Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA pertengahan Januari lalu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Slamet Soebijanto sempat membatalkan pemesanan dua korvet Sigma buatan Belanda. Dia juga mengusulkan kepada DPR agar dananya dialihkan untuk membeli korvet Rusia. Langkah ini mengundang kontroversi karena kontrak pemesanan diteken oleh Menteri Pertahanan.
Wartawan Tempo Budi Setyarso dan Fanni Febiana mewawancarai alumni Akademi Angkatan Laut 1973 itu dalam dua kali kesempatan di Jakarta pekan lalu. Petikannya:
Bagaimana sebenarnya nasib pembelian kapal korvet dari Belanda?
Sudah diputuskan oleh pemerintah, untuk melanjutkan pembelian dari Belanda. Kami mengikuti kebijakan pemerintah itu.
Bukankah Anda pernah mengirim surat pembatalan pemesanan?
Surat itu dicabut.
Mengapa Anda mengirim surat pembatalan secara langsung dan tidak melalui Menteri Pertahanan?
Masalahnya, ada surat yang ditujukan ke saya, dan tidak ke Departemen Pertahanan. Jadi, ini hubungan antara perusahaan dan pengguna.
Bukankah surat pemesanan dulu ditandatangani oleh Menteri Pertahanan?
Iya, karena surat itu ditujukan langsung ke saya, boleh kan kalau saya membalas?
Apakah korvet Rusia lebih bagus daripada buatan Belanda?
Masingmasing memiliki keunggulan. Sekarang kami butuh kemampuan yang betulbetul mendukung kepentingan menjaga keamanan negeri ini. Dalam memilih, kami melihat secara cermat, jeli, sampai melobi yang nantinya bisa diberikan kepada kita.
Saya ingin, ke depan dia (perusahaan pembuat kapal) mau membangun di tempat kita, memberikan teknologi kepada kita. Selama kita masih bergantung, saya kira kita sangat dikendalikan.
Saat ini Angkatan Laut memerlukan persenjataan yang mampu memenuhi kepentingan kita. Kami membutuhkan senjata ukuran 100 milimeter, yang belum bisa dipenuhi korvet Belanda.
Bukankah sejak awal hal itu sudah diketahui?
Untuk periode sebelum saya belum. Tapi, setelah saya evaluasi, kita saat ini memang memerlukan senjata kaliber 100 milimeter.
Adakah peran broker dalam pembatalan pesanan ke Belanda itu?
Wah, saya nggak tahu. Yang jelas, saya ingin agar pembelian kalau bisa G to G (antarpemerintah), sehingga kita bisa menghemat biaya sangat banyak. Mungkin sampai 4550 persen.
Kabarnya, seorang pengusaha bernama Roland Hasibuan berperan dalam usaha pembelian ke Rusia?
Biarlah suasananya tenang dulu. Masalah ini lagi peka sekarang. Banyak konflik kepentingan di sini.
Kepentingan siapa?
Saya tidak tahu.
Mengapa Roland diangkat menjadi staf ahli KSAL?
Saya kira itu sudah di luar konteks. Saya tidak perlu membicarakan masalah itu.
Apakah Anda ditegur Panglima TNI karena mengirim surat langsung ke Belanda?
Tidak. Saya sebagai pelaksana di bawah tentunya memberikan informasi semaksimal mungkin, agar dalam mengambil keputusan, pemerintah bisa lebih tepat. Karena itu uang rakyat juga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo