Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puncak Carstensz Pyramid yang berada di Pegunungan Jayawijaya, Papua menjadi sorotan setelah dua pendaki Indonesia, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia pada 1 Maret 2025. Keduanya kehilangan nyawa diduga akibat hipotermia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa tragis ini makin menambah daftar panjang korban di Carstensz Pyramid. Sejak September 2024 hingga Maret 2025, sudah ada empat pendaki yang meninggal di gunung ini. Dua pendaki sebelumnya dari Surabaya dan Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tragedi ini menunjukkan betapa ekstremnya tantangan yang harus dihadapi oleh para pendaki yang ingin menaklukkan puncak Carstensz. Namun, di balik kesulitannya, Carstensz Pyramid tetap menjadi daya tarik bagi para pendaki.
Lantas, seperti apa Puncak Carstensz Pyramid tersebut? Untuk mengetahuinya simak sejarah dan fakta uniknya berikut ini.
Salah Satu World Seven Summit
Carstensz yang juga dikenal sebagai Puncak Jaya, berada di Pegunungan Jayawijaya, Papua. Gunung ini merupakan puncak tertinggi di Indonesia, bahkan di Australia dan Oceania dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut.
Puncak ini juga menjadi salah satu dari tiga puncak utama yang terkenal di pegunungan Papua. Ketiga puncak tersebut yakni Puncak Jaya (Carstensz Pyramid, 4884 m, 16023 ft), Puncak Mandala (4640m, 15223 ft), dan Puncak Trikora (4730m, 15518 ft).
Carstensz Pyramid juga dinobatkan sebagai salah satu dari World Seven Summits atau puncak tertinggi di dunia. Puncak-puncak tertinggi di dunia ini mewakili setiap benua.
Dilansir dari Britannica, World Seven Summits terdiri dari Kilimanjaro di Afrika, Gunung Elbrus di Eropa, Denali di Amerika Utara, Gunung Aconcagua di Amerika Selatan, Evereset di Asia, Vinson Massif di Antartika, Kosciuszko di Australia, dan Puncak Jaya di Oseania.
Sejarah Penamaan Carstensz
Dikutip dari laman carstenszpapua.com, puncak ini dinamai berdasarkan penemunya, John Carstensz, seorang pelaut asal Belanda. Saat berlayar melintasi pantai selatan Laut Arafura, ia mengamati melalui teropongnya sebuah puncak yang hampir seluruhnya tertutup salju.
Pada tahun 1623, Carstensz membawa kabar tersebut ke Eropa untuk melaporkan keberadaan gunung bersalju yang terletak tepat di garis khatulistiwa. Namun, banyak yang meragukan ceritanya, karena Papua dikenal sebagai wilayah tropis.
Carstensz Pyramid juga dikenal dengan nama Puncak Jaya, yang merupakan kependekan dari Puncak Jayakesuma. Nama resmi ini diberikan setelah Papua kembali menjadi bagian dari Indonesia setelah sebelumnya dikuasai oleh Belanda.
Pada tahun 1963, saat Papua resmi bergabung dengan Indonesia, puncak ini sempat dinamai Puncak Soekarno sebelum akhirnya diubah menjadi Puncak Jaya. Meskipun demikian, nama Carstensz masih sering digunakan di kalangan pendaki.
Punya Salju Abadi
Puncak Jaya menjadi satu-satunya gunung di daerah tropis yang memiliki gletser atau salju abadi. Gunung ini juga merupakan bagian dari Taman Nasional Lorentz, yang telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Sayangnya, salju abadi di Carstensz terus berkurang dari tahun ke tahun. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah beberapa tahun belakangan mengamati perubahan ini dan menyebut kondisi "salju abadi" kian mengkhawatirkan karena terus mengalami pencairan.
Jalur Pendakian Carstensz
Untuk mencapai puncak Carstensz, pendaki harus memiliki keahlian panjat tebing yang mumpuni, meliputi keterampilan dasar termasuk rappelling, pendakian dengan tali tetap, simpul dasar, dan merasa nyaman bergerak di medan berbatu sedang.
Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto mengatakan, pendaki yang hendak naik ke Puncak Carstenz harus merogoh kocek cukup dalam karena tak mudah menjangkau pegunungan ini. "Satu-satunya gunung di Indonesia yang membutuhkan biaya besar untuk mendakinya," kata Hari Suroto kepada Tempo, Senin 22 Februari 2021.
Pendaki harus naik pesawat kecil atau helikopter dari Timika ke Sugapa, Intan Jaya. Bisa juga naik pesawat dari Nabire ke Sugapa. Puncak bersalju di daerah tropis ini dapat dicapai dengan trekking lewat jalur Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua yang berada di ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut.
Jalur pendakian Sugapa ke Puncak Carstensz mulai dari Kampung Ugimba, Distrik Sugapa, Soangma, atau Ilaga. Pendakian melalui jalur ini memakan waktu sekitar dua minggu pergi pulang. Untuk bisa mencapai puncaknya tak semudah yang dibayangkan. Jalur Sugapa termasuk trekking yang berat dengan curah hujan yang tinggi.
Di jalur pendakian Sugapa, pendaki akan melintasi Sungai Kemabu dan Sungai Nabu. Sungai Kemabu mempunyai arus yang deras. Jalur ini juga rute yang berat. Melalui jalur Ugimba Sugapa, para pendaki akan tiba di Lembah Danau-Danau setelah menaiki dan menuruni tebing di New Zealand Pass. Basecamp Lembah Danau-danau berada pada ketinggian 4.261 meter dari permukaan laut.
Jika berhasil tiba di basecamp Lembah Danau-danau, pendaki akan membuat tenda. Di sini sebaiknya pendaki mulai beradaptasi dengan ketinggian, tekanan dan suhu udara di sekitar, sambil berlatih mendaki beberapa tebing terdekat. Biasanya butiran-butiran es akan turun pada dinihari di basecamp Lembah Danau-danau ini.
Pendakian ke Puncak Cartensz dari basecamp Lembah Danau-danau biasanya dimulai pada pukul 03.00 dinihari dan diperkirakan sampai di puncak enam jam kemudian atau sekitar pukul 09.00. Pendaki mesti mampu mempraktikkan teknik memanjat 80 derajat tegak lurus saat mencapai puncak bersalju.
Orang Pertama yang Sampai di Puncak Carstensz
Penjelajah asal Belanda, Hendrik A. Lorentz, menjadi orang pertama yang mencapai area bersalju di Gunung Carstensz. Pada tahun 1909, setelah tiba di lereng gunung yang ia namai Pegunungan Wilhelmina, tidak ada petualang lain yang berhasil mencapai puncaknya selama bertahun-tahun.
Baru pada tahun 1963, pendaki asal Austria, Heinrich Harrer, berhasil mendaki Gunung Carstensz untuk pertama kalinya. Dalam ekspedisi tersebut, ia didampingi oleh tiga rekan, yaitu Robert Philip Temple, Russell Kippax, dan Albertus Huizenga.
Philip Temple dari Selandia Baru adalah sosok berpengalaman dalam eksplorasi Puncak Carstensz. Ia memimpin ekspedisi sebelumnya, merintis akses ke pegunungan, serta memetakan jalur menuju puncak. Namun, keterbatasan dana dan logistik membuatnya gagal mencapai puncak.
Akhirnya, ia bergabung dengan tim Heinrich Harrer sebagai penunjuk jalan. Meskipun Temple berperan besar dalam keberhasilan ekspedisi, nama Harrer tetap dikenang sebagai pendaki pertama yang menaklukkan Puncak Carstensz.
Zacharias Wuragil dan Mila Novita berkontribusi dalam penulisan artikel ini.