Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menghidupkan Rencana Lama

Bandara Kuala Namu akan dibangun pada 2007. Sudah ada enam investor yang tertarik.

12 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANAH seluas 1.365 hektare dengan reruntuhan bangunan peninggalan Belanda di Kuala Namu, Deli Serang, Sumatera Utara, itu tampak tak terurus. Sudah sekitar delapan tahun lahan milik PT Angkasa Pura (AP) II, pengelola 10 bandara di kawasan barat Indonesia, seperti merana.

Menurut Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha AP II, S. Tulus Pranowo, di tanah itu akan dibangun bandara pengganti Polonia, Medan. Rencana pembangunan sudah bergulir sejak awal 1997, dan Siti Hardiyanti Rukmana atau yang akrab dipanggil Tutut sebagai calon investornya.

Sialnya, menurut Tulus, ketika itu badai krisis ekonomi menghantam Indonesia. ”Kalau tidak, (Bandara Kuala Namu) sudah jadi,” kata dia. Krisis juga membuat jumlah orang yang pergi dari dan ke Medan dengan pesawat terbang merosot. Rencana pembangunan bandara yang terletak 45 kilometer di arah timur Medan itu pun akhirnya menguap. Tak terdengar lagi.

Baru pada awal tahun lalu, rencana pembangunan lapangan terbang itu hidup lagi. Ini, menurut Tulus, terkait dengan kian banyaknya kapal terbang yang hilir-mudik di Polonia. Orang berbondong-bondong naik pesawat karena tarif penerbangan murah sejak 2002. Polonia pun makin sesak. Jumlah penumpang tahun lalu bahkan mencapai 3 juta orang.

Angkasa Pura dan negara jelas tidak punya uang untuk membiayai proyek ini. Padahal, diperkirakan biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 3,5 triliun. Karena itu, pemerintah merasa perlu menggandeng pihak swasta. Awal Januari silam, akhirnya proyek pembangunan Bandara Kuala Namu masuk daftar sebagai salah satu proyek yang ditawarkan pemerintah kepada para calon investor dalam Indonesia Infrastructure Summit 2005.

Mestinya tender proyek sudah dilakukan April lalu. Entah mengapa penawaran belum juga dibuka. Padahal, menurut Tulus, sudah ada investor asal Malaysia yang berminat. Bahkan pengusaha dari negeri jiran ini juga ingin membangun akses tol ke bandara. ”Tapi dia minta ditunjuk, tanpa tender,” ujarnya.

Rencana pembangunan Kuala Namu kini kembali menggema setelah pesawat milik Mandala Airlines baru-baru ini jatuh di tengah permukiman penduduk, tak jauh dari Polonia. Berbagai kalangan, terutama masyarakat Medan, mendesak proyek itu segera dilaksanakan. Mereka menilai bandara yang terletak hanya dua kilometer dari pusat kota ini sudah tidak layak.

Menurut Tulus, tender proyek baru akan dibuka bulan depan. Info memo yang akan dibagikan ke sejumlah investor pun masih terus disempurnakan. Sejauh ini sudah ada enam pemilik modal yang tertarik, antara lain dari Malaysia, Singapura, Eropa, dan lokal. ”Pembangunan dimulai pada 2007 dan selesai 2010,” katanya.

Bandara Kuala Namu kelak memiliki dua landasan sepanjang 3.750 meter, atau lebih panjang ketimbang Soekarno-Hatta yang hanya 3.650 meter. Pada tahap awal akan dibangun satu landas pacu. Kapasitas terminalnya bisa menampung 6 juta penumpang per tahun. Dilengkapi dengan akses jalan tol dari dan ke Medan.

Menteri Perhubungan Hatta Radjasa menegaskan, pemindahan Bandara Polonia bukan karena tidak layak dan terletak di jantung kota. ”Kalau tidak layak, maskapai asing tidak mau masuk Polonia dong,” katanya. Bandara Los Angeles dan San Diego, Amerika Serikat, pun terletak tak jauh dari kota.

Hatta juga menekankan, panjang landasan Polonia yang mencapai 2.900 meter terbilang sangat layak. Pesawat berbadan lebar jenis Boeing 747, buktinya, bisa mendarat atau lepas landas di situ. Boeing 737-200 pun hanya butuh landasan sepanjang 1.600 meter. Tak mengherankan, hasil audit Departemen Perhubungan pada 22 Juli lalu menyatakan Polonia layak.

Tulus mengakui, meski Polonia dikepung permukiman, ketinggian bangunan tidak mengganggu pesawat yang mendarat atau lepas landas. ”Kalau ada bangunan yang melanggar ketinggian akan dibongkar,” ujarnya.

Stepanus S. Kurniawan, Bambang Soedjiartono (Kuala Namu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus