Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Tohari alias Mbah Slamet yang tersangka pembunuhan berantai terhadap 12 orang menjebak para korbannya dengan mengaku sebagai dukun pengganda uang. Hal itu dia promosikan media sosial Facebook.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi mengungkapkan, modus tersangka menjaring korbannya lewat unggahan Facebook orang suruhannya.
"Berisikan tentang keahlian tersangka sebagai orang pintar mampu menggandakan uang," ujar Kabid Humas Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Iqbal Alqudusy pada Selasa, 4 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah korban terpikat kemudian beberapa kali bertemu dengan tersangka. Dalam pertemuan tersebut korban menyerahkan sejumlah uang untuk digandakan.
Namun, uang yang diserahkan kepada lelaki berusia 45 tahun itu tak kunjung membuahkan hasil.
"Sehingga korban merasa kecewa dan mendatangi tersangka," sebut Iqbal.
Lantaran kerap ditagih oleh korban, Tohari lantas menghabisi nyawa pelanggannya tersebut dengan memberi minum yang telah diberi racun.
"Karena korban sering menagih janji pada pelaku terkait penggandaan uang miliknya yang belum diproses dan takut korban melaporkan pada aparat penegak hukum," tuturnya.
Pengungkapan modus Mbah Slamet
Pengungkapan kasus ini bermula dari laporan keluarga Paryanto warga Sukabumi, Jawa Barat. Anak Paryanto melapor ke Polres Banjarnegara pada 27 Maret 2023. Dalam laporannya, anak Paryanto menyatakan ayahnya sempat bertemu dengan Tohari di kediamannya pada Juli 2022.
Ketika pertemuan tersebut diduga keduanya membicarakan penggandaan uang dalam satu ruang di rumah Tohari. Sementara anak Paryanto menunggu di luar.
"Lantas diketahui pertemuan mereka berdua yaitu untuk ikut penggandaan uang," ujar Iqbal.
Kemudian pada 20 Maret 2023, Paryanto kembali menyambangi rumah Tohari. Kali ini dia datang sendiri mengendarai mobil merek Wuling warna hitam.
Selang tiga hari kemudian Paryanto menghubungi keluarganya melalui pesan singkat Whastapp. Dia mengirim titik lokasi rumah Tohari alias Slamet berdasarkan Google Map kepada keluarganya.
Menurut keterangan polisi, Paryanto juga menyampaikan sejumlah pesan kepada keluarganya yang berbunyi, "Takut Ayah mati, ini share lok Pak Slamet."
Selain itu Paryanto juga mengirimkan pesan yang berbunyi, "Ini di rumahnya Pak Slemaet. Buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek. Misal ayah nggak ada kabar sampai hari minggu langsung saja datang ke lokasi bersama aparat ya."
Namun, setelah itu keluarga tak bisa menghubungi Paryanto kembali. "Sejak saat itu, Kamis 24 Maret 2023 korban sudah tidak bisa dihubungi dan keluarga tidak mengetahui keberadaan korban," sebut Iqbal.
Polisi temukan 12 jenazah
Mendapatkan laporan tersebut, polisi kemudian mendatangi rumah Mbah Slamet di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Setelah menjalani interogasi, Slamet kemudian mengaku telah mengeksekusi Paryanto dan mayatnya dikubur di jalan setapak menuju kebun miliknya.
Polisi kemudian menemukan jenazah tersebut pada Ahad, 2 April 2023 sekitar pukul 06.43 WIB. Polisi memastikan jenazah tersebut adalah Paryanto setelah menemukan KTP di tas yang melekat di jenazah tersebut.
Kepada polisi, Mbah Slamet mengaku telah melakukan pembunuhan terhadap 12 korbannya. "Total ada 12 jenazah," sebut Iqbal.
Atas perbuatannya, Mbah Slamet dijerat polisi dengan pasal Pasal 340 KUHP mengenai pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman berupa pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20 tahun.