ADA dua provinsi yang dipimpin oleh menteri. Jawa Barat dipimpin Menteri Dalam Negeri Yogie S. Memet, dan Aceh di bawah Menteri Urusan Pangan/ Kepala Bulog Ibrahim Hasan. Keduanya memang masih menjabat gubernur, hingga perlu mengendalikan daerah dari kantornya yang baru di Jakarta. Sesekali, kalau perlu, mereka melongok kantornya di daerah. ''Saya bisa mengomando dari Jakarta. Kan ada telepon?'' kata Menteri Yogie kepada wartawan di Bandung pekan lalu. Tentu tidaklah berarti Yogie mau merangkap jabatan gubernur itu sampai berakhir tahun 1995. Bekas Pangdam Siliwangi ini justru ingin agar pemilihan gubernur Ja-Bar, dan juga Aceh, dilakukan segera. Maksudnya, ia tak perlu mengangkat penjabat. ''Presiden setuju proses pencalonannya dipercepat. Lebih cepat lebih baik,'' katanya seusai menghadap Presien Soeharto, Selasa pekan lalu. Pengganti Yogie memang sudah beredar. Disebut-sebut nama Mayjen Nuriana, bekas Panglima Kodam Siliwangi yang pekan lalu menyerahkan tongkat komandonya ke Brigjen Muzani Syukur. Bahkan Fraksi Karya DPRD Jawa Barat sudah mengumumkan Nuriana sebagai calonnya, di samping Kepala Kanwil Departemen Kesehatan Soeyoga dan Pembantu Gubernur wilayah Bogor Dana Sudharna. ''Ketiga calon itu sudah menjadi kesepakatan dan ketetapan kami,'' kata Ketua FKP Taman Sastradikarna. Nuriana tampaknya sudah di atas angin. Ada 19 ormas yang membikin kebulatan tekad untuk mendukungnya. Keempat fraksi DPRD Ja-Bar hari Sabtu lalu bahkan sudah menemui Panglima Kodam Brigjen Muzani Syukur. Para pimpinan fraksi itu meminta izin kepada Panglima ABRI lewat Pangdam agar dibolehkan mencalonkan Nuriana menjadi gubernur. ''Kami yakin Panglima ABRI memberikan izin putra terbaiknya untuk memimpin Jawa Barat,'' kata T. Dachman Muzir, ketua Fraksi PDI, seusai menemui Pangdam. Turunnya izin itu, tambahnya, akan menentukan segera tidaknya proses pemilihan. Dan niat DPRD itu rupanya tak bertepuk sebelah tangan. ''Saya siap dicalonkan kalau mendapatkan izin dari atasan dan rakyat menginginkannya,'' kata Nuriana kepada Ida Farida dari TEMPO. Lain halnya dengan calon pengganti Menteri Ibrahim Hasan. Sampai pekan lalu bursa calon gubernur Aceh belum panas. Ibrahim Hasan sendiri, yang masih bolak-balik Jakarta-Aceh, cuma berharap agar penggantinya setara dengan dirinya. Maka, bermunculanlah nama seperti bekas Ketua Bappeda Syamsuddin Mahmud, Wakil Gubernur Aceh Teuku Djohan, Bupati Aceh Utara Ramli Ridwan, dan Ketua FKP DPR Usman Hasan. Selain Yogie dan Ibrahim Hasan, masih ada 12 gubernur yang bakal diganti tahun ini. Gubernur Irian Jaya Barnabas Suebu, walau baru sekali masa jabatan, sudah pasti diganti. Sebab, Senin lalu, DPRD Ir-Ja telah memilih Jacob Pattipi, Ketua Bappeda. Dari 43 suara yang masuk, ia menang tipis atas pesaingnya, Asisten Sekwilda Bidang Pemerintahan Sarteis Wanma, yang memperoleh 18 suara, dan anggota DPR Willem Maloali kebagian 3 suara. Dua suara dinyatakan tak sah. Siapa yang akan dipilih, tampaknya tinggal menunggu keputusan Presiden. Yang juga ramai masuk bursa calon gubernur adalah nama para mantan Pangdam yang pekan lalu diganti. Mayjen Suwardi, yang sebelumnya Panglima Kodam Udayana, disebut-sebut sebagai calon pengganti Gubernur Ja-Teng Ismail. Mayjen R. Hartono, bekas Panglima Kodam Brawijaya, juga muncul menjadi calon gubernur Ja-Tim, pengganti Soelarso. Kebetulan, tiga gubernur terakhir adalah bekas Panglima Kodam, seperti Sunandar Priyosudarmo, Wahono, dan Soelarso (TEMPO, 3 April 1993). Namun Hartono juga disebut- sebut masih akan mendapat tugas di lingkungan ABRI di Bandung. Dan yang juga santer sebagai calon untuk Ja-Tim adalah Mayjen (Purn) Basofi Sudirman, wakil gubernur DKI Jakarta dan bekas Kasdam Bukit Barisan. Dari nama-nama calon itu, Irian Jaya dan Aceh sudah pasti tetap dipegang sipil. Dan provinsi di Jawa tampaknya masih untuk ABRI. ''Kalau daerah meminta ABRI, ya, ABRI-lah. Kalau tidak, ya, tidaklah,'' kata Menteri Yogie. Agus Basri dan Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini