Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Kisah Jurnalis Kwee Thiam Tjing, Menguasai Banyak Bahasa Termasuk Bahasa Madura

Kwee Thiam Tjing merupakan seorang jurnalis legendaris Indonesia. Menguasai beberapa bahasa, seperti bahasa Belanda, Hokkian, Jawa, dan Madura

10 Februari 2022 | 07.45 WIB

Kwee Thiam Tjing. Wikipedia
Perbesar
Kwee Thiam Tjing. Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 122 tahun lalu, tepatnya pada 9 Februari 1900, merupakan kelahiran sosok jurnalis legendaris Indonesia, Kwee Thiam Tjing. Lelaki kelahiran Jawa Timur ini juga dikenal dengan nama samaran Tjamboek Berdoeri. Kwee Thiam Tjing dikenal akan tulisan-tulisannya yang mencakup segala lapisan masyarakat, mulai dari kawan-lawan, lelaki-perempuan, tua-muda, dan sebagainya.

Dilansir dari p2k.utn.ac.id, Kwee Thiam Tjing bersekolah di Europeesch Lagere School (ELS) yang berada di Kota Malang. Kwee Thiam Tjing juga dikenal menguasai beberapa bahasa, seperti bahasa Belanda, Hokkian, Jawa, dan Madura. Keseriusan Kwee Thiam Jing mendalami dunia pers tidak perlu diragukan lagi. Hal ini ditandai dengan banyak tulisan miliknya yang dimuat di bermacam surat kabar, seperti Pewarta Soerabaia, Soeara Poeblik, Sin Tit Po, Matahari Semarang, dan  Indonesia Raja.

Selain itu, pada pertengahan 1947 ketika kota Malang berubah menjadi samudera api, Kwee Thiam Tjing meliput segala peristiwa-peristiwa tersebut.  Bahkan, Kwee  meliput tragedi Margosono. Dikutip dari repository.usd.ac.id, Kwee Thiam Tjing juga menuliskan sebuah novel jurnalistik setebal 200 halaman bertajuk Indonesia dalem Api dan Bara (1947).

Kwee Thiam Tjing pernah mendekam selama sepuluh bulan di penjara Kalisosok, Surabaya, Cipinang, Jakarta. Peristiwa ini pernah ditulis dalam sebuah artikel Soeara Publiek, dengan judul Tanggal Sangat Tjilak pada 5 Januari 1926 di Surabaya. Penangkapannya dilatarbelakangi atas sembilan delik pers yang dijatuhkan kepada Kwee Thiam Tjing.

Melansir dari p2k.stiewidyadarmasby.ac.id, Kwee Thiam Tjing sempat lama menghilang dalam dunia jurnalisme Indonesia. Akan tetapi, pada 1971-1973 atau 24 tahun kemudian, Kwee hadir kembali. Kemunculannya itu, dibarengi dengan tulisannya di sebuah surat kabar Indonesia Raya, yang diurus oleh Mochtar Lubis. Tulisan tersebut semacam obitiuari yang muncul dalam 34 judul dengan 91 edisi penerbitan.

Menjelang 1974, tepatnya pada 28 Mei 1974, Kwee Thiam Tjing mengembuskan napas terakhirnya. Jasad Kwee Thiam Tjing disemayamkan di Tanah Kakak Laki-Laki 1 (kini Museum Taman Prasasti) di Jakarta. Saat lokasi pemakaman tersebut mengalami penggusuran, makam Kwee Thiam Tjing dibongkar kembali. Kemudian, tulang-tulang jasadnya dikremasi dan abunya ditabur di Laut Jawa.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Wisata Sejarah Menelusuri Jejak Tjamboek Berdoeri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus