Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisi IX DPR memaklumi keluhan menu yang kurang bervariasi dalam penyelenggaraan pekan pertama program Makan Bergizi Gratis (MBG). Irma Suryani Chaniago, anggota Komisi IX dari fraksi Partai NasDem, mengatakan tidak mungkin pemerintah menyesuaikan menu dengan keinginan masing-masing anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Irma berkata, program MBG tidak mudah untuk dilaksanakan, terlebih perihal makanan merupakan sesuatu yang sensitif dalam hal rasa dan kontrol kualitas. Ia mengatakan program andalan Presiden Prabowo Subianto ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, apalagi yang berada di daerah.
“Sejauh ini masalah yang timbul seperti kurang rasa dan variasi menu. Soal variasi katering, kan, memang tidak mungkin membuat menu sesuai dengan keinginan anak satu persatu,” ujar Irma kepada Tempo pada Selasa, 14 Januari 2025.
Anggota Komisi IX lainnya, Arzeti Bilbina, mengatakan dalam sepekan pelaksanaan program ini DPR memang menerima banyak keluhan dari masyarakat. Salah satunya ihwal menu yang disajikan.
Menurut Arzeti, keluhan datang merata dari berbagai daerah. Daerah yang dimaksud antara lain di Palembang, Sumatera Selatan, hingga sejumlah wilayah di Jawa Timur. “Bahkan di Indonesia Timur ada banyak keluhan terkait ketersediaan susu dan kualitas bahan baku,” kata Arzeti dalam keterangan tertulis kemarin.
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad juga memaklumi jika pekan pertama berjalannya program MBG masih dihadapi berbagai kendala. Dasco berkata keluhan-keluhan yang diterima pemerintah akan menjadi bahan evaluasi.
“Sepekan berjalan, namanya uji coba, itu mungkin sana-sini ada kekurangan. Justru hal ini berguna untuk evaluasi agar kemudian yang kurang bisa diperbaiki,” kata dia saat ditemui wartawan di gedung parlemen, Jakarta Pusat, Senin, 13 Januari 2025.
Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana tak menampik adanya keluhan para penerima manfaat program MBG mengenai menu yang disajikan. Ia mengatakan, rasa makanan merupakan hal yang krusial.
“Perlu terus berkreasi karena harus bisa membuat menu yang disuka orang-orang yang mungkin seleranya beda-beda,” kata Dadan saat dihubungi, Kamis, 9, Januari 2025.
Menurut Dadan, memang diperlukan waktu cukup lama untuk melakukan evaluasi program ini. Namun, selama berjalannya program, ia meminta agar penerima manfaat memberi timbal balik rutin mengenai menu-menu yang paling disuka kepada masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). “Agar evaluasinya optimal,” ujar dia.
Mengenai sajian susu yang dinilai belum merata distribusinya, Dadan mengatakan sajian tersebut akan didistribusikan dengan skema penyesuaian.
Skema penyesuaian yang dimaksud Dadan, ialah pembagian sajian susu akan dilakukan secara dinamis tanpa menghilangkan sama sekali sajian ini dari daftar menu. “Daerah yang tidak memiliki peternakan sapi, masih akan memperoleh susu,” kata Dadan kepada Tempo, Senin, 6 Januari 2025.
Dia menjelaskan, sajian susu pada menu makan bergizi gratis memang menjadi bagian menu bagi daerah yang menjadi atau memiliki peternakan sapi perah. Sedangkan untuk daerah lain yang tidak memiliki peternakan sapi perah, sajian menu akan disesuaikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti sajian susu dihilangkan.
Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.