Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah Haru Korban Bus Siswa SMK Lingga Kencana Depok, Demi Ikut Study Tour Rela Jadi Kuli Bangunan

Dua korban bus rombongan SMK Lingga Kencana sempat menjadi kuli bangunan untuk membayar biaya study tour senilai 800 ribu. Ini kisah lainnya.

16 Mei 2024 | 09.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bus rombongan siswa SMK Lingga Kencana mengalami kecelakaan di Subang, Jawa Barat pada Sabtu malam, 11 Mei 2024. Kecelakaan ini terjadi saat rombongan 112 siswa dan 28 guru sekolah asal Depok itu mengadakan perpisahan kelas XII di Bandung pada 10 sampai 11 Mei. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kronologi kejadian kecelakaan bus bermula saat bus Trans Putera Fajar bernomor polisi AD 7524 OG bertolak dari Bandung untuk kembali ke Depok via Subang pada Sabtu itu. Kecelakaan terjadi saat bus melaju di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bus tiba-tiba oleng saat melalui ruas jalan yang menurun dan menabrak sepeda motor yang berada di jalur berlawanan. Bus lantas terguling dengan posisi ban kiri di atas. Kejadian nahas ini terjadi pada pukul 18.45 WIB. Sebanyak 11 orang tewas di antaranya sepuluh siswa dan satu orang guru.

Tempo merangkum kisah-kisah haru kecelakaan bus SMK Lingga Kencana. Berikut ulasannya:

1. Demi membayar biaya study tour, korban bekerja menjadi kuli 

Dua korban bus rombongan SMK Lingga Kencana sempat menjadi kuli bangunan untuk membayar biaya study tour senilai Rp 800 ribu. Mereka adalah Dimas Aditya dan Mahesya Putra. Mahesa dan Dimas kabarnya bukan berasal dari keluarga berada, sehingga perlu mencari tambahan uang saku saat acara study tour ke Ciater.

Disebutkan bahwa Dimas dan Mahesa sempat menjadi kuli angkut pasir. Hal itu kabarnya diungkap oleh bibi Dimas, bernama Mariah disela-sela prosesi pemakaman mendiang.

Mariah menyebutkan, jika Dimas setelah mendapat surat kelulusan, sangat bahagia, lantaran bisa segera melamar kerja, dan membantu perekonomian keluarga. Namun sayang, acara study tour yang diikuti Dimas menjadi hari nahas di mana ia berpulang dengan sahabatnya Mahesa. Sejumlah warganet menyebut jika kondisi dua sahabat itu berpelukan ketika ditemukan di TKP kecelakaan.

2. Tidak sempat memberi oleh-oleh untuk kedua adik kembarnya

Salah satu orang tua korban tewas dalam kecelakaan bus Putera Fajar, Rosdiana, bercerita tentang putranya Mahesya Putra, yang sangat menyayangi adik-adiknya. Ia menuturkan sulung dari empat bersaudara itu sangat sayang kepada ketiga adiknya. Bahkan almarhum berencana membelikan oleh-oleh baju untuk adiknya yang kembar.

"Dia ingin banget berangkat, enggak tega, saya berikan bekal uang, katanya mau beliin baju buat adik kembarnya," kisah Diana. 

Namun naas, oleh-oleh untuk sang adik tidak sempat diberikan oleh Mahesya. Ia pergi tepat tujuh hari jelang ulang tahunnya yang ke-18 pada Ahad pekan depan. "Saya bilang mau makan-makan di mana. Mungkin ini sudah takdirnya," kata Diana terisak.

Diana mengungkapkan anak sulungnya itu merupakan pribadi yang baik dan penurut, bahkan tidak pernah menuntut macam-macam ke orang tua. "Nurut anaknya, enggak neko-neko, baik dan sayang adik-adiknya," ujar Diana.

3. Teman-teman korban nyalakan lilin dan doa bersama untuk para korban

Ratusan pelajar Depok mengadakan aksi solidaritas dengan menyalakan lilin dan doa bersama untuk keluarga dan korban kecelakaan bus SMK Lingga Kencana di Jembatan Grand Depok Citu pada 13 Mei 2024.

Spanduk putih bertuliskan RIP SMK LINGGA KENCANA turut dibawa. Mereka juga nyanyikan Sampai Jumpa yang dipopulerkan Endank Soekamti untuk para rekannya. Kegiatan ditutup dengan mendoakan para korban kecelakaan maut siswa SMK Lingga Kencana Depok. yang mengikuti acara perpisahan di Bandung itu.

"Ini semua pelajar se-Kota Depok, dari SMP sampai SMA, kurang lebih dari 10 sekolah," kata Okta Sandika, ia salah satu siswa yang ikut hadir.

4. Unggahan video TikTok korban selamat

Video yang diambil secara tidak sengaja oleh salah satu korban selamat bus SMK Lingga Kencana ramai diperbincangkan. Sebab ketika itu, siswa tersebut tengah melakukan siaran langsung atau live di platform media sosial TikTok beberapa saat sebelum bus mengalami kecelakaan.

Dalam rekaman video yang beredar di media sosial X, seorang siswa sedang berada di dalam bus sambil melakukan live dan menyapa penontonnya. Tak lama setelah itu, terdengar teriakan dari orang-orang yang berada di dalam bus tersebut.

“Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar,” ujar orang-orang yang berada dalam video yang diunggah oleh akun X @anxietyflavour itu. Setelah ramai teriakan itu, video tersebut sempat terjeda selama beberapa detik sebelum akhirnya ponsel berputar dengan suara gemuruh di sekitarnya

Sekilas terlihat tubuh siswa yang memegang ponsel tersebut ikut berputar secara tiba-tiba. Kemudian, suara teriakan kencang terdengar dari video yang sudah ditonton lebih dari 2,2 juta tayangan hingga Senin, 13 Mei 2024 pukul 16.00 WIB.

Video tersebut kembali terjeda selama beberapa saat. Setelah itu, siswa pemilik akun tersebut muncul dengan wajah yang sudah sedikit menghitam di pipinya dan mengabarkan bahwa dirinya mengalami kecelakaan.

“Sumpah guys, gua kecelakaan gua kecelakaan,” kata siswa tersebut lalu berdiri dan berjalan menghampiri teman-temannya yang sudah berteriak meminta pertolongan. “Bentar ya guys ya, bentar ya. Remnya blong,” katanya lalu mematikan siaran langsung.

5. Kisah penjaga sekolah yang selamat 

Penjaga sekolah Tri Wahyudi ungkap dirinya terhindar dari kecelakaan bus  rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Sabtu, 11 Mei 2024.

Tri sebenarnya terdaftar sebagai penumpang di bus nomor 1, yang mengalami kecelakaan di Subang. Dia batal berangkat karena masih ada siswa yang datang ke sekolah pada hari keberangkatan rombongan pada Jumat, 10 Mei 2024.

Urungnya keberangkatan sekuriti yang sudah bekerja di YKS, yayasan SMK Lingga Kencana selama 20 tahun ini pun sempat ditanyakan guru di sekolah tersebut.

"Pada nanya guru-guru, kenapa enggak ikut, padahal saya sudah bawa baju-baju. Kalau saya ikut, saya duduk sebelahan sama Pak Yogi, di belakang sopir," kata Tri. Menurut informasi yang diperoleh Tri, Yogi adalah salah satu guru yang menjadi korban meninggal dalam kecelakaan itu.

KARUNIA PUTRI  | RICKY JULIANSYAH | ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus