Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nyi Hajar Dewantara lahir pada 14 September 1890, bertepatan dengan 1 Sapar Tahun Ehe 1820 di Yogyakarta. Nyi Hajar dilahirkan dengan nama asli Raden Ajeng Sutartinah, yang merupakan keturunan bangsawan, putri keenam dari Kanjeng Pangerah Haryo (KPH) Sosroningrat putra K.P.A.A Pakualam III. Ibunya bernama R.A.Y. Mutmainah yang setelah bersuami bernama B.R.A.Y. Sosroningrat putri dari K.R.T. Mertonegoro II.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta di situs dpad.jogjaprov.go.id, Nyi Hajar Dewantara itu menjadi pendiri Taman Siswa dan memimpin perguruan Taman Siswa sampai akhir hayatnya. Sebagai istri Ki Hajar Dewantara atau Suwardi Suryaningrat ia penah mengalami pasang surut perjuangan, baik dalam bidang politik maupun bidang pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga turut mendampingi Ki Hajar Dewantara dalam pembuangan ke negeri Belanda sejak 13 September 1913 sampai 26 Juli 1919, dan tak pernah absen dalam tiap perjuangan Ki Hajar, kecuali dalam hal yang khusus.
R.A. Sutartinah atau Nyi Hajar menamatkan Europease Lagere School (ELS) pada 1904. Lalu, melanjutkan ke sekolah guru, dan kemudian menjadi guru bantu di sekolah yang didirikan Priyo Gondoatmodjo. Setelah 3 tahun bekerja sebagai guru, pada 4 November 1907 R.A. Sutartinah dipertunangkan dengan R.M. Suwardi Suryaningrat putra K.P.H. Suryaningrat.
K.P.H. Suryaningrat adalah saudara K.P.H. Sosroningrat dan putera K.P.A.A. Pakualam III. Perkawinannya dengan Suwardi Suryaningrat membawa Sutartinah mengenal dunia jurnalistik dan politik, yang selalu menjalankan konfrontasi dengan pihak pemerintah kolonial Belanda. Nyi Hajar Dewantara menggagas Kongres Perempuan pertama di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.
Hal itu terbawa secara psycho genealogis, karena dalam keluarga Sosroningrat dan Suryaningrat telah tertanam jiwa pemberontak terhadap kolonial Belanda. Selain itu mereka adalah keturunan Nyi Ageng Serang dan Pangeran Diponegoro. Sehubungan dengan itu. R.A. Sutartinah dan Suwardi Suryaningrat beserta saudara-saudaranya juga pernah dilarang bersekolah di sekolah pemerintah oleh Residen Yogyakarta.
DELFI ANA HARAHAP