Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 122 tahun lalu, tepatnya pada 9 Februari 1900, merupakan kelahiran sosok jurnalis legendaris Indonesia, Kwee Thiam Tjing. Lelaki kelahiran Jawa Timur ini juga dikenal dengan nama samaran Tjamboek Berdoeri. Kwee Thiam Tjing dikenal akan tulisan-tulisannya yang mencakup segala lapisan masyarakat, mulai dari kawan-lawan, lelaki-perempuan, tua-muda, dan sebagainya.
Dilansir dari p2k.utn.ac.id, Kwee Thiam Tjing bersekolah di Europeesch Lagere School (ELS) yang berada di Kota Malang. Kwee Thiam Tjing juga dikenal menguasai beberapa bahasa, seperti bahasa Belanda, Hokkian, Jawa, dan Madura. Keseriusan Kwee Thiam Jing mendalami dunia pers tidak perlu diragukan lagi. Hal ini ditandai dengan banyak tulisan miliknya yang dimuat di bermacam surat kabar, seperti Pewarta Soerabaia, Soeara Poeblik, Sin Tit Po, Matahari Semarang, dan Indonesia Raja.
Selain itu, pada pertengahan 1947 ketika kota Malang berubah menjadi samudera api, Kwee Thiam Tjing meliput segala peristiwa-peristiwa tersebut. Bahkan, Kwee meliput tragedi Margosono. Dikutip dari repository.usd.ac.id, Kwee Thiam Tjing juga menuliskan sebuah novel jurnalistik setebal 200 halaman bertajuk Indonesia dalem Api dan Bara (1947).
Kwee Thiam Tjing pernah mendekam selama sepuluh bulan di penjara Kalisosok, Surabaya, Cipinang, Jakarta. Peristiwa ini pernah ditulis dalam sebuah artikel Soeara Publiek, dengan judul Tanggal Sangat Tjilak pada 5 Januari 1926 di Surabaya. Penangkapannya dilatarbelakangi atas sembilan delik pers yang dijatuhkan kepada Kwee Thiam Tjing.
Melansir dari p2k.stiewidyadarmasby.ac.id, Kwee Thiam Tjing sempat lama menghilang dalam dunia jurnalisme Indonesia. Akan tetapi, pada 1971-1973 atau 24 tahun kemudian, Kwee hadir kembali. Kemunculannya itu, dibarengi dengan tulisannya di sebuah surat kabar Indonesia Raya, yang diurus oleh Mochtar Lubis. Tulisan tersebut semacam obitiuari yang muncul dalam 34 judul dengan 91 edisi penerbitan.
Menjelang 1974, tepatnya pada 28 Mei 1974, Kwee Thiam Tjing mengembuskan napas terakhirnya. Jasad Kwee Thiam Tjing disemayamkan di Tanah Kakak Laki-Laki 1 (kini Museum Taman Prasasti) di Jakarta. Saat lokasi pemakaman tersebut mengalami penggusuran, makam Kwee Thiam Tjing dibongkar kembali. Kemudian, tulang-tulang jasadnya dikremasi dan abunya ditabur di Laut Jawa.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini