Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Misteri Status Mayat di Kampus Unpri

Video berdurasi 15 detik yang merekam mayat terendam di bak air viral di media sosial di Medan. Diklaim sebagai kadaver.

14 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana Kampus Uiversitas Prima Indonesia di Medan tempat yang diduga ditemukan mayat, 2023. Dok. GOOGLE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sosok diduga mayat terendam dalam bak air ditemukan di lantai 9 kampus Unpri.

  • Kampus menyebutkan mayat itu sudah menjadi kadaver.

  • Polisi masih terus menyelisik mayat itu untuk mengecek kebenarannya.

MEDAN – Video berdurasi 15 detik yang merekam sosok diduga mayat terendam dalam bak air berwarna biru viral di media sosial. Dalam video itu, lokasi penemuan mayat disebut ada di lantai 9 gedung utama Universitas Prima Indonesia (Unpri), Medan, Sumatera Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nebur Fine Tamba melihat video viral itu pada Kamis, 7 Desember 2023. Karena penasaran, mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpri dengan status drop out (DO) atawa diberhentikan oleh kampus itu datang ke lokasi keesokan harinya. Sekitar pukul 2 siang, Nebur tiba. Bak biru yang ada di video sudah tidak ada. "Di lokasi tak ada bukti apa pun. Sudah kosong," katanya kepada Tempo pada Rabu, 13 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi penemuan mayat di lantai 9 Universitas Prima Indonesia, Medan, 6 Desember 2023. Dok. Istimewa

Nebur tak begitu tahu peruntukan lantai 9 gedung utama kampus Unpri tersebut. Dia hanya tahu bahwa lantai 9 gedung itu adalah tempat terbuka yang menjadi lahan parkir kendaraan mahasiswa. Nebur menyebutkan beberapa lantai lain di gedung utama merupakan ruang kelas untuk kegiatan belajar-mengajar mahasiswa.

Beberapa program studi di gedung utama tersebut antara lain akuntansi, hukum, dan pertanian. Gedung utama bukan untuk Fakultas Kedokteran. "Tak ada laboratorium di sini," ujarnya.

Unpri merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Medan. Salah satu program studi di kampus ini adalah kedokteran. Unpri memiliki rumah sakit sebagai tempat praktik mahasiswa kedokteran, yakni Royal Prima Hospital yang berada satu area dengan kampus. Selain itu, terdapat The Prima Apartment yang berdekatan dengan kampus Unpri. Menurut Nebur, mahasiswa kedokteran biasanya berpraktik di Rumah Sakit Universitas Royal Prima. Jaraknya sekitar 500 meter dari kampus Unpri.

Setelah mengecek lokasi, Nebur mencari tahu informasi lain. Dia lantas bertanya kepada sejumlah mahasiswa. Dari situ, Nebur mengetahui bahwa video yang viral tersebut diambil pada Rabu, 6 Desember lalu. Sejumlah mahasiswa Fakultas Hukum disebut-sebut mengambil gambar dalam tayangan video tersebut setelah mendengar desas-desus ada "mayat" di lantai 9 gedung kampus Unpri. Belakangan, Nebur baru mengetahui mahasiswa tersebut dikenai sanksi oleh kampus. Namun dia tidak mengetahui apa sanksinya.

Seorang mahasiswa Unpri yang tak ingin disebutkan namanya menuturkan ia pergi ke lokasi tersebut pada 6 Desember lalu. Menurut dia, bak biru masih ada, tapi penutupnya sudah disegel dengan paku. "Dipaku sehingga sudah tak bisa dibuka," ujar mahasiswa itu kepada Tempo, kemarin. Mahasiswa itu kembali datang ke lantai 9 gedung itu keesokan harinya. Bak biru sudah tak ada. "Sudah bersih. Hanya ada genangan air," ujarnya.

Mahasiswa ini menjelaskan, gedung utama kampus Unpri terdiri atas 20 lantai. Gedung ini dipakai sebagai lahan parkir, ruang administrasi kampus, ruang rektorat, dan beberapa ruang kelas. "Tak ada laboratorium kedokteran di gedung ini," ujarnya.

Dia tidak mengetahui peruntukan lantai 9 gedung utama kampus. Dia hanya tahu bahwa lantai 9 pernah digunakan sebagai lahan parkir kendaraan. "Lantai 1 sampai 9 dulu tempat parkir. Tapi, sejak 2022, lantai 9 tak lagi digunakan," ujar mahasiswa itu.

Tayangan video ada "mayat" tersebut makin viral di jagat media sosial. Tim Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Medan datang ke lokasi di kampus Unpri pada Senin, 11 Desember lalu. Saat ingin memeriksa lokasi, polisi menyebutkan sempat dihalangi petugas keamanan kampus. Namun kepolisian akhirnya bisa masuk dan melihat lokasi tersebut. Di sana, kepolisian melihat lantai 9 sudah bersih dan tidak ada bak biru seperti dalam tayangan video yang beredar.

Esok harinya, kepolisian kembali datang ke kampus Unpri dengan memeriksa seluruh lantai di gedung tersebut. Dalam penyelisikan ke seluruh gedung, polisi menemukan lima mayat di lantai 15. Kelima mayat itu terdiri atas empat pria dan satu perempuan yang ditemukan dalam keadaan bertumpuk.

Regulasi Kadaver

Mayat Disebut sebagai Boneka

Pada hari yang sama, setelah penggeledahan polisi, enam pria yang mengaku sebagai mahasiswa Unpri memberikan klarifikasi lewat tayangan video. Video tersebut diunggah di media sosial TikToK oleh akun @yuhuyy_09 pada Selasa, 12 Desember lalu.

Dalam tayangan unggahan tersebut, mahasiswa yang mengaku bernama Heriyanto disebut sebagai pembuat video itu. Dalam video yang diklaim sebagai klarifikasi itu disebutkan bahwa mayat tersebut merupakan boneka. "Itu maneken atau boneka, bukan mayat. Video yang beredar itu hoaks," ujar mahasiswa dalam video itu. Tempo sudah mencoba menghubungi akun media sosial tersebut. Namun belum ada respons hingga berita ini diturunkan.

Dengan adanya sejumlah rentetan peristiwa itu, Nebur curiga kepada pihak kampus. Dia menduga ada upaya menutupi temuan mayat tersebut. "Polisi bilang mayat, tapi mahasiswa bilang boneka. Seperti ada masalah yang ditutup-tutupi," ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Polrestabes Medan Komisaris Teuku Fathir Mustafa mengatakan kepolisian awalnya menggeledah lantai 9 hingga 16 gedung kampus Unpri pada Selasa lalu. Saat di lantai 15, Fathir menuturkan, polisi melihat ada satu bak dalam keadaan tertutup di sudut ruangan. Ketika dibuka, ditemukan lima mayat. "Kondisinya keriput dan ada sedikit cairan bening. Berada di tempat tidak layak," ucapnya, kemarin.

Saat ini kepolisian masih menunggu penjelasan dari pihak kampus perihal status dan identitas lima mayat tersebut. "Kami masih menunggu penjelasan dari Unpri," ujar Fathir. Ia mengatakan tim penyidik Polrestabes Medan terus mendalami asal jenazah dan alasannya bisa ada di kampus. Polisi juga memeriksa sejumlah saksi, termasuk memeriksa kamera pengawas (CCTV) yang terpasang di kampus dan sekitarnya. "Perkembangan kasus ini nanti kami sampaikan."

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Hadi Wahyudi mengatakan Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda dan Laboratorium Forensik saat ini sedang menyelisik mayat tersebut. "Kami periksa mayatnya untuk mengecek kebenaran," ujarnya.

Mayat Sudah Menjadi Kadaver

Menanggapi kasus tersebut, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Unpri Susanto membenarkan soal temuan kelima mayat: empat pria dan satu perempuan. Dia menjelaskan, mayat-mayat itu sudah menjadi kadaver atau tubuh manusia yang diawetkan.

Tangkapan layar Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia Gigi Susanto. Dok. YouTube/PrimTV

Kadaver merupakan jenazah yang digunakan mahasiswa kedokteran untuk praktikum anatomi. Kadaver dimanfaatkan untuk media pembelajaran, riset, dan bahan praktik ilmu anatomi Fakultas Kedokteran Unpri.

Susanto menyebutkan kadaver di kampus Unpri sudah ada sejak 2005. "Pengadaan kadaver sudah ada saat Unpri dipimpin Rektor Jacobus Tarigan pada 2005," ujarnya dalam keterangan yang dikirim Kepala Hubungan Masyarakat Unpri Devi Marlin kepada Tempo, kemarin.

Susanto menjelaskan, pengadaan kadaver sebagai medium pembelajaran ilmu anatomi diatur melalui undang-undang. Semua fakultas kedokteran, termasuk Unpri, ia melanjutkan, memiliki kadaver.

Unpri menyayangkan penggeledahan oleh kepolisian. Menurut keterangan Unpri, polisi datang menggeledah pada Senin malam lalu. Kedatangan tim penyidik kepolisian, menurut pihak kampus, tanpa ada koordinasi. "Malam hari datang tanpa ada petugas kami yang mendampingi. Petugas satpam akhirnya mengizinkan penggeledahan," kata Susanto.

Dosen ilmu anatomi Unpri, Ali Napiah Nasution, mengatakan ia bersama tim laboratorium forensik Polda Sumatera Utara telah memeriksa lima kadaver yang disebut milik Unpri itu. Pemeriksaan dilakukan pada Selasa lalu. Kadaver tersebut dikeluarkan dari bak. "Kami menjejerkan di atas meja praktik anatomi di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Unpri untuk diperiksa. Setelah selesai diperiksa, kadaver dikembalikan ke bak kadaver," ujarnya.

Adapun dokter spesialis patologi forensik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ade Firmansyah, menjelaskan bahwa kadaver memang dilegalkan penggunaannya untuk pendidikan kedokteran. Kadaver juga boleh digunakan untuk penelitian ataupun riset. Dalam dunia kedokteran, kata Ade, memanfaatkan kadaver disebut sebagai bedah mayat anatomis. "Sudah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan," ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Menurut Ade, kadaver dapat diperoleh dari jenazah yang tidak memiliki identitas atau mayat yang tak diurus keluarga. Sebelum ditetapkan dengan status itu, keberadaan mayat harus dipublikasikan selama satu bulan. "Bila tidak ada tanggapan, jenazah bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan," ujarnya.

Kadaver juga bisa didapat dari mereka yang ingin mendonorkan tubuhnya sebelum meninggal. Orang itu biasanya memberikan wasiat untuk menyumbangkan tubuhnya guna kepentingan pendidikan atau penelitian. "Nanti dikuatkan dengan akta notaris. Ini tak ada paksaan," ujarnya.

Dalam prosedur itu, Ade mengatakan, kampus nantinya berkomunikasi dengan rumah sakit tempat penyimpanan mayat yang akan dijadikan kadaver. Syaratnya, kampus itu harus punya fakultas kedokteran. "Tak ada pungutan biaya apa pun," ujarnya.

Ade menegaskan bahwa kadaver harus dirawat dengan baik. Tempat penyimpanan harus steril. Kadaver direndam formalin dan disimpan dalam lemari pendingin. "Sebaiknya di laboratorium supaya tidak busuk," ujarnya. Laboratorium juga harus dijaga ketat. Selain itu, kadaver memiliki batas waktu pemanfaatannya. "Kadaver tidak boleh disimpan hingga puluhan tahun. Setelah itu, kadaver dikuburkan kembali," tuturnya.

HENDRIK YAPUTRA | SAHAT SIMATUPANG | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hendrik Yaputra

Hendrik Yaputra

Bergabung dengan Tempo pada 2023. Lulusan Universitas Negeri Jakarta ini banyak meliput isu pendidikan dan konflik agraria.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus