahlil itu, dinilai Sultan bukan ranahnya lagi untuk berbicara atau menanggapi lebih jauh. Meskipun secara sosial Sultan sendiri merupakan raja di tanah Jawa.
"Saya kan sudah tidak berpartai lagi, tidak boleh (masuk partai sesuai UU)," kata Sultan.
Sultan juga enggan berkomentar terlalu jauh soal dinamika Partai Golkar saat ini yang tiba-tiba mengganti ketua umumnya dari Airlangga Hartarto ke Bahlil Lahadalia. "Tidak ada komentarlah soal itu," ujar dia.
Sebelumnya, Bahlil mengungkapkan dalam pidato perdananya agar tak bermain-main dengan Raja Jawa.
"Kita harus lebih paten lagi. Soalnya, Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita," kata Bahlil.
Pernyataan itu Bahlil sampaikan saat membacakan visi misi dalam musyawarah nasional atau Munas XI Partai Golkar.
Bahlil juga memperingatkan seluruh kadernya agar berhati-hati dengan sosok Raja Jawa. "Saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh, ini ngeri-ngeri sedap barang ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu enggan membeberkan siapa sosok yang dia maksud sebagai Raja Jawa.
"Sudah. Waduh ini. Sudah banyak, sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkan lah. Enggak perlu," tuturnya.
Pilihan editor: DPR Setujui RUU Pilkada Anulir Putisan MK No 60 dan 70, PDIP Sindir Beda Perlakuan saat Putusan No 90