Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kronologi Kelahiran Nahdlatul Ulama dan Peran Penting Perjuangan Kemerdekaan

Sejarah kelahiran Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926, dipimpin oleh Mbah Hasyim Asy'ari.

1 Februari 2024 | 04.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kemarin, tepatnya pada 31 Januari pada tahun 1926, sebuah tonggak sejarah yang monumental terjadi dengan kelahiran Nahdlatul Ulama disingkat NU.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Organisasi NU lahir dari perlawanan kalangan pesantren terhadap berbagai bentuk penindasan, baik kolonialisme maupun pemahaman radikal dalam Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melalui perjuangan Mbah Hasyim Asy'ari, NU menjadi wadah penting untuk memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan melestarikan warisan peradaban Islam.

Sejarah Singkat Nahdlatul Ulama

Dilansir dari situs resmi Nahdlatul Ulama, sejarah NU dimulai dari perlawanan kalangan pesantren terhadap kolonialisme. Pada 1916, Nahdlatut Wathan dan kemudian Taswirul Afkar (Nahdlatul Fikri) didirikan sebagai upaya pesantren untuk melawan penjajahan.

Nahdlatut Tujjar juga muncul sebagai basis ekonomi untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Keberadaan ini memberikan landasan bagi pesantren untuk menjadi pusat pendidikan dan organisasi.

Gerakan kebangkitan nasional pada tahun 1908 memainkan peran penting dalam menggugah kesadaran kaum terpelajar. Namun, perbedaan sikap muncul ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal mazhab Wahabi di Mekah. Pesantren, yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban.

Akibat perbedaan sikap, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Hal ini mengakibatkan pesantren tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami di Mekah. Namun, ketidaksetujuan ini memunculkan langkah berani dari kalangan pesantren.

Dorongan minat untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban memotivasi kalangan pesantren untuk membentuk Komite Hejaz.

Di bawah kepemimpinan KH. Wahab Hasbullah, komite ini berhasil mendesak Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya, mempertahankan kebebasan bermadzhab di Mekah.

Dari komite dan organisasi embrional, muncul kesadaran akan perlunya organisasi yang lebih mencakup dan sistematis. Setelah berkoordinasi dengan berbagai kiai, pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926), Nahdlatul Ulama lahir.

Dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar, NU memiliki prinsip dasar dalam Kitab Qanun Asasi dan Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.

KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi dan Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai prinsip dasar organisasi. Kedua kitab tersebut menjadi fondasi bagi Khittah NU, yang menjadi panduan bagi warga Nahdlatul Ulama dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan politik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus