Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Kepala BIN Daerah Papua tewas saat disergap kelompok bersenjata di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.
Rombongan Kepala BIN Papua disebut-sebut kalah jumlah ketika hendak meninjau pos pemantauan.
Kepala BIN Papua dikenal sering menggalang masyarakat di daerah operasi, termasuk penggalangan warga Papua untuk mendukung keberlanjutan otonomi khusus.
MENUMPANG pesawat caravan tujuan Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak, Papua, Yan Permenas Mandenas ditemani Kepala Badan Intelijen Negara Daerah Papua Brigadir Jenderal I Gusti Putu Danny Nugraha Karya. Waktu itu, sekitar pertengahan Oktober 2020, anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat tersebut menggelar diskusi dengan warga Ilaga mengenai masalah sinyal telekomunikasi di pegunungan.
Menurut Yan, Danny selalu ikut dalam rombongannya ketika berjumpa masyarakat. Tak hanya membicarakan masalah infrastruktur, Danny mengarahkan masyarakat agar tak terlibat dalam gerakan kelompok bersenjata di Kabupaten Puncak. “Beliau itu tipe orang yang menjemput bola ke bawah,” tutur politikus Partai Gerindra tersebut kepada Tempo, Rabu, 5 Mei lalu.
Acara di Ilaga itu menjadi perjumpaan terakhir Yan dengan Danny. Pada Ahad, 25 April lalu, Danny tewas di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak. Kepalanya tertembak saat memantau dan menentukan titik penyergapan kelompok bersenjata bersama timnya. Negara menaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal anumerta.
Tiga pekan sebelumnya, tensi di Distrik Beoga memanas. Pada 8 April lalu, Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden, dua guru di distrik tersebut, dibunuh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka. Hari itu, kelompok bersenjata juga membakar gedung sekolah. Pada 11 April dan 13 April, bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Beoga serta rumah kepala sekolah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Puncak pun dibakar.
Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto mengungkapkan Danny mengunjungi Kampung Dambet setelah terjadinya rentetan insiden di Distrik Beoga. “Kepala BIN Daerah datang untuk mempercepat pemulihan keamanan setelah aksi brutal kelompok separatis dan teroris di wilayah itu,” ujarnya.
Laporan gabungan yang dikonfirmasi Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Reza Nur Patria menyebutkan bahwa Danny bersiap berangkat ke Kampung Dambet pada pukul 09.20 Waktu Indonesia Timur. Dia pergi bersama tim Satuan Tugas Elang dan Delta serta personel Komando Rayon Militer Beoga. Mengendarai sepeda motor, Danny dan timnya merapat di Kampung Dambet pada pukul 15.50. Di kampung tersebut, rombongan disergap kelompok bersenjata. Danny terkena peluru dan tewas di lokasi.
Dua perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia mengatakan Distrik Beoga sebenarnya bukan palagan perang bagi kelompok bersenjata. Daerah itu merupakan jalur perlintasan pasukan dari Kabupaten Puncak Jaya dan Intan Jaya—dua wilayah paling rawan di Pegunungan Tengah Papua. Belakangan, Beoga berubah menjadi medan tempur setelah aparat keamanan mengklaim telah mendesak pasukan prokemerdekaan di dua kabupaten tersebut. Seorang petinggi Istana dan dua pejabat militer menyebutkan Danny dan grupnya hendak memantau pos-pos pasukan yang disiapkan di sepanjang jalur perlintasan itu. Dia pergi bersama rombongan kecil, tak lebih dari delapan orang, dan kalah jumlah dari kelompok bersenjata.
Dua pejabat militer dan bekas petinggi intelijen mempertanyakan kehadiran Danny di Kampung Dambet dengan naik sepeda motor. Menurut mereka, anggota BIN seharusnya tak melaksanakan tugas intelijen tempur. Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada 7 Mei lalu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. mengatakan Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa tugas lembaga telik sandi hanya mengintai, memetakan, dan menggalang masyarakat. “Artinya, tidak pakai senjata dan informasi keberadaan teroris itu harus disampaikan ke satuan tugas sehingga tak ditindak sendiri,” ujarnya.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) mengaku sebagai dalang atas kematian Danny. Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, mengklaim pasukan prokemerdekaan di bawah komando Lekagak Telenggen yang menembak rombongan Danny. “TPNPB pimpinan Mayor Jenderal Lekagak Telenggen bertanggung jawab atas penembakan dua anggota TNI,” ucap Sebby.
Lulus dari Akademi Militer sebagai perwira pertama dari cabang infanteri pada 1993, Danny meniti karier di satuan elite Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat. Seorang petinggi militer di korps baret merah bercerita Danny pertama kali masuk di Grup I Kopassus yang berperan sebagai brigade parakomando. Belakangan, Danny juga menyandang kualifikasi Sandi Yudha yang punya kemampuan intelijen tempur.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo