Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Mengusir kios dari mesjid

Umat islam di solo memprotes pembongkaran sebagian gedung mambaul ulum di kompleks mesjid agung milik keraton. mereka mengumpulkan dana pengganti pada developer cv bcks.

30 Januari 1993 | 00.00 WIB

Mengusir kios dari mesjid
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIBUT-ribut soal bangunan di sekitar Keraton Solo terus merembet. Kali ini, yang menjadi sasaran adalah gedung Mambaul Ulum, di kompleks Mesjid Agung, milik Keraton Surakarta. Sejumlah umat Islam memprotes pembongkaran sebagian gedung tua yang dibangun Pakubuwono X itu untuk disulap menjadi kios. Alasan protes adalah untuk tetap menjaga kesucian kawasan Mesjid Agung dan menjaga kelestarian bangunan bersejarah yang didirikan tahun 1905 itu. Dan lagi, dari Mambaul Ulum, madrasah tertua di Indonesia itu, telah diluluskan sejumlah ulama seperti K.H. Masjkur, Baiquni, dan Menteri Agama Munawir Sjadzali. Upaya mempertahankan kesucian Mesjid Agung dan melestarikan gedung bersejarah itulah yang mendorong sejumlah umat Islam Solo mengumpulkan dana. Dengan uang tersebut mereka bermaksud mengganti biaya renovasi Mambaul Ulum dan tanah 5.000 m pengganti sekolah yang akan dipindahkan, oleh CV Bangun Cipta Karya Sejati (BCKS). Pimpinan sejumlah organisasi massa Islam Solo, ketika mengadakan silaturahmi dengan aparat pemda Solo 11 Januari lalu, telah membuat kebulatan tekad untuk membentuk tim penyelamat dan pelestarian kewibawaan Mesjid Agung dan Mambaul Ulum. Abdul Latief, pedagang berlian dan punya kios di Pasar Klewer yang sudah sanggup menyediakan dana, mereka tunjuk menjadi ketua tim. ''Tapi saya juga terbuka kalau ada gotong-royong dari umat Islam,'' katanya. Abdul Latief mengaku punya sejumlah dana untuk menggantikan biaya yang dikeluarkan BCKS. ''Ada sebagian warisan saya yang bisa dipakai untuk itu. Kebetulan tiga anak saya tak mau menerimanya,'' katanya. Ketiga anaknya itu, tambahnya, sudah mandiri dan mampu. Namun, untuk meluruskan kesan seolah telah terjadi penyimpangan menggusur Mambaul Ulum untuk dijadikan kios, Wali Kota Solo H. Hartomo pun mengingatkan bahwa yang punya ide memindahkan sekolah itu dari hiruk-pikuk Pasar Klewer adalah Departemen Agama sendiri. ''Kami memang mau pindah sekolah,'' kata Tuchri, kepala sekolah MTsN II yang menempati gedung tua Mambaul Ulum. ''Di sini bising. Konsentrasi murid terganggu Pasar Klewer.'' Menteri Agama Munawir Sjadzali, yang juga alumni Mambaul Ulum, menyetujuinya tahun 1991. Maka, ketika itu dibentuklah tim untuk mencari pemodal yang bisa menyediakan tanah untuk sekolah baru dan merenovasi gedung tua Mambaul Ulum, dengan ganti tanah seluas 240 m -- dari luas kompleks sekitar 2.000 m -- di sisi yang menghadap Pasar Klewer. Maka, tampillah BCKS, yang sanggup menyediakan tanah 5.000 m di Kampung Suronalan, masih di Kota Solo. Renovasi gedung Mambaul Ulum berupa penggantian genting, langit-langit, kerangka atap, mengecat tembok, dan memindahkan kuncung atau bangunan kecil di depan gedung utama sudah selesai. Departemen Agama juga sudah membangun sekolah di tanah yang disediakan BCKS di Suronalan. Sementara itu, sebagian tanah Mambaul Ulum yang diserahkan pada BCKS pun mulai digarap untuk calon kios. Antara deretan kios dan gedung Mambaul Ulum yang kini untuk madrasah tsanawiyah dan aliyah, yang rencananya akan dijadikan museum dan pusat informasi Islam itu, ada batas tembok. Rudi, manajer BCKS, menyambut baik ide tim itu. ''Kami tunduk pada kesepakatan itu,'' katanya. Dana yang sudah dikeluarkan sekitar Rp 500 juta. Namun Menteri Agama Munawir Sjadzali kepada wartawan TEMPO Dja'far Busiri di Kairo mengatakan bahwa sekolah tetap akan pindah. Seingatnya, Mambaul Ulum tak termasuk cagar budaya. Komentarnya atas tim Abdul Latief? ''Itu emosional saja. Bisa dihadapi dengan baik-baik,'' katanya. Agus Basri dan Kastoyo Ramelan (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus