Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Pendapat Keluarga Soekarno tentang Puisi Sukmawati

Banyak pihak menyebut Sukmawati Soekarnoputri tak sepatutnya membandingkan cadar dan konde serta suara azan dan kidung atau nyanyian.

4 April 2018 | 08.05 WIB

Sukmawati Soekarnoputri. Dok. TEMPO
Perbesar
Sukmawati Soekarnoputri. Dok. TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Puisi Sukmawati Sukarnoputeri berjudul 'Ibu Indonesia' dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta memunculkan sikap berbeda anggota keluarga Presiden RI pertama, Soekarno. Keluarga Soekarno menyampaikan pendapat berbeda-beda tentang puisi Sukma tentang syariat Islam, cadar, dan suara azan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berikut pendapat mereka:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guntur Soekarnoputra:

  • puisi Sukma bukan pandangan dan sikap keluarga besar Soekarno tentang ajaran Islam.
  • Soekarno dan Fatmawati mengajarkan Islam kepada anak-anaknya
  • Puisi tidak mewakili sikap keimanan Sukma sebagai seorang muslimah
  • ingin Sukma segera meluruskannya.

Puti Soekarno:

Sependapat dengan ayahnya.

Guruh Soekarnoputra:

  • Tidak bermaksud menyinggung SARA atau semacamnya
  • Puisi Sukma lantaran perbedaan persepsi


Puan Maharani:

  • Tanyakan langsung ke Bu Sukmawati
  • Puisi itu tidak ada hubungan dengan Puan

 

Puisi Sukma berjudul Ibu Indonesia viral di media sosial sejak kemarin. Banyak pihak menyebut Sukmawati tak sepatutnya membandingkan cadar dan konde serta suara azan dan kidung atau nyanyian. Berikut adalah puisi Sukmawati Soekarnoputri yang menyulut banyak komentar itu:

 

Ibu Indonesia

Aku tak tahu Syariat Islam

Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu

Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif

Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi

Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar

Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.

 

BUDIARTI UTAMI PUTRI | AHMAD FAIZ | PRIBADI WICAKSONO

 

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus