Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kenali Nyadran, Tradisi Masyarakat Ziarah Kubur Sambut Bulan Ramadan

Nyadran juga disebut Ruwahan, karena ziarah kubur dilakukan bulan Ruwah yaitu sebuah bulan dalam penanggalan Jawa yang sama dengan Bulan Sya'ban

4 Maret 2023 | 11.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga berziarah di makam keluarganya di tempat pemakaman umum (TPU) Karet Kebembem, Tanah Abang, Jakarta, Selasa, 29 Maret 2022. Banyak warga yang melakukan ziarah kubur menjelang bulan Ramadan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Biasanya sebelum memasuki bulan puasa Ramadan, ada tradisi-tradisi unik untuk menyambutnya seperti tradisi Nyadran berupa prosesi ziarah kubur. Apalagi di Indonesia yang memiliki beragam adat dan budaya sehingga ada banyak pula tradisi dalam menyambut bulan suci akhir bulan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Nyadran adalah sebuah tradisi dalam kehidupan masyarakat Jawa yang pada awal merupakan budaya untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Seiring berjalannya waktu, Nyadran mengalami proses perkembangan hingga menjadi adat dan tradisi hingga saat ini. Nyadran menjadi salah satu tradisi masyarakat Jawa menjelang datangnya bulan Ramadan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nyadran juga dikenal dengan sebutan Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah yaitu sebuah bulan dalam penanggalan Jawa yang sama dengan Bulan Sya'ban dalam penanggalan Hijriyah. Sehingga dalam sejarahnya, tradisi Nyadran ini merupakan sebuah akulturasi budaya Jawa dan Islam.

Kata Nyadran sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu“Sraddha” yang memiliki arti keyakinan. Menurut Yanu Endar Prasetyo, Nyadran atau Sadranan ini adalah tradisi yang untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa.

Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, dan juga dijadikan sebagai sarana guna melestarikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono atau makan bersama.

Tradisi Nyadran terdiri dari berbagai kegiatan, diantaranya:

Pertama, melakukan Besik, yaitu membersihkan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan. Pada kegiatan ini masyarakat dan antar keluarga saling bekerja sama gotong-royong untuk membersihkan makam leluhur.

Kedua, Kirab. Yaitu kegiatan arak-arakan peserta Nyadran menuju ke tempat upacara adat dilangsungkan.

Ketiga, Ujub yaitu menyampaikan maksud dari serangkaian upacara adat Nyadran oleh Pemangku Adat.

Keempat, Doa. Biasanya Pemangku Adat akan memimpin kegiatan doa bersama yang ditujukan kepada roh leluhur yang sudah meninggal.

Kelima, Kembul Bujono dan Tasyukuran atau makan bersama dan setiap keluarga yang mengikuti sesi ini harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, perkedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.

Setelah masyarakat telah berkumpul dan membawa makanannya masing-masing, maka makanan akan diletakkan didepan untuk didoakan oleh pemuka agama setempat untuk mendapatkan berkah dan kemudian tukar menukar makanan yang tadi dibawa oleh masyarakat.

Kembul Bujono menjadi rangkaian untuk mengakhiri acara sekaligus dengan saling bersenda gurau agar juga bisa saling mengakrabkan diri.

Seiring berjalannya waktu, terdapat perkembangan dalam prosesi Nyadran seperti menampilkan pelbagai kesenian khas daerah tersebut sebagai unsur pertunjukan.  

FANI RAMADHANI
Pilihan editor : Doa Ziarah Kubur Lengkap Latin Beserta Manfaatnya

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus