Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menteri Kebudayaan Buka Peluang Undang Ahli Luar Negeri untuk Ungkap Misteri Gunung Padang

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan berencana berkolaborasi dengan berbagai ahli untuk melakukan kajian lebih lanjut terhadap situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.

11 Februari 2025 | 12.15 WIB

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Dok. Kemendikbud
Perbesar
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Dok. Kemendikbud

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan berencana berkolaborasi dengan berbagai ahli untuk melakukan kajian lebih lanjut terhadap situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian mengenai cagar budaya yang menyimpan banyak misteri ini sempat terhenti sejak 2014.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Termasuk jika diperlukan, saya kira juga mengundang atau mempersilakan kalau ada ahli-ahli dari luar negeri yang ingin melakukan riset terhadap situs megalitik Gunung Padang," kata dia dalam diskusi yang bertajuk 'Melihat Kembali Nilai-Nilai Penting Situs Cagar Budaya Nasional Gunung Padang: Suatu Upaya Pelestarian Cagar Budaya Berkelanjutan' di Graha Utama, Gedung Ki Hajar Dewantara, Kemendikdasmen, Selasa, 11 Februari 2025.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Fadli, penelitian ini akan melengkapi informasi tentang Gunung Padang. Pasalnya, hingga kini belum ada kepastian mengenai usia cagar budaya tersebut, dengan berbagai pendapat yang memperkirakan usianya bisa mencapai ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu tahun.  

"Situs itu sampai sekarang masih menimbulkan satu tanda tanya yang besar. Dan inilah, saya kira, tentu tantangan yang sangat besar dan challenging bagi terutama para arkeolog, para sejarawan," kata dia.  

Fadli berharap ke depan dapat ditemukan cara untuk menjawab misteri Gunung Padang ini. Ia menyadari bahwa beberapa jawaban bisa diperoleh dengan cepat, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama untuk diungkap. Oleh karena itu, ia mewajarkan jika ada polemik atau perdebatan mengenai situs ini.  

"Justru yang saya bingung itu kalau tidak ada polemik, berarti konsensus. Nah, ini yang tidak melahirkan banyak kemajuan," kata dia.  

Sebelumnya, Fadli memang ingin melanjutkan penelitian situs Gunung Padang ini. "Riset situs Gunung Padang sempat lama terhenti. Ada pandangan berbeda-beda dari para arkeolog," kata politikus Gerindra ini kepada awak media di Gedung Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025.  

Situs Gunung Padang merupakan punden berundak terbesar dan tertua di Indonesia. Warisan budaya megalitik ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN).  

Fadli bersama Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo sebelumnya melakukan kunjungan kerja ke situs Gunung Padang di Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada 1 Januari 2025 lalu.  

“Banyak yang berpendapat situs Gunung Padang ini sudah ada sejak belasan hingga puluhan ribu tahun lalu. Situs ini membutuhkan penelitian lebih dalam untuk mengungkap sejarah dan jejak peradaban nenek moyang kita,” ujar Fadli.  

Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, sebelumnya telah menerbitkan penelitian situs ini dengan judul “Geo-archaeological Prospecting of Gunung Padang Buried Prehistoric Pyramid in West Java, Indonesia” pada jurnal Archaeological Prospection sejak 20 Oktober 2023. Namun, artikel ilmiah itu ditarik kembali oleh penerbit John Wiley & Sons. Artikel itu hilang dari Wiley Online Library, basis data milik penerbit tersebut, sejak 18 Maret lalu.  

Kasus penarikan publikasi riset soal piramida di Cianjur yang disebut lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir menjadi perbincangan kalangan ilmuwan. Pakar paleotsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan masalah itu memang menyulitkan tim untuk melanjutkan penelitian Gunung Padang.  

Tim riset tak setuju dengan vonis major error yang diputuskan oleh pemilik jurnal di Wiley Online Library. Para peneliti ini meminta dukungan dari komunitas akademis, organisasi ilmiah, dan individu yang peduli untuk menentang penarikan. Mereka juga menjunjung tinggi prinsip integritas, transparansi, dan keadilan dalam penelitian dan penerbitan ilmiah.  

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus