Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita buruknya: Senin pekan lalu, Presiden Habibie menginstruksikan agar proses penyidikan terhadap anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) diteruskan. Dari pemeriksaan itu akan ditentukan: sejauh mana Prabowo terlibat kasus penculikan aktivis itu. Persidangan yang dimulai pekan lalu itulah yang akan menentukan nasib bekas orang pertama Pasukan Baret Merah tadi (lihat Boks).
Cerita sidang tentu masih akan berlanjut. Sekarang ini, yang menarik adalah menelusuri seluk-beluk cerita bagaimana Prabowo sampai mendapat kehormatan yang begitu tinggi di Kerajaan Yordania. Bukankah kewarganegaraan Yordania itu hanya didapat orang yang benar-benar berjasa, dekat, dan dipercaya keluarga kerajaan? Dan, bagaimana Prabowo bisa berada di Amman, sementara kasus penculikan disidangkan di Jakarta?
Prabowo meninggalkan Jakarta pada September 1998 lalu. Jenderal bintang tiga itu baru saja kehilangan karir militernya. Yaitu, ketika pada 24 Agustus 1998 Dewan Kehormatan Perwira, yang memeriksa kasus penculikan sembilan aktivis prodemokrasi, mengumumkan berakhirnya masa dinas Prabowo?sebagai hukuman atas tindakan penculikan itu. Pengumuman itu dilakukan Panglima ABRI/Menteri Hankam Jenderal Wiranto yang mengetuai dewan kehormatan tadi.
Sebelum bertolak meninggalkan Jakarta, Prabowo, yang (saat itu) belum menerima surat pensiun, berulang kali menemui Wiranto untuk meminta pensiunnya dipercepat. Ia juga meminta izin pergi ke luar negeri untuk urusan keluarga di Eropa, dan juga untuk berobat. Maksudnya, agar ia bisa pergi sebagai orang sipil yang tidak terikat lagi dengan dinas militer. Kata sebuah sumber, Prabowo menyatakan siap dimahkamah-militerkan kapan saja. Tapi Wiranto tidak bicara soal mahkamah militer. Panglima ABRI tadi akhirnya memberikan izin untuk Prabowo. Surat pensiun untuknya diteken Presiden B.J. Habibie pada 20 November 1998.
Mantu bekas presiden Soeharto itu pun berangkat, bersama istrinya, Siti Hediyati Hariyadi, dan Ragowo, putra tunggalnya yang baru berusia 14 tahun. Mereka menuju Boston, Amerika Serikat, untuk memasukkan Ragowo ke SMP di sana. Titiek?panggilan Hediyati?juga berkesempatan melancarkan bahasa Inggrisnya. Keluarga ini boleh dibilang jarang berkumpul di Jakarta, mengingat kesibukan masing-masing. Mereka sebulan berada di Boston.
Dari Boston, Prabowo terbang ke Amman. Ia memenuhi undangan Pangeran Abdullah, putra Raja Hussein. Prabowo memang pernah diminta menjadi penasihat militer kerajaan itu, mengingat ia pernah melatih tentara Yordania di Batujajar, Bandung. Kedatangan Prabowo kali ini istimewa. Ia tinggal lebih lama karena ia juga bekerja sebagai general manager grup Tirtamas, perusahaan milik adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang cabang usahanya meluas sampai Timur Tengah. Seperti seorang pimpinan perusahaan, Prabowo punya karyawan dan berkantor di sana. Seorang ajudan ketika ia menjabat Dan Kopassus juga ikut serta. Ia tinggal di apartemen di jantung kota Amman.
Di Amman inilah ia bertemu Pangeran Abdullah?untuk kesekian kalinya?orang yang belakangan sangat dekat dengannya. Perkenalan keduanya dimulai secara kebetulan, pada awal Desember 1995. Waktu itu, Abdullah ingin bertemu Menristek B.J. Habibie, tapi akhirnya pertemuan tak kunjung terjadi walau sang pangeran telah menunggu beberapa hari. Ia mencoba ketemu Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung, ternyata orang pertama militer itu tengah berada di Turki. Pangeran Abdullah ngambek, Dubes Yordania di Jakarta pun kelimpungan. Namun untung ia bisa dibujuk untuk tinggal di Jakarta sampai 4 Desember 1995. Untuk apa? Menghadiri pelantikan Komandan Kopassus yang baru: Prabowo Subianto, yang menggantikan Brigjen Subagyo Hadisiswoyo.
Mantu Soeharto dan anak Raja Hussein itu pun bertemu dalam acara pelantikan, disusul beberapa pertemuan pribadi, dan ternyata keduanya banyak punya kecocokan. Prabowo Komandan Pasukan Khusus, Abdullah juga komandan special operations (SOCOM) di negaranya. Prabowo pernah mendapat "wing" terjun payung, Abdullah malah salah satu penerjun terbaik Yordania. Anak pertama laki-laki?ia punya kakak perempuan dari istri Raja yang lain?Hussein inilah yang mendirikan Jordanian Parachuting Club pada akhir 1980. Abdullah adalah juara kejuaraan reli di Yordania (1986 dan 1988). Anak raja itu sekarang adalah ketua Jordan Football Federation?PSSI-nya Yordania. Usia keduanya berbeda 11 tahun?Prabowo lahir di Jakarta pada 1951 dan Abdullah lahir pada 1962. Prabowo pada usia 8 tahun bersekolah di Inggris, begitu pula Abdullah yang pada usia 9 tahun sudah dikirim ke boarding school di Inggris, dan tiga tahun kemudian mulai mengecap pendidikan di Amerika Serikat. "Mereka berdua itu pernah dididik dengan cara yang sama, cara Inggris," kata sebuah sumber.
Pangeran Abdullah ini adalah anak pertama Raja Hussein dari seorang wanita Inggris bernama Antoinette Gardiner, yang kemudian bergelar Ratu Muna. Menikah pada 1961, pasangan ini bercerai pada 1972. Selain Abdullah, dari Ratu Muna ini Hussein mendapat Pangeran Faisal dan si kembar Ratu Zein dan Aisha. Dari istri pertamanya, Ratu Dina, yang masih terhitung sepupunya, Raja Hussein mendapat seorang anak perempuan. Dari istri ketiganya, Ratu Alia, yang akhirnya tewas dalam kecelakaan pesawat terbang di tahun 1977, Raja mendapat empat orang anak. Dan dari istri keempat, Elizabeth "Lisa" Halaby, seorang arsitek lulusan Princeton, yang disebut Ratu Noor, Hussein mendapat dua anak. Dari empat istrinya, Raja Yordania, yang merupakan warga Bani Hasyim atau keturunan ke-38 Nabi Muhammad SAW ini, mempunyai 11 anak. Abdullah adalah anak kedua dari 11 bersaudara seayah. Tampak jelas bahwa Abdullah adalah tumpuan harapan Hussein. Ia diserahi jabatan penting, Menteri Panglima Angkatan Bersenjata, dan namanya diabadikan sebagai nama pangkalan militer Yordania.
Maka, Abdullah sangat berperan di militer. Ia sempat mengundang Prabowo untuk melihat latihan militer di Yordania. Abdullah pun dibawa Prabowo ke Batujajar, Bandung, pusat latihan Kopassus itu. Abdullah ini kabarnya hafal semua jenis senjata, mulai dari tank, bazoka, semua jenis mortir, dan peluru. Tentu saja, klop dengan mantan Dan Kopassus yang pernah berguru di Fort Benning, AS, dan ahli "perang gerilya antigerilya". Dari hubungan ini akhirnya Prabowo bisa membeli helikopter dengan harga US$ 1,1 juta, padahal seorang pejabat pemerintah menawarkan heli itu?tentu dengan taktik mark-up?seharga US$ 6 juta. Hasil lain: Abdullah sempat menghadiahkan sejumlah tank bekas kerajaannya yang menumpuk di gudang untuk Kopassus. Dari sejumlah tank itu, hanya sembilan tank yang akhirnya bisa dioperasikan dengan optimal.
Dekatnya hubungan Prabowo-Abdullah bisa dilihat ketika Prabowo harus mengakhiri karir militer, setelah jatuh keputusan DKP pada 24 Agustus 1998. Abdullah?yang disebut-sebut telah mengetahui lebih dulu bahwa putusan untuk Prabowo akan "sangat berat" dari koneksinya di Amerika?segera terbang dengan jet pribadinya ke Jakarta. Ia memberi dukungan kepada rekannya yang tertimpa "musibah" itu, duduk sebentar, makan malam, dan kemudian segera terbang pulang ke Amman, pada hari yang sama. Tak cuma itu. Setiba di Amman dari Boston, Oktober 1998 lalu, Prabowo juga dijamu dengan acara kenegaraan. Bekas Panglima Kostrad itu pun menangis menerima penghormatan ini. "Itulah prinsip padang pasir. Teman adalah saudara, apa pun yang terjadi," kata sebuah sumber.
Raja Hussein punya catatan baik, yaitu ketika ekspedisi Tim Nasional Indonesia pada 26 April 1997 berhasil mencapai Puncak Sagarmatna (Alis Mata Samudra), salah satu puncak tertinggi Everest yang tingginya 8.848 meter dari muka laut. Tim yang mencapai sukses itu adalah gabungan Kopassus, Wanadri, dan UI. Pendakian yang digagas Prabowo ini merupakan sukses pertama tim dari Asia Tenggara ke puncak dunia. Sampai-sampai Raja Hussein pun bangga bahwa untuk pertama kalinya ada pendaki Islam yang meneriakkan suara azan di langit-langit dunia itu. Raja sempat memberikan bintang penghargaan kepada Prabowo, dan kemudian kewarganegaraan Yordania.
Sebuah sumber menjelaskan, proses kewarganegaraan Yordania untuk Prabowo ini sudah bergulir sejak Maret lalu?dua bulan menjelang Presiden Soeharto lengser. Biasanya, negeri-negeri Arab itu tak akan mengeluarkan kewarganegaraan jika tak diminta. Dalam versi ini, diduga pihak Prabowo-lah yang aktif bergerak. Dan, diduga, Pangeran Abdullah sangat membantu dalam soal ini. Namun, di sisi lain, Abdullah sangat ingin Prabowo menjadi penasihat militer di negerinya. Jadi, mungkin saja anak raja itu bergerak lebih cepat dan menentukan.
Soalnya: apakah dengan keluarnya surat pensiun dari Presiden Habibie lantas Prabowo bebas melakukan pelatihan militer? Kapuspen ABRI Mayjen Syamsul Ma'arif mengingatkan bahwa ada aturan yang harus diikuti Prabowo. "Itu sama saja dengan membocorkan rahasia negara," katanya. Tapi sumber TEMPO di jajaran militer lainnya berbeda pandangan. Kata sumber ini, ilmu militer itu universal. Jadi, bisa saja Prabowo melatih di negara mana pun. Seandainya ada militer yang membocorkan rencana penyerbuan di Tim-Tim, misalnya, itu yang bisa dianggap membocorkan rahasia negara, kata sumber ini. Yang benar? Entahlah.
Kedutaan Yordania di Jakarta juga mengaku tak punya informasi tentang kewarganegaraan Prabowo ini. Sebuah pernyataan Kedutaan Yordania tak membantu menjelaskan urusan ini. Sementara itu, Menteri Kehakiman Muladi tegas mengatakan bahwa ihwal Prabowo ini harus dicek dengan teliti. Kalau benar ia mendapat kewarganegaraan Yordania, menurut Undang-Undang No. 62/1958, status warga negara RI-nya bisa dibatalkan. "Nanti Menteri Kehakiman yang mempertimbangkan itu," ujar Muladi kepada TEMPO. Muladi tengah menunggu konfirmasi dari Departemen Luar Negeri soal Prabowo ini.
Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo, dalam jumpa pers di Hotel Shangrila Jakarta, Selasa pekan lalu, bangga atas status yang diterima kakaknya. Itu, katanya, "Sebagai anugerah atas jasa-jasa (Prabowo) dalam memajukan dunia Islam pada umumnya." Walau Hashim juga mengatakan bahwa kakaknya tak akan melepaskan kewarganegaraan RI. Prabowo sendiri, dalam suratnya yang dimuat berbagai media di Jakarta, mengaku "tak bisa menerima" kewarganegaraan Yordania itu.
Sebuah sumber di Jakarta mengatakan bahwa ketika 11 anggota Kopassus mulai disidangkan, Prabowo bersiap-siap kembali ke Jakarta. Jika namanya nanti diseret dalam kasus penculikan, adakah pengagum negarawan Gamal Abdel Nasser ini akan rela maju ke meja hijau dengan risiko masuk bui? Atau, benarkah ia akan lari ke negeri "kedua"-nya itu? Dan apakah koneksinya di negeri gurun sana akan diam berpangku tangan? Alhasil, Jakarta-Amman Connection ini menarik untuk terus diikuti.
Toriq Hadad, Wahyu Muryadi, Ahmad Fuadi, Purwani D. Prabandari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo