Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kisah Anggota Polda Aceh Mengubah Ladang Ganja Menjadi Kebun Palawija Masyarakat

Anggota Polda Aceh Bripka Adi Syafnur Arisal mendorong warga keluar dari lingkaran kemiskinan dengan buat lahan palawija menggantikan ladang ganja.

10 Januari 2025 | 19.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Personel Polres Nagan Raya Polda Aceh, Bripka Adi Syafnur Arisal berhasil mengubah lahan ganja menjadi kebun palawija di lereng pegunungan Aceh, Beutong Ateuh Banggalang. Humas Polda Aceh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bripka Adi Syafnur Arisal berinisiatif mengubah lahan ganja menjadi lahan produktif yang dapat ditanami palawija di Beutong Ateuh Banggalang, salah satu kecamatan di Kabupaten Nagan Raya yang terletak di lereng pegunungan Aceh. Aksi personel Polres Nagan Raya Polda Aceh tersebut menuai respon positif.

Wilayah Beutong Ateuh Banggalang merupakan kawasan yang memiliki tanah subur. Lokasinya yang berada di balik pegunungan menjadikan kecamatan tersebut tempat yang cocok untuk mengembangkan tanaman pangan. Akan tetapi, potensi tersebut disalahgunakan menjadi area penanaman ganja.

Sejak tahun 2021, Adi berkesempatan menjadi Kapospol di kecamatan tersebut. Namun, Adi tidak ingin hanya sekadar menjalankan tugas utamanya sebagai seorang polisi. Sosok Adi ingin ikut serta mengambil peran untuk mendorong perubahan besar bagi masyarakat yang hidup dalam belenggu kemiskinan dan tindakan kriminal.

Bagi diri Adi, menjadi seorang polisi tidak hanya bertugas menegakkan hukum saja, tetapi juga mengatur strategi mengenai cara mengubah pola pikir masyarakat dan memberi harapan baru bagi seluruh pihak yang terjebak dalam masalah struktural kemiskinan dan kebiasaan buruk.

Pada 2021 saat pertama kalinya bertugas, Adi menyaksikan banyak masyarakat yang harus kehilangan anggota keluarga mereka karena terjerat dalam lingkaran ilegal penanaman ganja. Penanaman ganja sebagai mata pencaharian sudah menjadi hal lumrah bagi penduduk di kecamatan tersebut. Namun demikian, harga mahal harus dibayarkan untuk para pekerja yang terlibat dalam pembudidayaan tanaman berbahaya tersebut. 

Masyarakat luar yang melihat kondisi memprihatinkan masyarakat di Beutong Ateuh Banggalang pasti tersentuh, begitu pula yang dirasakan Adi. Di tengah kemiskinan yang mendera, tidak ada pilihan yang bisa masyarakat pilih selain menanam ganja untuk bertahan hidup.

Bagi Adi, ia bisa merasakan ada panggilan dalam dirinya yang memintanya untuk terus bertanya, “Apa ada cara untuk memberikan mereka sebuah harapan yang lebih baik?” Dari pertanyaan tersebut, timbul keinginan besar mengubah keadaan.

Dengan didasarkan pada niat yang tulus, Adi memutuskan untuk mengalihfungsikan lahan yang biasanya ditanami ganja menjadi kebun palawija. Potensi alam sangat kaya di Beutong Ateuh Banggalang dengan tanah pegunungan yang mengandung unsur hara berlimpah.

Adi mengajak masyarakat untuk mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru. Tanah yang saat ini dilarang untuk mengembangkan ganja dapat digunakan secara bebas untuk ditanami palawija. Masyarakat tidak hanya mendapatkan hidup baru, namun juga dijauhi dari ancaman hukum yang dapat merampas masa depan mereka.

Hasil budi daya tanaman palawija sudah mendapat hasil dalam waktu singkat. Enam kelompok tani besar terbentuk di bawah binaan sang polisi dengan rata-rata luas lahan sekitar 3,5 hektar per kelompok. Adi juga mengajarkan masyarakat untuk belajar memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami sayuran yang bisa dijual ke pasar.

Perubahan mata pencaharian masyarakat, maka terbuka peluang baru yang tidak hanya memberi keuntungan secara ekonomi, namun juga memberi kesejahteraan kepada masyarakat yang harus terpuruk akan masa lalu kelam.

Setiap panen, kelompok tani dapat menghasilkan 30 ton hasil pertanian. Walaupun demikian, Adi menganggap hasil panen bukanlah hal yang terpenting, tetapi kebahagiaan di wajah para petani yang kini dapat hidup tenang tanpa bayang-bayang rasa takut melakukan tindakan kriminal. Para petani punya kesempatan baru membangun masa depan yang lebih baik.

“Ini bukan sekadar soal bertani, terapi tentang memberi mereka kesempatan kedua dalam hidup, tentang menunjukkan bahwa ada cara yang lebih baik untuk bertahan hidup tanpa harus kehilangan martabat,” kata Adi dengan penuh kesungguhan saat ditemui pada Rabu, 8 Januari 2025.

Setelah hampir lima tahun berlalu, Adi tetap terus menjadi pendorong dan pelaku perubahan yang nyata di Beutong Ateuh Banggalang. Tugasnya menjadi polisi mungkin akan selesai saat dirinya turun dari jabatannya, namun ada jejak yang ditinggalkan dari semangatnya memberdayakan masyarakat yang pernah dibinanya.

Di balik pegunungan Aceh yang penuh sumber daya, Adi menanam benih harapan bagi berkembangnya pertanian palawija. Perubahan dari ganja menjadi palawija menggambarkan perjalanan untuk beralih dari kemiskinan menuju kesejahteraan yang lebih nyata.

Pilihan Editor: Kisah perwira Polri Ipda M Safi'i Membuatkan Kaki dan Tangan Palsu Gratis untuk yang Membutuhkan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus