Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Ancaman Hutan Bakau

Kayu arang merupakan hasil hutan terpenting Riau. Penebangan hutan mangrove mencemaskan.

4 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EKSPOR hasil hutan Riau tak hanya kayu gelondongan dan kayu gergajian. Masih banyak lainnya. Terpenting di antaranya adalah ekspor kayu arang. Ini sudah berlangsung puluhan tahun. Pembeli satu-satunya adalah Singapura. Arang Riau dikenal jempol. Sebab sebagai bahan bakar kwalitasnya tinggi. Juga awet, sedikit abunya dan bebas polusi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi sejak konfrontasi dulu. ekspor arang daerah ini jatuh benar. Jika sebelumnya paling kurang 50.000 ton setiap tahun dapat diekspor, sejak 1963 sampai 1974 rata-rata hanya seperdua saja. Untung beberapa talun terakhir ini angka tadi menanjak lagi. Dari Kepulauan Riau sebagai pengekspor utama arang Riau. tercatat 10.000 ton dalam 1975.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun berikutnya menjadi 15.000 ton dan tahun lalu hampir 20.000 ton. Harganya juga belum sebaik dulu. Sekarang tercatat Rp 15.000 setiap ton. Dulu dua kali lipat lebih mahal. Namun harga itupun sudah banyak artinya. Terutama bagi para penebang kayu bakau, bahan arang itu.

Dalam keadaan normal 300 sampai 500 batang kayu bakau mampu dikumpulkan seorang penebang. Ini berarti ia dapat mengantongi hasil bersih Rp 1.500 per hari. Hanya kecemasan mulai timbul melihat masa depan hutan bakau Riau yang luasnya lebih dari jutaan hektare itu. Rasa cemas itu terutama datang dari Gubernur Riau, Arifin Akhmad.

Dalam diskusi mengenai perikanan rakyat di Tanjung Pinang belum lama ini ia menunjukkan hasil penelitian bahwa penebangan hutan bakau itu dapat mengancam dunia perikanan. Terutama udang. Sebab hutan bakau disebut sebagai sumber berbagai jenis kehidupan mahluk laut. Arifin mengkaitkan berkurangnya hasil ekspor udang daerahnya dalam be berapa tahun belakangan ini dengan hutan bakau yang makin banyak ditebangi -- di samping sebab-sebab lain, seperti pukat harimau dan keracunan bungkah-bungkah minyak.

Arifin memang tak mengungkapkan angka, sudah berapa luas dan di mana hutan bakau yang sudah rusak. Tapi berdasar data yang dikumpulkan TEMPO memang menunjukkan areal kayu bakau sudah lumayan luas yang rusak. Di Kepulauan Riau saja dalam tahun 1977 telah ditebang 1,5 juta batang bakau. Ini berarti meliputi sekitar 100 hektar hutan.

Mudah dibayangkan berapa luas hutan yang sudah ditebangi, jika ekspor kayu arang sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Tapi kekhawatiran Gubernur Riau ditangkis ir. Supadmo, Kepala Dinas Kehutanan Kepulauan Riau. Menurut Supadmo segala sesuatunya masih berjalan baik. "Bakau yang ditebang 5 sampai 10 meter dari pantai, sesuai dengan permintaan Dirjen Kehutanan," kata Supadmo.

Sebab hutan bakau cadangan untuk perikanan itu rata-rata berada 15 sampai 20 meter dari pantai. Sebaliknya yang mencemaskan Supadmo adalah munculnya usaha ekspor bakau poles alias kayu teki. Bakau jenis ini tak dijadikan arang, melainkan diekspor dalam keadaan utuh setelah kulitnya dibuang.

Di Singapura bakau poles yang panjangnya rata-rata 4 hingga 5 meter dijadikan kayu penyangga oleh para kontraktor bangunam Harganya 1 dolar Singapura per batang. Usaha ini justeru sulit diawasi. Sebab pengusahanya tak memiliki areal tertentu. Bakau tua atau muda asal panjangnya memenuhi syarat dilalap saja. Di sinilah sering terjadi penebangan liar. Kalau tak direm dapat menimbulkan bahaya, kata ir. Supadmo.

Selain itu kalangan Dinas Kehutanan mengkhawatirkan keselamatan hutan bakau karena munculnya persawahan pasang surut sejak tahun-tahun belakangan ini. Di Indragiri Hilir dan Bengkalis misalnya, kini sudah ribuan hektar hutan bakau lenyap ditelan proyek sawah pasang surut itu. Apakah ini yang juga dimaksud mengurangi hasil ikan Riau?

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus