SEBUAH berita "hangat" muncul mencolok dalam koran pagi Post Courier Papua Nugini, 10 November lalu. Judulnya "Diro Memperoleh Dollar itu dari The Indonesian Connection". Dimuat juga gambar Pangab Jenderal L.B. Moerdani dengan tulisan "Ia Memberi Ted Diro US$ 139.400". Keruan saja berita itu membuat sibuk Kedubes RI di Port Moresby. Berita itu sendiri memang terkesan absurd dan mencengangkan. Ada pengakuan dari Ted Diro, bekas menteri luar negeri PNG yang kini sedang menjadi tersangka tindak korupsi, bahwa ia telah menerima sumbangan di bawah tangan dari Jenderal Benny Moerdani, untuk dana kampanye partainya. Sebagai menteri luar negeri dalam kabinet PM Michael Somare, Maret silam, Ted berkunjung ke Indonesia. Waktu itu, PNG memang tengah bersiap diri menyongsong pemilihan umum. Menurut pengakuan Ted pada tim pengusut, seperti ditulis Post Courier, dalam kunjungan itu dia bertemu Jenderal Benny Moerdani. Waktu itu Ted konon menanyakan kemungkinan memperoleh bantuan dana kampanye buat partainya, Partai Aksi Rakyat, yang kini berkoalisi dengan partai PM Paias Wingti. Kata Ted, Jenderal Benny menjanjikan bantuan. Bantuan uang sekitar Rp 200 juta itu konon kemudian dikirim melalui atase militer RI di Port Moresby. Kemudian uang tersebut disimpan di bank Australia & New Zealand cabang Boroko, sebagai rekening pribadi Ted. "Dia (maksudnya Jenderal Benny - Red.) akan sedih atas pengungkapan ini, yang saya lakukan dengan rasa menyesal, karena hubungan bilateral kita dengan Indonesia bergantung pada pemeliharaan hubungan baik," begitu Post Courier melaporkan pengakuan Ted. Belum jelas apakah Ted -- yang juga pernah menjabat pangab PNG --memang mengucapkan pengakuan seperti itu di depan komisi penyidik, ataukah berita itu cuma isapan jempol Post Courier. Omongan Ted Diro sendiri tampaknya kacau. Mula-mula Ted mengatakan bahwa rekeningnya yang berjumlah US US$ 139.400 itu berasal dari seorang pengusaha kayu dari Brisbane, Australia, bernama Peter Chen. Uang itu disebutnya sebagai imbalan untuk sebuah kontrak bisnis. Namun, belakangan, pengakuan itu dicabut dan disebutlah nama Jenderal Benny tadi. Pengungkapan tim penyidik PNG itu ditanggapi dengan kepala dingin oleh RI. Juru bicara ABRI, Brigjen Damanik, membantah pemberitaan pers PNG itu. Damanik menyatakan, Pangab Jenderal Benny Moerdani tak pernah memberikan bantuan dana untuk kampanye ke PNG. Menurut Damanik, berita tersebut tampaknya sengaja dilontarkan oleh golongan-golongan yang tidak menyukai hubungan baik RI-PNG yang memang cukup banyak di PNG. Duta besar PNG untuk Indonesia, B.K. Amini, sendiri membantah berita-berita itu. "Berita tentang sumbangan Pak Benny itu tidak benar. Pemberitaan itu hanya ingin merenggangkan hubungan kami dengan pemerintah Anda," ujarnya kepada Agus Wahid dari TEMPO. Menurut Brigjen Damanik, pemerintah RI memang pernah menawarkan bantuan berupa seragam militer untuk angkatan bersenjata Papua Nugini yang berkekuatan 2.800 orang itu. "Kita sekarang sedang menunggu jawaban dari sana," kata Damanik. Kedua pemerintah tampaknya menanggapi isu ini dengan hati-hati. Hasilnya tampak: tak terjadi kekeruhan dalam hubungan kedua negara. Kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja, Senin pekan ini, "Memang masih ada pihak tertentu yang berusaha merenggangkan hubungan kita dengan PNG." Mendagri Soepardjo Rustam, yang pekan lalu kebetulan berada di PNG untuk membahas masalah perbatasan kedua negara, juga sepakat. "Berita-berita dalam surat kabar tentang kasus itu tidak akan mempengaruhi hubungan baik yang telah terjalin antara PNG dan Indonesia," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini