Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin menilai acara Reuni 212 menguntungkan calon presiden Prabowo Subianto, tetapi belum tentu berdampak elektoral. Ujang mengatakan, pemilihan presiden masih lima bulan lagi. Dalam rentang waktu itu, menurut dia, masih akan ada momentum-momentum berikutnya yang memengaruhi elektoral Prabowo.
Baca: Di Reuni 212, Prabowo: Saya Capres Maka Tak Boleh Bicara Politik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Untuk menguji dampak elektoral perlu riset mendalam karena pemilu masih lima bulan lagi, tapi kalau menguntungkan iya," kata Ujang kepada Tempo, Senin malam, 3 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ujang mengatakan, Prabowo diuntungkan lantaran dia mendapat panggung di acara tersebut. Kesempatan Prabowo menyampaikan pidato, kata Ujang, merupakan poin plus bagi calon presiden nomor urut 02 itu. Dia pun menilai Prabowo sudah melakukan hal tepat dengan tak berkampanye di acara itu.
Ujang melanjutkan, dampak elektoral bisa saja muncul lantaran sebagian besar orang yang hadir dalam Reuni 212 itu mendukung Prabowo. Namun, Ujang berujar masih ada momentum-momentum lainnya yang akan terjadi dalam lima bulan ke depan.
Momentum-momentum itu, menurut dia, bisa saja menaikkan atau menurunkan citra Prabowo. Ia mengatakan Prabowo akan mendapatkan dampak elektoral signifikan jika mampu menjaga momentum Reuni 212 lalu hingga lima bulan ke depan, serta menghimpun simpati masyarakat dengan visi misi dan programnya.
Baca: Pengamat: Reuni Akbar 212 Bisa Rugikan Prabowo - Sandiaga
"Momentum hari ini akan tertinggal oleh momentum berikutnya. Makanya para politisi capres cawapres selalu menjaga momentum," ujar Ujang.
Di sisi lain, Ujang mengatakan Reuni 212 belum tentu menggerus elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Meski begitu, dia berujar kubu Jokowi-Ma'ruf harus tetap mewaspadai dampak dari acara itu.
"Merujuk 212 tahun 2016 lalu itu kan bisa menumbangkan inkumben. Apabila tidak diwaspadai tentu sebuah kecerobohan bagi inkumben," ujarnya.
Gerakan Reuni 212 digelar pada Ahad, 2 Desember 2018, di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Acara itu digelar untuk memperingati dua tahun Aksi 212. Pada 2016, aksi tersebut bertujuan menuntut mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dihukum dalam kasus penistaan agama.
Baca: Nama Prabowo Dielu-elukan Peserta Reuni Akbar 212
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tak menampik adanya harapan soal dampak elektoral untuk Prabowo Subianto. Fadli mengatakan, orang-orang yang hadir dalam acara itu mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden jagoannya.
"Mudah-mudahan (menambah elektabilitas). Saya kira mayoritas yang hadir kemarin itu rasanya mempunyai sebuah dukungan kepada calon yang kami usung," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 3 Desember 2018.
Di sisi lain, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani tak menganggap Reuni 212 bakal menggerus elektabilitas Jokowi. Arsul beralasan, orang-orang yang hadir dalam acara itu memang sudah termasuk dalam hitungan basis massa pendukung Prabowo.
"Jadi enggak ada cerita menggerus elektabilitas," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 3 Desember 2018.