Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA pekan sebelum kunjungan ke Indonesia, Paus Fransiskus turun dari kursi roda di Aulo Paulo Sesto, Vatikan. Tangannya mengaut tongkat kayu berkepala salib. Hari itu, Rabu, 21 Agustus 2024, menjelang musim panas berakhir, Fransiskus berjalan pelan sepanjang 25 meter. Kasula putih jubah kebesaran Paus menyapu karpet merah di tengah aula.
Hari itu, Paus Fransiskus menerima kunjungan umat lintas agama dari berbagai negara. Semua tamu berdiri menyambutnya. Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio asal Argentina ini menyalami tetamunya satu demi satu. Markus Solo Kewuta, staf Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, menyaksikan Fransiskus tak henti menyunggingkan senyum.
Markus, yang mendampingi umat lintas agama bertemu dengan Fransiskus, melihat pemimpin umat Katolik sedunia 87 tahun itu dalam kondisi terbugar. “Baru kali ini, dalam beberapa bulan terakhir, Paus berdiri dan berjalan,” kata pastor asal Indonesia itu kepada Tempo di Via della Conciliazione, Vatikan, Jumat, 30 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perrtemuan organisasi pemuda lintas agama, GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, PERADAH Indonesia, dan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) dengan Paus Fransiskus di Vatikan, 21 Agustus 2024. Dok. DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebulan belakangan, tim kesehatan Takhta Suci Vatikan meningkatkan intensitas pengecekan medis untuk Fransiskus. Hampir setiap hari lebih dari satu dokter memeriksa Paus. Pengecekan itu bertujuan memantau kondisi paus dari ordo Serikat Yesus itu menjelang Perjalanan Apostolik atau perjalanan kerasulan mulai Senin, 2 September 2024.
Selama dua pekan, hingga 13 September 2024, Paus akan mengunjungi sejumlah negara. Paus memulai kunjungan dengan menyambangi Indonesia. Setelah itu, Fransiskus akan bertandang ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Direktur Kantor Pers Takhta Suci Vatikan Matteo Bruni mengatakan tubuh Paus yang fit beberapa hari belakangan didorong keinginan besar mengunjungi Asia Tenggara dan Oseania. Vatikan merencanakan perjalanan pemimpin umat Katolik sedunia itu ke Indonesia pada 2020. Namun rencana lawatan Paus tertunda karena pandemi Covid-19.
Isu kesehatan menjadi fokus utama Takhta Suci Vatikan terhadap Fransiskus menjelang lawatannya. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan Paus turun karena berbagai penyakit dan penanganannya, seperti gejala flu dan operasi usus besar. Menurut Bruni, Paus menyadari perjalanannya kali ini cukup panjang.
Visitasi ke empat negara sekaligus merupakan yang terbanyak selama Fransiskus menjadi paus. “Maka ia sangat menjaga kesehatannya,” ucap Bruni kepada Tempo di gedung Via dell'Ospedale, Vatikan, Jumat, 30 Agustus 2024.
Umat di Roma telah mendengar rencana perjalanan panjang Paus Fransiskus. Sejumlah kelompok doa mendaraskan sembahyang khusus untuk rencana lawatan Fransiskus agar kepergian pertamanya dari Benua Biru pada 2024 ini tak terhambat. “Paus Fransiskus juga meminta doa dari umat di Roma pada saat sesi Angelus, Ahad, 1 September nanti,” tutur Markus Kewuta.
Angelus atau Doa Malaikat Tuhan didaraskan umat Katolik setiap pukul 06.00, 12.00, dan 18.00. Saban Ahad tengah hari, Fransiskus memimpin sesi Angelus sambil menyapa umat dari gedung Basilika Santo Petrus. “Paus membekali diri dengan doa dari umat setiap kali akan melakukan Perjalanan Apostolik,” ujar Markus.
•••
NUN jauh dari Roma, gereja Katolik Indonesia bersiap menyambut kunjungan Paus Fransiskus. Pemerintah dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) telah mempersiapkan perjalanan Paus sejak Vatikan memastikan dia akan bertandang ke empat negara, termasuk Indonesia, pada April 2024.
Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono, bercerita bahwa Paus menaruh perhatian terhadap kehidupan beragama di Indonesia. Meski berstatus negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia menjadi salah satu pengirim misionaris untuk studi di Vatikan dengan jumlah terbesar setiap tahun.
“Vatikan menilai perkembangan orang Katolik di Indonesia sangat baik karena pastor yang menempuh studi di Takhta Suci terus berlipat jumlahnya,” ujar Trias kepada Tempo di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 27 Agustus 2024.
Trias beberapa kali berbincang dengan Fransiskus tentang rencana kunjungan ke Indonesia. Menurut Trias, Fransiskus menilai Indonesia yang menjadi negara “pinggiran” jika dilihat dari titik pusat Katolik di Roma berhasil memelihara kehidupan umat Katolik saat sejumlah negara di Eropa mengalami kelesuan minat terhadap agama.
Melihat karakteristik Indonesia, Nunsiatur Apostolik untuk Indonesia atau Kedutaan Besar Vatikan dan KWI bersepakat kehadiran Fransiskus akan mengusung tema “Faith, Fraternity, Compassion” atau iman, persaudaraan, dan belas kasih. Fransiskus akan menyampaikan pesan tentang kerukunan hidup umat beragama selain soal hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
Tak berselang lama setelah Indonesia menerima jadwal kunjungan Paus, Nunsiatur menyampaikan kepada KWI bahwa Fransiskus ingin bertemu dengan sejumlah tokoh agama dan Imam Besar Masjid Istiqlal di Jakarta. Di Istiqlal, Paus berencana menandatangani dokumen kemanusiaan bersama sejumlah pemimpin agama di Indonesia.
Manuskrip kemanusiaan ini mirip dengan Dokumen Abu Dhabi yang diteken Fransiskus ketika mengunjungi Uni Emirat Arab pada 2019. Dokumen berisi belasan poin kehidupan bersama umat beragama itu menjadi jembatan dialog antaragama dan membuka pintu pembicaraan tentang toleransi.
Vatikan telah meminta KWI, sahibulbait kunjungan Paus ke Indonesia, menyampaikan beberapa catatan tentang kondisi di Tanah Air. Antonius Subianto Bunjamin, Ketua Presidium KWI yang juga Uskup Bandung, menyerahkan tiga lembar resume kondisi sosial, politik, dan budaya serta relasi antaragama di Indonesia kepada Nunsiatur Apostolik untuk Indonesia sekitar Juni 2024.
“Soal politik yang kaitannya dengan dinamika pemilihan umum tidak disinggung, tapi kondisi demokrasi kami bicarakan dengan Nunsio,” kata Antonius kepada Tempo, Senin, 26 Agustus 2024. Laporan ini akan menjadi rekomendasi bagi dikasteri Vatikan—lembaga semacam kementerian di Vatikan. Mereka akan membantu Paus menyusun pesan dalam kunjungannya.
Adapun Vatikan membuka peluang Paus berbicara tentang kondisi demokrasi. “Mungkin saja Paus bicara soal demokrasi secara umum,” tutur staf Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, Markus Solo Kewuta.
Dalam konvensi tahunan Gereja Katolik Roma yang berlangsung pada Juli 2024, Paus menyoroti kondisi demokrasi di berbagai negara. “Demokrasi tidak dalam kondisi yang baik di dunia saat ini,” ucapnya.
Selain hendak menemui pemimpin agama, Fransiskus meminta pemerintah dan KWI mengatur pertemuan dengan kaum difabel, orang sakit, kelompok marginal, dan masyarakat miskin. Fransiskus akan berdialog secara terbatas dengan mereka. Pertemuan dengan masyarakat miskin dan kelompok marginal tak pernah lepas dari agenda Perjalanan Apostolik Paus di sejumlah negara.
Antonius Subianto bercerita, Vatikan semula meminta KWI mengantar Fransiskus mengunjungi panti-panti asuhan dan panti jompo. Namun, karena mobilitas Fransiskus terbatas, KWI mengumpulkan seratus difabel hingga warga marginal di kantor mereka di Menteng, Jakarta Pusat. “Kami bekerja sama dengan yayasan-yayasan difabel,” ujar Antonius.
Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo pernah mendampingi kunjungan Fransiskus ke Korea Selatan pada 2014. Kepada Tempo di Gereja Katedral Jakarta pada Rabu, 7 Agustus 2024, Suharyo bercerita bahwa Fransiskus tiba-tiba turun dari kendaraan dan menemui tunawisma di pinggir jalan. Begitu pun ketika Paus bertandang ke Filipina pada 2015.
Keinginan bertemu dengan semua kelompok masyarakat itu, kata Suharyo, adalah janji Fransiskus ketika dinobatkan sebagai Paus pada 2013. Fransiskus berkali-kali menyampaikan, sebagai gembala atau pemimpin agama, dia harus banyak berinteraksi dengan domba atau umatnya. “Karena seorang gembala harus berbau domba,” ucap Suharyo menirukan ucapan Fransiskus.
•••
MENJELANG kunjungan Paus Fransiskus, Konferensi Waligereja Indonesia menerima pesan lisan dari Nunsiatur Apostolik untuk Indonesia. Isinya, Fransiskus ogah menggunakan fasilitas mewah. “Vatikan tak ingin ada kesan yang eksklusif,” ujar juru bicara panitia kunjungan Paus Fransiskus, Thomas Ulun Ismoyo, kepada Tempo di Katedral Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.
Salah satu fasilitas yang ditolak Fransiskus adalah mobil untuk mobilitasnya. Di Indonesia, Fransiskus akan berkeliling ke sejumlah tempat di Jakarta pada 3-6 September 2024. Sesuai dengan protokol kenegaraan, Fransiskus sebagai kepala negara semestinya mendapat fasilitas mobil bermerek Mercedes-Benz.
Namun Fransiskus meminta panitia menyiapkan kendaraan yang biasa digunakan warga Jakarta sehari-hari. Panitia kunjungan bersama Nunsiatur Apostolik akhirnya menyiapkan dua mobil Kijang Innova. Antonius Subianto menyebutkan salah satunya akan disediakan sebagai cadangan.
Mgr Antonius Subianto Bunjamin (kiri) bersama Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo dan Ketua Panitia Ignasius Jonan menyampaikan konferensi pers mengenai kedatang Paus Fransisku di gedung KWI Jakarta, 28 Agustus 2024. Antara/Sulthony Hasanuddin
Penolakan terhadap fasilitas kenegaraan membuat panitia ripuh. Panitia dan Pasukan Pengamanan Presiden disebut-sebut perlu menyiapkan pengamanan khusus di sekitar jalur kunjungan Paus karena risiko keamanannya meningkat. Kerepotan itu bertambah lantaran Fransiskus enggan dikawal pasukan keamanan bersenjata di sampingnya.
“Paus mau 3 meter di sekelilingnya steril, tak ada petugas,” kata Antonius. Begitu pula soal tempat tinggal, Fransiskus menolak bermalam di hotel dengan fasilitas kamar presidential suite. Nunsiatur Apostolik akhirnya menyiapkan empat kamar bagi Paus dan tiga pejabat dikaterinya di Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia di Gambir, Jakarta Pusat.
Pertengahan Agustus 2024, Antonius melihat kamar yang akan ditempati Paus. Kamar dengan dua ruangan itu berisi kasur berukuran 160 x 200 sentimeter. Di salah satu ruangan terdapat tempat doa dan papan kayu untuk bersujud. “Paus hanya minta tabernakel di kamarnya,” ucap Antonius. Tabernakel adalah tempat menyimpan hosti, kepingan roti tak beragi lambang kehadiran Tuhan.
Fransiskus juga menghendaki kedatangannya ke Indonesia bersama rombongan Takhta Suci dari Roma menggunakan pesawat komersial. Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra bercerita, maskapai penerbangannya berkomunikasi dengan Vatikan. Garuda menawari Fransiskus menaiki Garuda dengan tipe pesawat Boeing 777 yang memiliki fasilitas first class.
Namun tawaran itu ditolak Vatikan. “Mereka memilih memakai ITA Air yang kami tahu tidak ada first class,” kata Irfan saat dihubungi, Selasa, 27 Agustus 2024. Kendati begitu, Garuda akan menyiapkan pesawat untuk penerbangan dari Jakarta ke Papua Nugini. Pesawat berjenis Airbus 300-900 NEO itu akan disterilkan tiga hari sebelum mengangkut rombongan Paus.
Di luar semua persiapan itu, umat Katolik di Indonesia berancang-ancang menerima kunjungan Paus. Sekitar 80 ribu orang akan mengikuti misa yang dipimpin Fransiskus di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, pada Kamis, 5 September 2024. Tak semua pemeluk Katolik bisa hadir langsung. KWI membagikan kuota melalui paroki-paroki di seluruh Indonesia.
Sejak akhir Agustus 2024, paroki-paroki di Indonesia mendaftar anggota umatnya yang akan datang ke Gelora Bung Karno. Di perbatasan Timor Leste-Indonesia, pemeluk Katolik di Nusa Tenggara Timur bersiap mengikuti ibadah di Lapangan Tasitolu, Dili. Lapangan itu pernah digunakan untuk misa bersama Paus Yohanes Paulus II pada 1989.
Stadion Utama Gelora Bung Karno yang akan menggelar ibadah Paus Fransikus bersama umat katolik Indonesia, di Senayan, Jakarta, 29 Agustus 2024. Tempo/M Taufan Rengganis
Umat Katolik di NTT bersedia menyeberangi pos lintas batas ketimbang harus jauh-jauh datang ke Jakarta. Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Silmy Karim telah melobi pemerintah Timor Leste agar mempermudah umat Katolik di Indonesia, khususnya yang berada di NTT, masuk ke wilayah Dili.
Tak seperti di Indonesia, pemerintah Timor Leste tak membatasi jumlah warganya yang hendak mengikuti misa pada Selasa, 10 September 2024. Imigrasi memperkirakan terjadi kenaikan jumlah orang yang masuk ke Timor Leste melalui perbatasan di Atambua. “Kami menambah jumlah personel di lapangan jika terjadi kenaikan mobilitas,” kata Silmy saat dihubungi, Kamis, 29 Agustus 2024.
Vikaris Yudisial Keuskupan Atambua yang kini menjadi hakim gereja di Tribunal Keuskupan Agung Dili, Felix Kosat, mengatakan Timor Leste memperkirakan 10 ribu pemeluk Katolik Indonesia akan mengikuti misa di negeri tetangga itu. Gereja Katolik di Dili bersama Keuskupan Atambua bekerja sama menyiapkan tenda untuk menampung umat Katolik dari NTT.
Warga Katolik dari NTT diperkirakan datang dua hari sebelum misa suci atau pada Ahad, 8 September 2024. Lokasi perkemahan mereka berjarak 5 kilometer dari Tasitolu. “Dari sana, mereka akan berjalan kaki mengikuti misa,” tutur Felix.
Keuskupan Atambua menerima permintaan dari pemerintah agar umat yang mengikuti kunjungan Paus Fransiskus tak membawa bendera kemerdekaan Papua ke Timor Leste. “Pemerintah juga meminta umat tak membawa bendera lain, seperti Merah Putih,” ucap Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Atambua Inosensius Nahak Berek kepada Tempo, Jumat, 30 Agustus 2024.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana melaporkan dari Vatikan. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Visitasi Gembala Berbau Domba".