Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kembalinya sang dokter hewan

Drh. linus simanjuntak menjadi kepala kebun binatang ragunan, jakarta, menggantikan djama usman. banyak pihak mengeluh, kbr terbengkalai. diharapkan konsolidasi organisasi & manajemen dibenahi.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH menggebrak bangunan tanpa IMB, Gubernur Wiyogo Atmodarminto akhirnya melirik Kebun Binatang Ragunan, di bagian selatan Jakarta. Maka, terlihatlah betapa taman margasatwa itu sedang merana. Banyak pihak yang sudah lama mengeluh: Ragunan seakan terbengkalai. Lingkungannya kotor. Banyak binatang yang tak terurus. Hubungan kerja di kalangan pegawainya juga tak harmonis. Gubernur Jakarta itu pun segera bertindak. Yang terkena adalah Djama Usman, kepala kebun binatang itu. Kamis pekan lalu ia dicopot dan digantikan oleh drh. Linus Simanjuntak, staf Menteri KLH. "Memfungsikan kebun binatang bukan soal sederhana, karena diperlukan perencanaan yang matang, manajemen yang cermat," kata Wiyogo ketika melantik Linus sebagai Kepala Kebun Binatang Ragunan (KBR) yang baru, di Balai Agung DKI. Wiyogo berpesan pada Linus agar ia mengadakan konsolidasi organisasi dan manajemen di Ragunan. Linus juga dimintanya meningkatkan KBR agar bisa dibanggakan. "Dan mengusahakan agar dalam waktu dua atau tiga tahun KBR bisa mandiri tanpa subsidi DKI," kata Wiyogo. Wiyogo membenarkan penggantian pejabat yang dilakukannya itu ada hubungan dengan kericuhan kepemimpinan di KBR. "Selama ini kami sudah melakukan observasi," kata Wiyogo. Maka, Djama Usman akan dikembalikan ke posnya semula sebelum ia masuk ke Ragunan, delapan tahun yang lalu, yaitu sebagai salah seorang staf di Biro Bina Sosial DKI. Putra Betawi itu tampak kurang puas pada kebijaksanaan Wiyogo. Sesaat setelah dicopot, ia berkata kepada TEMPO, "Sebenarnya, langkah yang saya tempuh selama ini semua sesuai dengan pengarahan dari atas. Memang, namanya orang melangkah, tentu sesekali ada juga yang melenceng ke kiri atau kanan Tapi arahnya tetap saja seperti semula. Djama kini cuma bisa mengungkapkan harapannya, semoga sang pengganti bisa lebih baik. "Dia itu 'kan ahlinya. Kalau saya 'kan bukan dokter hewan, mana saya tahu sakit," katanya. Djama, yang pernah menjadi guru SD sebelum bekerja di kantor DKI itu, adalah sarjana lulusan Lembaga Administrasi Negara. Sebagai ahli administrasi, Djama dianggap kurang memberi perhatian pada petugas lapangan yang terlibat langsung dalam pengelolaan penghuni KBR. Ia lebih banyak duduk di belakang meja dan menganakemaskan para pegawai administrasi. Kebijaksanaan itu menyebabkan para pegawai lapangan ngambek dan mengakibatkan kebun binatang itu tampak tak terurus. Ia cekcok pula dengan drh. Sutarman, wakilnya. Kedua pejabat itu sering saling menuduh. Sutarman, misalnya, pernah dituduhnya menjual seekor komodo di Jepang. Ketika itu, 1985, Sutarman membawa empat ekor satwa langka ke negeri itu untuk mengikuti ekspo satwa liar. Setelah keiatan itu selesai, seekor komodo ditinggalkan nya pada Dubes RI di Jepang, Wiyogo Atmodarminto, karena binatang itu - atas restu Presiden Soeharto - akan dihadiahkan kepada pemerintah Jepang. Setibanya di Jakarta, Sutarman dituduh Djama mendapat uang dari pemerintah Jepang untuk komodo itu. Pertentangan Djama dengan Sutarman berakhir September lalu, setelah Gubernur Jakarta R. Soeprapto mencopot Sutarman. Lalu ia dipindahkan ke PD Dharma Jaya, perusahaan pemotongan hewan milik DKI. Kini Sutarman segera akan menduduki posisinya semula sebagai wakil kepala KBR. Wiyogo telah mengangkat dia kembali untuk mendampingi Linus. "Saya ingin ia kembali lagi ke sini karena kemampuannya, dan ia cocok dengan kepala yang baru," kata Gubernur Wiyogo. Amran Nasution, Diah Purnomowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus