PENDUKUNG PDI menggelar atraksi spektakuler di Ibu Kota dalam kampanye terakhir Ahad lalu. Ratusan ribu massa partai banteng membanjiri jalanan dengan mobil, truk, metromini, bajaj, sepeda motor, sepatu roda, atau berjalan kaki. Jalan utama SudirmanThamrin, Gatot Subroto, dan jalurjalur penting menuju Senayan tersumbat total. Kampanye terakhir PDI, yang dipusatkan di lapangan Parkir Timur Senayan, memang menurunkan juru kampanye andalan mereka: Ketua Umum PDI Soerjadi dan Guruh Soekarno Putra keduanya penyaji pidato politik yang panas. Namun, massa (90% anak muda) lebih suka ngeceng di jalanan sambil menarinari, menyanyi, berteriakteriak, atau meledek kontestan pesaingnya, Golkar. Alhasil, lapangan Parkir Timur tak terisi penuh. Di Jakarta, PDI memang tampak paling berhasil dalam urusan pengerahan massa. Kampanye Golkar dan PPP tak seingarbingar acara PDI. Kendati demikian Ketua PDI Jakarta Alex Asmasubrata mengaku kecewa pada kampanye terakhir minggu lalu. Acara yang dia rancang tak jalan sepenuhnya. Alex sedianya akan mengerahkan dua helikopter dan sebuah pesawat Cesna untuk menambah marak suasana. Pesawat Cesna itu, dalam rencana Alex, akan menurunkan sejumlah penerjun serta menebar ribuan pamflet. Sedangkan helikopternya bakal dipakai mengangkut wartawan yang meliput kampanye. Izin dari Polda Metro dan Kodam Jaya, kata Alex, sudah dikantonginya. Pada Hari H ternyata hanya helikopter yang bisa diterbangkan. Pesawat Cesna tidak bisa beraksi. Pihak TNI AU, kata Alex, tak mengizinkannya. "Kami dirugikan secara moril maupun materiel," ujarnya. Untuk pemakaian pesawat itu dia mengaku telah telanjur meneken kontrak US$ 3.600 (sekitar Rp 7,2 juta), dan Rp 20 juta lagi telah dikeluarkan untuk mencetak pamflet. Selama kampanye PDI berlangsung, petugas keamanan memang ekstrasibuk. Mereka tampak hampir di seluruh penjuru Ibu Kota. Polda Metro saja, misalnya, mengerahkan sekitar 9.000 polisi. Belum lagi unitunit kesatuan lain. Soalnya, barisan semut merah itu (kata sandi bagi massa PDI) lebih banyak unjuk kekuatan di jalanjalan ketimbang mendengarkan pidato jurkam. "Mereka itu hanya mutermuter tidak karuan, bikin macet," gerutu Kapolda Metro Mayjen. (Pol). M. H. Ritonga. Selama tujuh putaran kampanye di Jakarta, menurut Ritonga, massa PPP tampil paling tertib. Pada kampanye terakhir, Jumat pekan lalu, sekalipun warga dan simpatisan partai bintang itu membludak di jalanan dan juga menimbulkan kemacetan lalu lintas, tak terdengar mereka melakukan perusakan atau aksiaksi yang cenderung kriminal. Sebaliknya dengan PDI. Dari 55 kasus kriminal selama kampanye yang tercatat di Polda Metro hampir semuanya melibatkan massa semut merah. Tindak kriminal itu di antaranya 5 kasus penganiayaan berat, 13 pengeroyokan, 7 pemerasan, dan 5 kasus pencurian dengan kekerasan. Tiga hari kemudian massa PDI terlibat baku hantam dengan sejumlah pemuda di daerah Berlan, Matraman. Mereka sempat saling melempari dengan batu. Maka, pada kampanye terakhir, pawai PDI tidak boleh melewati kawasan ini. Rekor buruk PDI itu agaknya masih bakal bertambah panjang. Pusat komunikasi radio taksi Blue Bird tengah hari Ahad lalu, misalnya, menerima laporan: 5 buah taksi mereka "dipinjam" secara paksa oleh massa PDI. Yang lebih tragis, dua orang pemuda ditusuk di Jalan Rasuna Said dan mobil Honda Civic mereka dirampas sejumlah pemuda berkaus merah. Selain itu, sudah jadi rahasia umum, massa semut merah ini selama kampanye suka menebar teror kecilkecilan: minta rokok, uang, membeli makanan dan bensin tanpa membayar. Namun, Alex Asmasubrata keberatan kalau halhal seperti itu dipandang serius. "Kerugian yang ditimbulkan tak seberapa dibandingkan dengan mereka yang korupsi atau makan uang komisi," ujarnya dalam kampanye akbar di Parkir Timur. Kebengalan massa semut merah itu muncul pula di Semarang. Seusai kampanye di Simpang Lima, Ahad dua pekan lalu, pendukung PDI berpawai keliling kota. Mereka sempat adu mulut, dan kabarnya kemudian ada yang baku pukul dengan petugas keamanan yang memblokir jalanjalan tertentu agar kemacetan tak meluas. Menyadari risiko semacam itu PDI Kodya Semarang memilih menggelar kampanye tertutup, tanpa pengerahan massa di dua kesempatan kampanye berikutnya. Namun, massa tak mau menerima keputusan itu. Pada kampanye tertutup, Sabtu pekan lalu, massa banteng ini menggugat, bahkan mengancam akan mengobrakabrik kantor PDI cabang Semarang, sehingga pimpinan PDI, Danang Soewito, terpaksa mengalah. Kampanye terakhir PDI di Semarang digelar di lapangan terbuka di Semarang Barat 2 Juni pekan ini. Karakter massa PDI di Surabaya sama saja dengan massa partai banteng di Jakarta dan Semarang. Pada kampanye putaran terakhir, Ahad lalu, warna merah mendominasi jalanjalan utama hampir di seluruh penjuru kota. Sebagian mereka tampak ringan tangan, mencopot dan merusak gambar, bendera, dan baliho milik Golkar. Bahkan seorang juru kampanye Golkar babakbelur dikerubut semut merah. Empat orang pemuda berkaus merah terpaksa diringkus polisi. Di Jayapura massa semut merah tak lebih jinak. Seusai menghadiri kampanye Guruh Soekarno Putra, ribuan massa PDI berpawai jalan kaki menempuh jarak 15 km, dari Abepura menuju Jayapura. Di tengah jalan, barisan semut merah ini bertemu dengan iringiringan semut kuning yang baru usai menghadiri kampanye di Jayapura. Lalu, entah siapa yang memulai, batubatu pun beterbangan. Akibatnya, 5 orang pendukung Golkar lukaluka cukup parah dan 10 lainnya cedera ringan. Di pihak semut merah seorang bocor kepalanya. Bagaimana dengan massa Golkar? Pekan lalu, pada waktu kampanye terakhir di lapangan, massa Golkar malah ada yang gatal tangan. Ketika arakarakan melewati kantor pusat PPP dan PDI, yang berjejeran di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, tibatiba saja ada tangan iseng yang melemparkan batu ke kantor kedua OPP tersebut. Untung, tak saling membalas. Di Karawang, Sabtu pekan lalu, pihak Golkar bahkan dituding PDI melakukan kecurangan. Pasalnya? Menjelang kampanye PDI, Kepala Kantor Penerangan Karawang H. Ismono keliling kota dengan mobil penerangan memberi tahu penduduk bahwa pada siang hari (pada jam PDI kampanye) semua bioskop di Karawang memutar film tanpa memungut bayaran. "Jangan lewatkan kesempatan baik ini," ujar Ismono berapiapi lewat pengeras suara. Sebagian massa PDI pun tersedot ke gedung bioskop. Yang unik dalam masa kampanye kali ini barangkali adalah kiat pengurus Golkar Kodya Bogor mengundang simpatisan. Dalam setiap kampanye, antara 20 dan 30 Mei lalu, Golkar Bogor ini membagibagikan kuis berhadiah. Kuis itu berisi beberapa pertanyaan, di antaranya berbunyi: Organisasi mana yang telah berhasil melaksanakan pembangunan dengan karya nyata? Jawaban kuis harus langsung dimasukkan ke kotakkotak yang disediakan. Dari sekitar 100.000 kupon yang disebar dipilih 222 pemenang yang akan memperoleh sepeda motor bebek, TV warna, kompor gas, rice cooker, walkman, arloji, jam dinding, atau termos. Total hadiah senilai Rp 160 juta. "Ini sekadar memberi kegembiraan untuk mereka yang telah berpanas-panas mendukung Golkar," kata Ketua Golkar Kodya Bogor Edi Suryaman. Melihat ekses-ekses itu Kasospol ABRI Letjen. Harsudiono Hartas tampak kecewa dengan pelaksanaan kampanye Pemilu 1992. Kampanye, menurut Harsudiono, belum dimanfaatkan sebagai media pendidikan politik bagi rakyat. "Untuk selanjutnya, kampanye yang hanya hurahura itu sebaiknya dihapuskan saja, karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa," katanya. Demokrasi perlu proses panjang dan ongkos yang mahal, memang. PTH dan Biro-Biro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini