Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kecemasan dari Alby

Tiga tokoh penting GAM yang ditangkap pemerintah Swedia untuk sementara dibebaskan. Akankah gerakan separatis itu terkubur?

21 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah kamar di lantai lima apartemen di kawasan Alby, Stockholm, Swedia, itu telah lengang dari penjagaan polisi. Sang penghuni, Presiden Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Teuku Hasan Muhammad di Tiro, 79 tahun, yang dikenai "tahanan rumah" sejak Selasa pekan lalu, untuk sementara dibebaskan. Di apartemennya yang resik, berukuran sekitar 100 meter persegi, dan berdinding putih itu ia kini leluasa merenung, memandang ke luar balkon, atau sekadar menelepon kerabat tanpa tatapan curiga opsir polisi berambut blonde.

Di luar apartemen, Perdana Menteri GAM Malik Mahmud, 70 tahun, dan Menteri Luar Negeri Zaini Abdullah telah pula meninggalkan penjara berukuran 2 x 3 meter persegi di lantai bawah tanah Markas Kepolisian Stockholm. Ketiganya Jumat lalu dibebaskan karena "bukti-bukti yang disampaikan kepada pengadilan tidak cukup kuat," ujar Olof Larsberger, Kepala Panitera Pengadilan Huddinge?sebuah kawasan berangin tak jauh dari Alby.

Malik dan Zaini diciduk dari kediaman mereka oleh tim kecil yang dipimpin Kepala Kejaksaan Stockholm Tomas Lindstrand. "Enam polisi naik ke lantai atas rumah Zaini dan 10 lainnya menunggu di bawah," kata seorang aktivis GAM yang mengetahui penangkapan itu. Zaini digelandang ke markas polisi dengan tangan diborgol. Tiro sendiri tidak ditangkap karena tak sehat, tapi rumahnya diobrak-abrik polisi untuk mencari barang bukti. "Sebagian besar bukti yang kami sita berupa berkas-berkas dalam bahasa Aceh," ujar Lindstrand seperti dikutip harian terbesar Swedia, Dagens Nyheter. Menurut Lindstrand, ketiganya disangka telah melakukan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan dibidik dengan Undang-Undang Tindak Pidana Swedia Bab 22 Pasal 6.

Menurut juru bicara GAM di Stockholm, Bakhtiar Abdullah, bukti yang disita antara lain berupa satu unit komputer jinjing milik Tiro, uang tunai US$ 10 ribu, sejumlah dokumen seperti surat perjuangan legal Aceh di dunia internasional, buku Kelahiran Aceh, buku Perkara dan Alasan Aceh, piringan cakram yang berisi rekaman pelatihan tentara GAM di Aceh, foto-foto kegiatan GAM di Swedia, dan kliping koran yang membahas konflik di Serambi Mekah tersebut.

Mengingat batas masa penahanan bagi tersangka kasus terorisme sesuai dengan undang-undang negeri itu adalah 3 x 24 jam, Lindstrand meminta perpanjangan penahanan selama dua pekan. Pertanyaan tim penyidik yang diketuai Gunnar Akersten tersebut tidak ada yang dijawab oleh ketiga petinggi GAM itu. Dalam dengar pendapat itu, Tiro, Malik, dan Zaini didampingi pengacaranya masing-masing, yakni Leif Gustafsom, Leif Silbersky, dan Peter Alphin.

Permohonan Lindstrand akhirnya benar-benar kandas Jumat itu ketika Hakim Lars Tomt, yang memimpin persidangan, menyatakan Tiro, Malik, dan Zaini harus dilepaskan demi hukum. Namun, "Keputusan hakim ini tidak berarti membatalkan status ketiganya sebagai tersangka," kata Olof Larsberger.

Tindakan yang diambil Kejaksaan Stockholm itu berawal dari keputusan yang ditandatangani Lindstrand pada 16 Februari lalu. Isinya: kejaksaan akan melakukan penyelidikan awal tentang dugaan keterlibatan Tiro dan kawan-kawan dalam pengeboman Atrium Senen, Bursa Efek Jakarta, dan Mal Cijantung. Tiro juga dituding bertanggung jawab atas pembunuhan Teungku Nazaruddin Daud dan Profesor Dayan Daud, penculikan 243 warga sipil, serta pembakaran sedikitnya enam sekolah di Aceh.

Untuk memperdalam penyidikan, tim kejaksaan dan kepolisian Swedia datang ke Indonesia pada 15-21 Maret dan melakukan wawancara terhadap 19 orang saksi yang berada di Jakarta, Medan, dan Aceh. Tim ini juga melihat langsung wilayah konflik di Tanah Jeumpa itu.

Dua bulan kemudian, giliran pemerintah Indonesia yang mengirimkan bukti-bukti tambahan ke Kejaksaan Stockholm, pada 25 Mei, berupa sebuah komputer jinjing, hasil sitaan dari mantan juru runding GAM, Syaiful Amri bin Abdul Wahab.

Rupanya dari situlah tim Lindstrand bergegas ingin membawa Tiro dan kawan-kawan ke meja hijau. Tapi, setelah mendapat segepok dokumen berbahasa Aceh itu, Lindstrand kesulitan mencari penerjemah yang mumpuni. Belakangan Kepala Kepolisian RI Jenderal Da'i Bachtiar berjanji akan mengirimkan penerjemah ke sana.

Direktur I Keamanan dan Transnasional Markas Besar Polri, Brigadir Jenderal Ariyanto Sutadi, mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri akan mengirimkan penerjemah ke Swedia. "Kita bantu penerjemah ke sana secepatnya," kata Ariyanto kepada Martha Warta dari Tempo News Room. Masalahnya, tiga perwira menengah yang dikirim ke Swedia, meskipun mampu berbahasa Inggris dengan baik, tidak mengerti bahasa Aceh.

Di luar problem teknis itu, bagi Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, dimulainya proses interogasi terhadap Tiro, Malik, dan Zaini menandakan basis perjuangan GAM di luar negeri sudah lumpuh. "Dengan proses yang tengah dilakukan Kejaksaan Stockholm, sesungguhnya tidak ada lagi kegiatan GAM di luar negeri," ujar Hassan.

Ia juga sangat yakin kepemimpinan GAM pasca-Tiro, Malik, dan Zaini tidak akan berlanjut dan pusat kekuasaan GAM yang saat ini berada di Stockholm tidak akan pindah ke negara lain. "Tidak ada tempat yang aman bagi mereka (untuk) terus melancarkan kegiatan seperti itu," katanya.

Kendati terkejut atas berita penangkapan itu, Panglima GAM Wilayah Peurelak, Ishak Daud, tetap optimistis dengan masa depan gerakan. "Insya Allah, itu berarti pintu kemerdekaan sudah terbuka," ujarnya. Dalam pandangan Ishak, peristiwa ini berpeluang untuk berakhir di Mahkamah Internasional atau PBB. "Pemerintah Swedia berhak memproses, tapi tak berhak mengadili," katanya. Meski Tiro dan Zaini berkewarganegaraan Swedia, "Mereka berkebangsaan Aceh," kata Ishak. Adapun Malik Mahmud adalah warga negara Singapura.

Di Mahkamah Internasional, GAM akan membuka semua kejahatan yang dilakukan pemerintah Indonesia selama ini. Harapannya, PBB dan Mahkamah Internasional akan mendesak Indonesia agar melepas Aceh. Keyakinan Ishak itu ditepis Hassan Wirajuda. "Kasus ini tak akan memasuki arena internasional. Ini urusan dalam negeri Swedia," kata Hassan.

Sejauh ini, belum ada sinyal bahwa GAM akan mengadakan penggantian pemimpin. "Tidak ada rencana penggantian pemimpin," ujar Bakhtiar Abdullah. Pihaknya masih akan memantau perkembangan lebih lanjut dari proses hukum yang sedang berlangsung.

Tak mudah memang bagi GAM untuk menggantikan pucuk pemimpinnya. Hasan Tiro meyakini dirinya sebagai penerus trah Tiro, raja dalam Kesultanan Iskandar Muda yang dulu pernah menguasai Aceh, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Anaknya, Karim Tiro, sulit untuk menjadi putra mahkota mengingat ia tak mengenal Aceh dan lebih sibuk sebagai pengajar di sebuah universitas di Amerika Serikat. Ibu Karim adalah seorang perempuan Amerika yang sudah bercerai dengan Hasan Tiro.

Orang yang disebut-sebut sebagai calon pengganti Hasan adalah Malik Mahmud. Sejauh ini, Malik memang orang kepercayaan Tiro yang menangani koordinasi gerakan. Tapi Malik adalah warga Singapura dan dianggap tak mengetahui lapangan (lihat Mereka yang Ditangkap).

Di Aceh, setidaknya seperti dikatakan Ishak Daud, gerak pasukan tak terpengaruh oleh berita penangkapan Tiro dan kawan-kawan. "Mereka mengurus politik, kami mengurus perang," kata Ishak suatu ketika.

Bahkan organisasi Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) juga tak sepenuhnya bisa dikontrol Swedia. Dalam kasus penculikan kamerawan RCTI Ferry Santoro yang dilakukan pasukan Ishak, Swedia terbukti hanya mendapat laporan dan bukan memberikan perintah kepada Ishak. Seperti dilaporkan wartawan TEMPO Nezar Patria, yang ikut dalam negosiasi pembebasan Ferry bulan lalu, telepon Ishak ke Stockholm umumnya hanya menceritakan perkembangan kasus. Malik dan kawan-kawan hanya memberikan nasihat pendek, "Hati-hati, ini menyangkut citra kita di mata internasional."

Yang pasti risau adalah para pelarian Aceh yang kini bermukim di Stockholm. Selama ini, setelah berpindah dari satu negara ke negara lain sejak 1980-an, mereka menganggap Swedia surga yang menjamin hak hidup mereka sebagai pelarian politik. Di sana mereka bebas bekerja?sebagian sebagai pegawai kantor pos dan dokter. Yang belum bekerja mendapat tunjangan sosial. Di Stockholm, keluarga pelarian Aceh umumnya bermukim di kawasan Norsborg dan Alby?kawasan di selatan Stockholm yang padat oleh imigran asal Asia. Di luar negeri makmur itu, pelarian Aceh tersebar di Norwegia, Denmark, Amerika, dan Malaysia.

Mereka memang tak akan diekstradisi karena, seperti dikatakan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan ad interim Hari Sabarno, antara Indonesia dan Swedia tak ada perjanjian ekstradisi. "Mereka kan juga bukan warga negara Indonesia," kata Hari.

Jadi, untuk sementara, dampak pengusutan kasus Tiro dan kawan-kawan adalah melemahnya organ politik GAM. Juga terusiknya kampung GAM di Alby dan Norsborg?kawasan dingin yang selama bertahun-tahun telah menjadi rumah berlindung Hasan Tiro dan kelompoknya.

AZ/Akmal Nasery Basral, Faisal A. (TNR)


Jalan Panjang Menyeret Tiro

2002
11 November
Rapat kabinet memutuskan meminta Swedia memberikan sanksi terhadap tiga pemimpin GAM yang bermukim di Stockholm. Mereka adalah Hasan di Tiro, Zaini Abdullah, dan Malik Mahmud. Ketiga orang ini dianggap mengganggu kedaulatan Indonesia.

2003
6 Mei
Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Harald Nils E. Sandberg, menyatakan permintaan Indonesia sedang dibahas pemerintah Swedia.

26 Mei
Mabes Polri meminta bantuan Interpol menangkap Tiro dkk. di Swedia karena mereka diduga terlibat kejahatan terorisme dan separatisme.

30 Mei
Swedia menolak memberikan sanksi kepada Tiro dkk. karena tak ada bukti.

1 Juni
DPR meminta pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Swedia jika mereka menolak memeriksa Tiro dkk.

2 Juni
Swedia menutup kedutaan besarnya di Jakarta.

4 Juni
Kedutaan Besar Swedia dibuka kembali.

9 Juni
Utusan khusus Indonesia, Ali Alatas, bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Kehakiman Swedia di Stockholm. Alatas menyerahkan bukti-bukti keterlibatan Tiro di Aceh.

11 Juni
Swedia menyatakan dukungan atas integritas Indonesia tapi tetap minta bukti tambahan keterlibatan Tiro.

23 Juli
Swedia mengakui Tiro dkk. mengendalikan pemberontakan di Indonesia, tapi masih minta waktu untuk memutuskan perlu-tidaknya pemeriksaan.

18 Desember
Tim gabungan Kepolisian Indonesia dan Departemen Luar Negeri bertemu dengan Kejaksaan Swedia untuk menyerahkan berkas perkara keterlibatan Tiro di Aceh.

2004
16 Februari
Kepala Kejaksaan Swedia memutuskan menyelidiki keterlibatan Tiro dkk. dalam aksi terorisme dan separatisme di Aceh.

15-21 Maret
Tim jaksa Swedia datang ke Indonesia untuk memeriksa 19 tokoh GAM yang ditahan di Jakarta, Aceh, dan Medan. Para saksi itu mengaku tak pernah diperintah Hasan Tiro mengebom dan membakar sekolah.

15 Juni
Zaini Abdullah dan Malik Mahmud ditangkap dan ditahan Kepolisian Stockholm. Tiro tak ditahan karena sakit. Mereka akan diperiksa sebagai tersangka dalam kasus terorisme dan pelanggaran berat hukum internasional.

18 Juni
Pengadilan Distrik Huddinge, Stockholm, membebaskan Tiro dkk. dengan alasan tak cukup bukti.


Barang Bukti

  • Satu unit notebook milik Hasan Tiro
  • Uang tunai US$ 10 ribu
  • Surat perjuangan legal Aceh di dunia internasional
  • Buku Kelahiran Aceh
  • Buku Perkara dan Alasan Aceh Merdeka
  • Piringan cakram berisi rekaman pelatihan tentara GAM di Aceh
  • Foto-foto kegiatan GAM di Swedia
  • Kliping-kliping koran yang membahas masalah Aceh
  • Berkas pemeriksaan saksi-saksi di Indonesia
  • Dokumen perintah harian Hasan Tiro untuk konsolidasi GAM
  • Fotokopi amanat Hasan Tiro agar rakyat Aceh melepaskan diri dari RI
  • Fotokopi surat-surat Komando GAM untuk memungut "pajak"
  • Dokumen pendirian Aceh Merdeka

Mereka yang Ditangkap

Malik Mahmud al-Haytar
Perdana Menteri GAM dan disebut-sebut sebagai calon pengganti Tiro. Lahir dan dibesarkan di Singapura. Ayahnya, Mahmud al-Haytar, adalah orang kepercayaan Daud Beureueh, tokoh Darul Islam Aceh. Saat muda, Mahmud hijrah dan menjadi pengusaha sukses di negeri jiran itu. Kabarnya, Malik kini berkewarganegaraan Singapura dan pernah menjadi perwira marinir di sana. Sejak akhir 1990-an, ia mengikuti jejak Tiro menetap di Swedia. Dalam kabinet Tiro, ia dianggap mahir mengatur siasat dan jago berunding. Dialah juru runding GAM dalam pertemuan dengan Indonesia di Tokyo, Mei 2003.

Zaini Abdullah
Menteri Luar Negeri merangkap Menteri Kesehatan Kabinet GAM. Berperan besar dalam sejumlah perundingan dengan Jakarta. Zaini dan Tiro adalah angkatan pertama orang Aceh yang lari ke Swedia. Ia dianggap mahir berunding dan berperan dalam kontak ke Aceh, terutama mengendalikan serdadu di lapangan. Sehari-hari Zaini bekerja sebagai dokter di sebuah klinik di Flemingsberg, di selatan Stockholm.

Hasan di Tiro
Wali Nanggroe alias Presiden Aceh Merdeka. Dialah yang memproklamasikan Negara Aceh Merdeka, 4 Desember 1976. Pada 1976-1979, ia bergerilya bersama pasukannya melawan Indonesia. Pada 1979, ia mengungsi ke Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, hingga menetap di Stockholm, Swedia. Tiro, kini 80 tahun, adalah keturunan ketiga Teungku Syekh Muhammad Saman di Tiro, salah satu tokoh besar di Aceh.

Widiarsi Agustina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus